(5) Tell Me It's a Lie

102 12 3
                                    

Entah cara apa lagi, entah apa yang akan mereka lakukan untuk mengalahkan gadis itu.

Serangan dan pertahanan terus berlanjut diantara keduanya. Tapi semua selalu berakhir dengan Kiba terhempas menabrak batu. Sedangkan serangannya tak sedikitpun melukai gadis itu bahkan mungkin ia hanya bergerak 2-3 langkah saja.

Hal itu tidak menurunkan semangat Kiba, ia terus berdiri dan kembali melancarkan serangan lagi. Tapi semua berhasil digagalkan gadis itu, termasuk jurus fang over fang, jurus pamungkas andalannya.

"Ukh, waktu kubilang pada Neji bahwa aku tahu kelemahannya. Kupikir kecepatan adalah kelemahannya karena selama pertarungan dia nyaris tak bergeming dari tempatnya, dan cenderung menggunakan rambutnya sebagai senjata. Ternyata aku salah! Dia nyaris tak bergeming karena kekuatan lawan yang tak sepadan. Dalam segi kecepatan pun dia unggul! "

"Hentikan, kau takkan berhasil. Sudahlah. " kata gadis itu pada Kiba yang tengah berusaha berdiri setelah terhempas menabrak batu.

"Apa yang kau bicarakan? Aku takkan pernah berhenti... " Kiba berdiri dengan susah payah. Mulutnya meneteskan darah. Sambil memegangi perutnya yang terluka, dia juga berpegangan pada batu karena sudah terhuyung-huyung.

"Aku ini calon hokage! Jika melindungi seorang teman saja tak bisa, bagaimana aku bisa melindungi desa nanti!? "

Katanya meninggikan suara. Tangannya mengepal erat menunjukan kegigihannya.

Tampaknya sikap ambisius Kiba membuat gadis itu kesal. Dengan rambut hijaunya, gadis itu melilitkannya kesebuah bongkahan batu besar yang berada di dekatnya.

"Omong kosong. Menolong temanmu? Padahal dia saja tak mengharapkan pertolonganmu."

Bongkahan batu besar itu terangkat, dengan lilitan rambut hijau di sekitarnya.

"Dia memang tak mengucapkan secara langsung. Tapi ketika dia mengambil tindakan ini, kami jadi tahu betapa dia menderitanya selama ini. Kami yang salah, karena sebagai temannya kami tak menyadari apa yang dirasakannya selama ini... "

"Omong kosong... "

"Walau menyebalkan, dia teman kami yang berharga. Karenanya, ketika dia pergi kita pun merasa kehilangan..."

"Hentikan.... "

"Apa kau tak pernah kehilangan seseorang yang berharga? "

"Kubilang hentikan!! "

Bongkahan batu besar itu dilemparkannya ke arah Kiba.

BRAKKK

Batu itu telak mengenai Kiba dan Akamaru yang berada di sampingnya. merintih kesakitan dan kehabisan tenaga untuk melawan.

"Aku muak mendengar semua omong kosong mu! "

Rambut gadis itu menggulung dan meruncing di ujungnya. Seperti saat dia akan menyerang Shikamaru, namun kali ini membentuk bor yang jauh lebih besar.

"Soal kehilangan, aku yang paling paham rasanya! "

Rambut yang layaknya bor raksasa itu menukik lurus ke arah Kiba.

Namun ia tak punya tenaga lagi untuk menghindar, luka benturan yang ia terima juga menjadi hambatannya.

Dia hanya mampu memejamkan matanya, berharap suatu keajaiban menyelamatkannya.

BRAAKKK

Bor itu menusuk dengan kuat. Kiba membuka matanya. Betapa kagetnya karena bor itu tidak menusuknya, melainkan tepat di sebelah kepalanya. Batu yang disandarinya, bahkan lobang terkena bor rambut itu.

The Beast Is My Beats (Kiba Inuzuka fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang