Bab 04 - Sesuatu yang Nyata

74 5 0
                                    

Bab 04



(22 Maret, Pukul 19.02, Kota Ruben, Perbatasan Distrik Kota, Restoran)

Zenith saat malam ini, entah karna gerangan apa menjadi begitu kelam dan dingin. Cahaya putih yang memancar remang-remang dari balik sebuah awan, membuktikan betapa lemahnya sang Luna malam ini. Gemerlap cahaya biru yang berkelip jauh di atas zenith, untungnya mampu menyelamatkan laranya sang Luna yang bersembunyi di balik awan besar. Menyebabkan, suasana langit malam di kota Ruben hari ini sedikit lebih bermakna.

Cahaya lampu kota yang berasal dari toko, rumah penduduk, dan lampu jalan. Nampak kian menghidupkan suasana yang tercipta. Tak kalah, hiruk pikuk hangat para penduduknya yang masih beraktivitas di malam ini, membuat siapapun tak sadar jika hari kian dingin.

Di antara bangunan yang berdiri di sekitar pusat kota, lebih tepatnya di Perbatasan Distrik Kota Ruben. Terdapat sebuah Restoran yang memiliki tema khas kerajaan. Arsitektur bangunannya sungguh mewah bak mansion mewah, terbukti di bangunnya banyak pilar bangunan yang menopang langit-langit marmer elegan restoran ini.

Pada pintu masuk, sebuah pintu megah berornamen mewah nampak begitu menegaskan jika sesuatu yang ada di balik pintu memiliki sesuatu yang menakjubkan. Tiap sisi pintu, terdapat dua orang pegawai Restoran yang berbusana ala pekerja kerajaan. Mereka memakai dasi kupu-kupu, berjas hitam yang memiliki bawahan sepanjang lutut pada bagian belakang, kemeja putih yang bersih, dan sepatu kulit yang berkialau. Juga, sikap mereka yang begitu menjunjung tinggi norma yang sering berlaku di kerajaan.

Tak lupa, sebuah gelaran karpet merah yang menempel pada lantai lobby Restoran, seakan memperkuat kesan yang diciptakan. Hal ini, membuat para tamu yang berkunjung untuk makan malam menjadi serasa seorang bangsawan malam ini.

Di lantai dua, lebih tepatnya di sebuah meja urutan terakhir yang berada di sudut ruangan, dekat jendela yang terdapat gorden berenda merah. Nampak, dua orang pria yang tengah saling tatap dan bertukar pikiran. Pria dengan wajah maskulinnya memakai sebuah kemeja putih yang digulung lengan kemejanya hingga siku, rompi coklat rapih dan tak lupa dasi hitam yang terpasang rapih diantara kerah kemejanya. Lalu, pria tua yang ada di depannya. Seperti biasa, beliau selalu menggunakan busana serba hitam, yaitu jas penyihirnya, rompi hitam yang memiliki jancing abu-abu, dan sebuah dasi kuning lebar dengan penahannya yang berbentuk segi enam sebagai tanda sosoknya yang hebat.

Pria dengan rompi coklatnya, nampak sedikit resah dan menunjukan air muka yang bimbang. Rambut kuning gelap miliknya yang malam ini di sisir rapih, terlihat berantakan pada bagian depan. Mata coklat keemasannya yang terkenal akan kebijkansanaannya, kini semakin redup seakan pasrah.

Di depannya, orang tua dengan kerutan di wajah, terlihat mengerutkan dahinya seiring ia memikirkan apa yang membuatnya berada di sini. Rambut hitamnya yang dikucir, nampak memantulkan cahaya karena lampu crystal ruangan ini begitu terang. Bola mata hitamnya yang tenang, saat ini tengah beradu ketentraman dengan keadaan yang tercipta.

"..Huuhh.." hela napas panjang Sir Rudolf.

Melihat pria lanjut usia yang menghela napas begitu berat, Mario lalu menurunkan pandangannya dan ikut menghela napas samar.

"..Rasanya, kepalaku mau meledak." Sambung Sir Rudolf seraya melempar pandangan keluar jendela.

"..Jarang sekali, ya. Anda mengeluhkan tentang keadaan saat ini." Ujar Mario sedikit bingung.

"..Mau bagaimana lagi bukan? Masalah muncul dan menghantam secara beruntun, tanpa sedikitpun memberikan waktu untuk menyelesaikannya..."

Mario sama sekali tidak bisa menjawab. Kenyataannya, apa yang orang tua itu katakan memanglah kenyataan saat ini. Semua yang terjadi, tentunya memiliki suatu alasan. Namun, alasan itu menjadi sulit ditemukan ketika bagian yang dicari tidak kunjung didapat. Di waktu yang bersamaan, muncul satu lagi masalah yang memiliki teka-teki serupa. Hal ini diperparah, ketika semua masalah makin bertumpuk.

Re Build a New History Start from Zero (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang