Bab 02 - Kembalinya Mereka dari Balik Bayangan

129 4 0
                                    

Bab 02

(20 Maret, Pukul 16.40, Kota Ruben, Distrik Selatan Kota)

Angin musim semi sering kali berhembus membawa suhu yang lebih dingin dari saat pagi menjelang petang. Hal ini, merupakan sesuatu yang sudah umum di kota Ruben. Mengingat, kota ini berada tepat di bawah sebuah bukit yang bernama perbukitan Canopus.

Melupakan itu, hawa dingin yang sering kali turun dari atas perbukitan. Memaksa siapapun untuk memakai mantel, syall, penutup telinga yang terbuat dari lapisan bulu domba halus, dan busana hangat lainnya.

Pada jalan utama distrik Kota Ruben bagian Selatan, sebuah kereta hitam yang tengah ditarik seekor kuda coklat nampak berlari dengan sedikit tergesa. Jalan utama kota distrik Selatan tersebut pun tengah dilewati oleh banyak pedagang maupun beberapa orang penarik gerobak.

Mereka menjelang petang, sesegara mungkin untuk mengemasi barang dagangan yang tidak laku di pasar. Jika beruntung mereka akan datang malam nanti di sekitar taman kota untuk menjualnya kembali dan berharap benar-benar laku.

Umumnya, bagi mereka yang berniat memanfaatkan kesempatan malam nanti. Adalah para pedagang kaki lima seperti penjual aksesoris, makanan ringan khas kota Ruben yang berupa kue dengan lapisan krim keju putih, dan barang dagang yang mudah dibawa lainnya.

"..Minggir-minggir. Kami sedang terburu-buru!" ujar si kusir lantang seraya tetap memacu kuda dari bangku kusirnya.

Mendengar nada tegas itu, dengan patuh para pedagang yang tengah sibuk di jalan menepi untuk sekejap. Mengetahui pada bagian gagang pintu kereta kuda berwarna perak, tanpa diminta pun para pedagang akan segera menepi. Sebab, gagang pintu pada kereta kuda tersebut jika berwarna perak itu menandakan jika si penumpang merupakan sosok penting yang ada di Negara Ruia.

Setelah beberapa saat, akhirnya kuda coklat dengan ekor hitamnya itu dipaksa berhenti melangkah ketika si kusir berbaju hitam menarik tali pelana yang menempel pada mulut si kuda.

Kuda coklat tersebut berhenti tepat di depan sebuah bagunan yang berbentuk menyerupai sebuah mansion. Tak lupa, gerbang besi setinggi dua meter yang menjadi pintu gerbang utama area depan bangunan tersebut nampak sangat elegan, lalu sebuah dinding tembok setinggi empat meter mengelilingi tiap area luar bangunan dengan rapih.

Pintu kereta yang berwarna hitam terbuka dengan kasar oleh tangan seseorang dari dalam.

Si kusir yang mendengar itu sedikit terkejut, terbukti ia membatalkan langkah kakinya yang hendak turun dari bangkunya.

Dari dalam gerbang, nampak seorang ksatria ber armor perak berjalan dengan sedikit tergesa mendekat kearah kereta.

Sesampaianya di sana, ksatria muda itu lalu membenarkan posisi tubuhnya dan menunduk tanda hormat.

"..Kami sudah menunggu kehadiran anda Sir Rudolf..!"

"..Antarkan aku segera.." balas seseorang dari dalam kereta.

"..Baik."

Setelah itu si ksatria menegakan tubuhnya yang terbalut armor perak dan memposisikan lengan kanannya di depan dada.

Nampak seorang pria paruh baya yang berbusana serba hitam keluar dari dalam kereta.

Saat kedua kaki jenjangnya menapak permukaan jalan paving halaman mansion ini.Sosoknya yang berwibawa kini sepenuhnya sudah terlihat.

"..Kemari, Sir Rudolf.." ujar si ksatria mencoba tenang seraya mempersilahkan pria berjas hitam panjang itu untuk mengikutinya.

Pria berjas hitam sepanjang lututnya itu hanya mengangguk samar. Bahkan, kerutan di wajah putihnya yang menandakan usianya sudah tidak muda lagi nampak tidak sedikitpun menunjukan keraguan. Sepasang bola mata hitam yang memancarkan aura ketenangan itu tetap menatap lurus kedepan, rambut hitam lebat yang ia kucir lemas kebelakang sepanjang punggung merupakan ciri khas sosoknya yang hebat. Tak lupa, samar terlihat rambut putih tanda usia lanjutnya menghiasi tiap sisi rambut hitamnya.

Re Build a New History Start from Zero (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang