Sinar matahari menghangatkan hari seorang perempuan berjilbab coklat muda. Kicauan burung menghibur perasaannya yang tengah gundah.
Setelah selesai memakai jaket dan sepatu kets nya, Syifa pergi ke luar rumah. Mencari udara segar. Bersyukur atas nafas yang masih selalu diberikan oleh Sang Maha Kuasa.
Setelah jogging dia tidak lupa untuk membeli segala kebutuhan nya ke pasar. Setelah beres membeli semuanya dia pun pulang.
"Hai Faa"
Sapa perempuan berjilbab merah muda ketika Syifa duduk di kursi terminal."Araa.. Kamu disini juga?"
Dia adalah Zahra sahabatnya. Yang sama-sama sedang berada di tempat yang sama."Duluan ya Faa aku lagi buru-buru banget nih" ucap Zahra yang terlihat buru buru membeli sesuatu ke dalam pasar.
Aaaaaaa!!!!!
Penglihatan Syifa tertuju pada seorang anak kecil yang tertabrak motor. Tidak menunggu apapun Syifa pun menghampiri anak kecil itu. Syifa melihat ada luka di tangannya.
"Dek kamu gapapa kan?"
Perasaan Syifa cemas ketika melihat anak itu meringis kesakitan. Kondisi pasar kali ini tidak seramai kemarin."Bawa mbak anaknya ayo kita ke puskesmas!" Teriak lelaki yang sedang mengendarai motor ninja hitam pada Syifa yang masih duduk menyadarkan anak kecil itu.
Syifa sempat berpikir sebentar.
"Apa tadi? Dia mengatakan bahwa ini anak ku?"
Tiiitttt
Suara klakson motor itu menyadarkan Syifa. Buru-buru Syifa mengangkat badan anak kecil itu dan mendudukannya di belakang lakilaki yang memakai helm fullface nya.
"Ayo mbak cepet naik. Masih bisa duduk di jok nya kan?"
Syifa langsung duduk di jok belakang yang memang menempel karena jok ninja itu kecil. Apalagi dengan 3 orang.
"Kamu kuat dek yahh" lirih Syifa sambil membenarkan anak rambut anak kecil itu.
Setelah sampai di puskesmas para petugas puskesmas langsung membawa anak itu ke ruangan puskesmas untuk segera di obati.
Sedari tadi Syifa mondar-mandir tidak jelas memikirkan anak itu.
"Maaf mbak. Ini belanjaannya?"
Ucap seorang lelaki itu pada Syifa.
Dan yaa. Baru teringat sekarang. Syifa terlalu panik dengan anak itu sampai sampai melupakan belanjaannya. Bagaimana jika lelaki itu tidak membawanya? Bagaimana hidup Syifa di kost? Membayangkannya Syifa sangat takut.Syifa langsung membawa belanjaan itu. Tapi wajahnya belum menatap lelaki itu.
"Makasih mass.." Dan Syifa mulai mengangkat wajahnya melihat kearah lelaki berjaket kulit hitam itu.
Azka??! Awalnya ekspresi Syifa bahagia. Tetapi kali ini lakilaki dihadapannya bukan lakilaki asing bagi Syifa.
"Iya. Aku Azka yang kemarin bertemu denganmu di stasiun"
Ucap nya santai.Syifa terlihat berpikir dan melamun saat ini. Perasaannya begitu kacau. Tidak menentu. Dan lidah Syifa pun kelu. Tidak bisa berkata apa-apa padanya.
"Maaf tadi aku yang menabraknya. Aku akan bertanggung jawab mengenai pembiayaan anak mu" Ucap Azka yang kikuk sendiri.
"Dia bukan anaku!" ucap Syifa singkat. Dan laki-laki didepannya hanya terkekeh melihat raut wajah Syifa yang kesal seperti ini.
"Memang benar dia bukan anak saya mas. Tadi saya hanya menolongnya. Saya pikir yang menabraknya akan kabur. Eh"Azka hanya mendecak kesal melihat perempuan yang selama ini sikapnya tidak pernah berubah. Jutek. Iya sifat Syifa sangat jutek pada Azka.
"Enggg maaf mas" Syifa memang bersikap seperti dia tidak mengenal Azka. Tapi Azka tau bahwa ini adalah Syifa. Syifa yang sama yang pernah datang di kehidupannya.
Sebenarnya mereka sudah saling mengenal. Hanya saja egois dan gengsi mereka terlalu tinggi. Berharap salah satu diantara mereka berbicara. Tapi itu tidak akan. Mungkin belum.
"Ya sudah ayo kita cek kondisi anak itu" ajak Azka pada Syifa yang dari tadi menahan malu dan merasa bersalah karena meledeknya.
Syifa mengikuti Azka dari belakang.
"Assalamualaikum de, kamu baik-baik saja kan?" Ucap Syifa dengan ekspresi yang sudah berubah cepat dari sebelumnya.
Anak kecil itu hanya mengangguk. Dan masih terlihat wajah kesakitannya.
"Oh iya kamu tadi jalan sendirian?" tanya Syifa. Lagi.
Anak kecil itu hanya menatap kosong ke arah depan. Dan air mata nya tiba tiba mengalir di pipinya.
"Eh... Eh kamu ko nangis sih. Jangan nangis ah masa anak laki-laki nangis kamu kan jagoan"
Syifa mengusap air mata nya dengan penuh kasih sayang.Tanpa dia sadari bahwa Azka tengah memperhatikan sikap Syifa. Dan ditambah dengan senyuman yang menampakan lesung pipitnya itu.
"Sekarang gimana dek? Masih sakit?" Tanya Azka yang mengusap lembut rambut anak laki-laki itu.
Dia hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara apapun. Terlihat dari wajahnya dia sangat takut melihat sepasang laki-laki dan perempuan di depannya.
"Kenalin kakak Kak Syifa. Nama kamu siapa?"
"Azka" akhirnya anak laki-laki itu membukakan suaranya.
"Waa nama kita samaan dee. Kenalin nama kaka Azka. Panggil aja Kak Azka" Kali ini Azka yang nemperkenalkan dirinya dengan nada yang bersahabat.
"Azka kecil mau makan?" Azka kecil pun mengangguk bersemangat, yah walaupun kepalanya masih terasa sakit.
"Nanti di suapi sama kak Syifa" Santainya Azka, dia mendapat tatapan tajam dari Syifa. Seolah-olah Syifa adalah pembantu duo Azka ini. Dan Azka hanya cengengesan melihatnya. Lucu.
Dengan telaten Syifa mengupas buah apel yang ia beli tadi di pasar. Karena memang puskesmas itu berbeda dengan rumah sakit. Yang menyediakan makanan khusus untuk para pasien.
"Sudah kenyang kak, aku ingin pulang" pinta Azka kecil pada Syifa yang sedang membereskan kulit buah apel kedalam kantung kresek.
Azka dari tadi hanya memainkan hp nya. Entah apa yang menarik dari benda pipih itu. Dia juga tidak menyimak obrolan Syifa dan Azka kecil.
Syifa yang memiliki sifat keibuannya tidak tega melihat anak kecil terlantar itu. Sekarang ia bingung, mau mengantarkannya pulang? Ongkosnya hanya sedikit lagi. Sebenarnya bisa dengan memberikan uang Syifa pada anak kecil itu dan Syifa bisa berjalan meskipun jauh. Tapi ia tetap tidak tega.
"Kak Syifa, aku ingin pulang"
Kali ini nada bicara Azka kecil memang sudah serius, benar-benar ingin pulang."Ah, iya dek. Sebentar kaka beres-beres dulu."
"Udah sama Kakak aja ya?"Tangan Syifa yang sedang sibuk membereskan hp serta dompetnya dalam tas berhenti sejenak. Itu, kata kata itu yang sedari tadi ia inginkan dari Azka.
Anak kecil memang masih suci. Tak perlu berpikiran panjang untuk melakukan sesuatu. Akhirnya Azka mengantarkannya pulang. Tentunya dia pamitan dulu pada Syifa, tapi pada awlanya..
"Pulang sekarang?"
"Iya, paling naik angkot atau go-jek"
"Ikut denganku?"Syifa terheran-heran dengan pertanyaannya. Antara senang dan sedih saat kalimat itu terlontar dalam bibir Azka.
"Hey, tidak usah berpikir terlalu kritis"
"Terimakasih, tapi aku masih ada keperluan"Untung saja go-jek kali ini datang tepat waktu. Setelah menghubunginya tadi sewaktu Syifa masih beres-beres.
"Aku duluan, Assalamualaikum Azka"
Pandangan matanya tertuju pada anak kecil yang langsung mengambil tangan Syifa."Wa'alaikumsalam" Ucap keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau yang ku semogakan
Teen FictionBertemu dengan seseorang yang selalu ia lantunkan namanya di sepertiga malam selama 5 tahun ini adalah hal yang tak tertuga. Suatu kejadian yang mengingatkan Syifa pada masa lalunya. Masa lalu yang membuat hidupnya berubah. Mau tidak mau ia harus m...