"Eh lee piye kabare?" sambut neneknya Zahra pada Fikri.
Nenek Zahra sempat melihat keheningan antara Zahra dan Fikri. Dan dia pun memecah keheningan mereka.
Fikri menautkan kedua alisnya. Baru saja seminggu dia disini. Masa iya bahasa jawa nya langsung lancar.
"Kamu apa kabar?" ucap Zahra menerjemahkan sapaan neneknya.
Fikri langsung menatap Zahra.
"Itu kata nenek" Zahra memperjelas lagi supaya Fikri tidak berbesar rasa alias ge-er.
"Alhamdulillah baik nek" sambil mencium punggung tangan neneknya.
"Ayo-ayo masuk dulu lee. Nenek udah siapin makanan buat kamu" ajak nenek pada Fikri dan Zahra.
Setelah makan bersama mereka mulai dengan pembicaraan ringan dan bernostalgia mengenai masa kecil Fikri dan Zahra.
Ayah Zahra dan Bunda Fikri itu memang saudara sepersusuan. Waktu itu neneknya Zahra tidak memiliki ASI jadi bunda Zahra di susui oleh nenek Fikri. Kalian ngerti ga? Author harap ngerti sih kan kalian orang pintar dan rajin menabung mehehe...
Back!"Nenek itu udah lama loh lee nungguin kamu datang ke sini".
Ucap nenek sambil berjalan menyimpan piring-piring di bak cuci.
"Iya Fikri juga tidak asing dengan rumah ini nek".
Fikri masih merasa canggung. Apalagi di meja makan kali ini Fikri berhadapan dengan Zahra.
"Sering-sering main ke sini lee. Jadi Zahra ada temennya. Ga perlu ngekost lagi loh nduk kamu. Buang-buang uang. Kampus kamu juga sama kan nduk sama Fikri?"
Tanya nenek yang langsung duduk kembali di tempat duduknya.
"Ehh nenek ga perlu. Ara udah nyaman kok ngekost. Ara itu pengen hidup mandiri. Kan Ara juga suka datang ke rumah nenek, kalo sempet sih itu juga."
Ucap Zahra yang tersenyum memperlihatkan gigi putih nya yang gingsul di kanan. Mata Fikri pun tersihir dengan senyumannya itu.
"Kan kamu bisa pergi dan pulang bareng sama Fikri nduk"
Sontak Zahra tersedak air saat ia sedang minum. Fikri pun canggung sendiri.
"Kamu pelan-pelan dong nduk minumnya"
"Mmm Nekk. Fikri mau pamit dulu yaa. Soalnya Fikri ada janji mau menjemput teman Fikri di stasiun Tugu."
Pinta Fikri dengan nada hati-hati. Karna dia juga tau neneknya pasti akan menolak permintaan Fikri.
Baru saja mereka bertemu dan berbicara sekitar yaaaa 2 jam lah.Iya sih kalau menurut nenek Zahra 2 jam itu "baru saja" tapi tidak dengan Fikri. Ia harus memasang telinganya baik-baik saat nenek Zahra menjelaskan silsilah keluarganya dengan keluarga Zahra. Dan ia tidak sabar untuk menyudahi pertemuan ini. Apalagi dengan neneknya yang selalu membicarakan tentang Fikri dan Zahra.
"Baru saja datang lee. Masa kamu mau langsung pergi."
Ucap nenek dengan nada sedih. Fikri pun mengusap tengkuknya merasa bersalah. Tapi apalah daya. Sekalinya ia berjanji harus ditepati.
Zahra yang tau perasaan neneknya itu memegang lembut tangan neneknya. Dan menatap wajah neneknya seakan mengisyaratkan "gapapa nek" sambil tersenyum. Maniss. Manis sekali. Fikri pun dibuat diam dengan perlakuan Zahra pada neneknya itu.
"Lee...lee kamu mendengarkan nenek ga?" ucap nenek dengan nada kesal kepada Fikri karena dari tadi nenek bicara tidak didengarkan olehnya.
"Ah iya nek. Tadi nenek bicara apa ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau yang ku semogakan
أدب المراهقينBertemu dengan seseorang yang selalu ia lantunkan namanya di sepertiga malam selama 5 tahun ini adalah hal yang tak tertuga. Suatu kejadian yang mengingatkan Syifa pada masa lalunya. Masa lalu yang membuat hidupnya berubah. Mau tidak mau ia harus m...