Bab 4 - KEJUTAN

66 7 0
                                    

Mata tajam itu menatap lekat. Senyum tipis memikat. Dadanya berdesir, denyut nadinya berhenti sesaat.

Dibungkukan badannya seraya memberi salam hormat. Tak lama terdengar dia menyapanya. "Hai" Dijulurkan tangan itu kepadanya.

Arra..
Gadis itu tidak meresponnya. Dirapatkan kelopak mata terpejam erat karena rasa takutnya.

"Di..di.dia a.. aa.. da di sini. Berdiri disamping lo"

Hellen yang dibuat bingung oleh Arra celingukan, mencari sosok yang dimaksud sahabatnya, namun Hellen tidak menemukan apapun.

"Sudahlah Arra,  kamu jangan menanggapinya.  Cobalah mengacuhkannya!" saran Hellen seolah apa yang dilakukan bisa menenangkan Arra,  meskipun dalam hati kecilnya juga memendam ketakutan.

"Terima kasih ya!" Ucap Arra sambil menggenggam tangan sahabatnya.  

"Lo jangan suka bengong makanya.  Ehmm gimana kalau ntar pulang sekolah lo gua anter ke rumah paman gua.  Siapa tahu paman gua bisa bantu lo"

"Emang paman lo tinggal di mana?" tanya Arra. Sosok yang telah dilihatnya pun sudah tak nampak lagi.

"Sudah pokoknya lo ikut gua!" Ajak Hellen.

"Jangan hari ini deh, Mama gua mau ngundang teman-teman acara syukuran ulang tahun gue. Nanti sepulang sekolah."

"Ya udah besok aja kalo gitu."

****
Halaman rumah sederhana itu kini telah ramai dengan kehadiran anak-anak seragam biru putih. Mereka adalah teman-teman sekolah Arra. Syukuran hari ulang tahun Arra yang ke-15. Tidak meriah atau dirayakan di pusat perbelanjaan mewah cukup dengan makanan sederhana yang di masak sendiri oleh Martha. 

Tidak ada pernak-pernik lampu hias. Kemilau pita kado atau balon-balon yang menambah keindahan ruangan. Hanya lembaran karpet sebagai alas duduk lesehan. Bukan kue tar yang manis untuk disuguhkan tetapi nasi tumpeng yang manjadi lambang syukur kepada Tuhan.

"Ayo ayo masuk-masuk! Duduk semuanya ya! Yah beginilah tempat Arra" ajak Martha.

"Ga apa-apa tante. Kita sudah senang diundang ke sini. Makan gratis lagi."

"Yee.. loe mah perut mulu yang diurusin pli." 

"haha..." seisi ruangan tertawa mendengar celetukan kipli.

"Tante-tante.. ini acaranya mau tunangannya Arra sama saya ya tante?" 

"Eh.. loe mah kagak bakal ketrima jadi mantu. Loe kan malesan orangnya."

"Siapa bilang? Gue mah rajin tau.. Tau ga kalau Andre Ferdiansyah Putra Mangkujoyo paling cakep ini mah anak paling berbakti sama orang tua."

"Huuuuu..."

"Eh dengeri yee... Kalau gue jadi pacarnya Arra tiap hari gue anter jemput."

"Jemput pakek apaan lo? Odong-odong.. Prettlah.."

"Hahaha....."

"Ya sudah ini piringnya estafet ke cowoknya ya.. Ratain jangan sampai ada yang kelewat." Perintah Martha untuk membagikan piring makanan.

"Tante.. Boleh bungkus ga? Buat Mama di rumah." 

"Ish.. apaan sih. Malu-maluin aja kaya ga pernah makan aja." sodok Gabriel pada Albert karena keisengannya.

"Ya ga apa-apa nanti semuanya Mama bawain." Jawab Martha.

"Assalamualaikum..." seorang laki-laki separuh baya membawa kado untuk buah hatinya.

"Waalaikum salam. wr.wb" Jawab seisi rumah serentak.

"Papa..?" 

"Selamat ulang tahun putriku. Semoga panjang umur, sehat selalu menjadi anak yang membanggakan. amin." Laki-laki itu mengecup kening putrinya.

"Terima kasih Papa Hendra. Ehm.. Emang papa pulang sama siapa?" tanya Arra 

"Pulang sendirilah nak." Jawab Hendra singkat.

"...." Hendra melihat anaknya yang seolah-oleh di sampingnya ada orang lain.

"Kamu cari siapa? Kok ngelihatin kesana-kemari. Kamu nungguin seseorang ya? emang teman kamu ada yang belum datang?" selidik Hendra.

"Udah ayo cepetan potong tumpengnya. Kasihan tuh temen-temennya sudah nungguin." Ajak Martha mengalihkan perhatian. Ditarik tangan anaknya dan memberikan perintah untuk memotong tumpengnya.  Sorak sorai, ucapan dari temen-temennya memberikan kebahagian untuk Arra.

>>>>>>

"Arra.. tolong Mama dong! Itu bungkusan yang di meja, Arra anter bagi-bagi tetangga sebelah ya!" Perintah Martha sambil mencuci peralatan yang digunakan saat acara beberapa jam yang lalu.

"Rumah siapa aja Ma?" Tanya Arra.

"Rumah sebelah sampai ujung gang aja! Itu yang plastik kuning antar ke rumah pak RT." Tegas Martha pada Arra.

"Ok Maaa.. Arra berangkat ya!" Pamitnya.

"Perlu Papa Bantu ga Ra?" Hendra. Papa Arra tiba-tiba keluar dari kamarnya.

"Ih Papa... Ngagetin Arra aja. Ga usah deh Pa. Arra bisa kok. Nih lihat!" Gadis itu memanerkan jinjingannya pada Hendra.

"Ya deh ... Ya deh... Percaya. Arra kan strong." Pujian Hendra untuk putri semata wayangnya.

Arra melangkahkan kakinya keluar rumah. Terlihat di bagian barat, cakrawala berwarna jingga. Sinarnya membentuk panorama terang penuh dengan misteri. Indah bagi penikmatnya namun harusnya makhluk bumi lebih peka akan keberadaannya.

Perbatasan dunia nyata, bergesernya sang surya menuju peraduannya. Mengundang yang di sana, dunia tidak kasat mata untuk bangkit dengan aktivitasnya. Perbandingan yang bergeser dengan alam yang nyata.

"Arra." Panggilan itu menghentikan langkah nya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sumber suara. Hanya suasana lengang yang ia dapati. Jantungnya berdesir.

Ah ga.. gua ga boleh kebawa suasana. Gua harus cepetan ngebagi ini semua. Arra bergegas meneruskan langkahnya.

"Assalamualaikum.... Permisi!"

"Waalaikum Salam" sahutan dari dalam rumah.
"Eh Arra... Masuk- masuk!" Seorang seumuran mamanya mempersilan Arra untuk masuk.

"Ehmm.... Ga usah Tante. Arra cuma mau ngasih ini. Disuruh sama Mama."

"Apaan? Dalam rangka apa? Makasih ya!"

"Ya tante, ini cuma acara kecil-kecilan. Syukuran ulang tahun Arra. Ya udah tante. Arra permisi dulu." Pamit gadis itu.

"Deegg....!" Pandangan Arra tertuju di kursi depan TV.

"Tan..tan..tee..I...i...i...tuuu.. siapa tante?" Arra tergagap.

"Oh.. itu. Keponakan Tante yang di Bandung. Andre!"

"Ya tante Emy." Pemuda itu berdiri menuju ke tempat Emy dan Arra berada.

"Hai..." Sapa Andreas.

"Haa..i.. juga.!" Balas Arra.

>>>>>>>>

"Kalian sudah saling kenal?" Tanya Emy

THE SHADOWWhere stories live. Discover now