MAAF, BASON!

19 1 0
                                    

"Tak semua penilaian datang dari pandangan. Yang menurut kita buruk, belum tentu buruk dan yang menurut kita baik, belum tentu itu baik."
-Nazaya Silalahi

*

*
Belajar menjadi murid baru memang membosankan. Tidak bisa berkutik kecuali diam. Melihat sekeliling seakan melihat kegelapan. Tak jarang guru yang masuk menjadi bahan ledekan mereka. Aku hanya bisa terdiam dan berfikir, bagaimana mengubah sikap mereka yang memandangku hanya patung batu yang tidak ada gunanya. Sangat sulit ujian yang Allah berikan padaku, namun aku tak akan berhenti sampai disini. Ini baru awal.

"Kamu enggak panas apa, pake penutup kaya begitu?" Tanya wanita yang duduk disampingku, hingga memecahkan lamunanku.

"Alhamdulillah, karena sudah terbiasa, jadi tidak terasa panas," jawabku penuh kehangatan.

"Oh begitu. Kenalin namaku Karina Simbontang. Panggil aja aku Karin," Karina mulai menjulurkan tangannya, hingga tanganku dan tangannya kini saling berjabat tangan.

"Nama yang cantik, Karin. Aku Nazaya panggil aja Naya."

Terlihat senyum di pipi karin kini mengembang.

Dari kejadian yang baru saja terjadi, aku bisa belajar "Tidak semua yang kita lihat buruk hasilnya buruk. Dan tidak semua yang kita lihat baik adalah baik."

Kami mengobrol sangat lama. Aku dan karina mulai akrab. Dia orangnya asik dan dia telah mengubah duniaku menjadi tak kesepian lagi.

Ketika kita asik mengobrol "penghuni bangku belakang" tulah julukan yang aku sebut pada lelaki yang nakal itu. Menghampiri aku dan mencoba menyentuh tanganku yang dibalut handsock.

"Cantik. Kenalin gue Bason."

Kata pertama yang Bason ucapkan membuatku risih. Ingin memukul mulut yang keterlaluan itu.

Bason hampir menyentuh punggung tanganku, namun aku berhasil menghindarinya.

"Naya," ucapku dengan menjaga jarak agar tidak bersentuhan.

"Alah belagu amat lo. Baru murid baru aja belagunya selangit. Munafik lo, sok suci. Bilang aja tangan lo tuh borokan jadi enggak mau kan borok lo tuh nular ke tangan gue," Bentak Baron, karena aku berusaha menghindari jabatan tangannya.

"Udah tau belagu, masih aja lo deketin. Dasar cewe munafik!" Sambar Rio anak buah Baron.

"Nyesel gue datengin nih cewe. Lebih baik gue enggak punya pasangan aja sekalian dari pada nanti gue sama cewe sok alim ini," ku lihat mata Baron yang tak terima tertuju tajam kepadaku.

Aku hanya bisa terdiam. Air mata yang ingin keluar, namun ku pertahankan agar tidak mengalir. Begitu sakit yang dirasa ketika mendengar ucapan Baron kepadaku.

Karin hanya bisa menepuk-nepuk pundakku dan sesekali dia mengatakan "Sabar Nay, jangan masukin ke hati"
Aku hanya bisa tertunduk diam.

___________________________________________
Mempunya satu sahabat jannah lebih mulia dari pada mempunyai sahabat berjuta-juta, namun akhirnya hanya menjerumuskan kita.
~NazayaSilalahi

NOMURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang