"Seburuk apapun dirimu, sejauh apapun jalan pikiran kita, kita masih tetap sahabat."
~Nazaya Silalahi
***Suasa di sini sangat berbeda dengan sekolahku yang sebelumnya. Sekolah yang membuatku terkekang sendiri. Bahkan di sekolah ini tidak memiliki mushola. Itu yang membuatku bersedih.
"Nay kamu ngapain?" Tanya karin saat aku meletakkan sajadah di dalam kelas.
"Aku mau salat duha Rin. Kamu enggak salat?" Tanyaku kepada karin yang masih kebingungan.
"Salat duha tuh apa si Nay?" Pertanyaan yang kini dilontarkan karin justru membuatku merasa aneh dengan karin.
"Memang nya kamu tidak tahu?
"Dalam agamaku tidak ada yang namanya salat duha."
Kini jabawan karin menusuk hatiku. Maksud dari jawabannya tadi apa."Maksudmu?" Jangan sampai apa yang aku pikirkan sekarang menjadi kenyataan.
"Mungkin setelah mendengar ini kamu akan meninggalkanku Nay, emang ini sudah menjadi takdirku yang kesepian dari awal masuk sekolah ini hingga tidak ada teman yang mau berteman denganku, hanya karena aku berbeda kepercayaan dengan kalian. Awalnya aku bahagia ada satu teman yang mengijinkanku untuk bersahabat dengannya, namun dugaanku ini akan berakhir."
Sekarang aku tau maksud Karin. Cepat-cepat aku membuka kembali rok mukena yang sebagian akan kupakai. Kini aku menghampiri Karin yang duduk terdiam sambil mengusap air mata yang dengan sendirinya keluar.
"Ya Allah Karin kamu tidak boleh berbicara seperti itu. Dalam agamaku selama batasnya wajar kita boleh-boleh aja berteman. Akupun bangga punya teman disaat orang lain merendahkanku, tapi kamulah yang menganggapku berharga. Kita memang berbeda dalam kepercayaan kita, tapi dalam persahabatan tidak boleh berbeda pula. Jika berteman dengan kamu baik, lantas apa yang perlu dikhawatirkan?". Aku mencoba berbicara pelan- pelan agar Karin tidak tersinggung dengan ucapanku.
"Tapi kamu janji kan Nay enggak akan kaya mereka-mereka yang meninggalkanku hanya karena aku dan mereka semua berbeda kepercayaan?" Kini bisa dijelaskan, mata yang syahdu bahwa Karin tidak ingin hidup dalam keheningan lagi.
"Iya janji Karin," kini kelingking aku dan Karin mulai bersentuhan dilanjutkan dengan pelukan.
"Ya Allah apa yang sebenarnya engkau rencanakan untukku? Ujian apa lagi yang harus hamba lakukan Ya Allah? Pertama kalinya aku bisa bersentuhan dan mengikrarkan tali persahabatan dengan Non muslim, namun hamba percaya engkau tidak akan membebani hambanya di luar batas kemampuannya," Ucapku dalam hati saat kesejukan ini terasa ketika tubuhku dan tubuh Karin kini berjarak sangat begitu dekat.

KAMU SEDANG MEMBACA
NOMURA
Teen FictionAku datang bukan untuk mencari ketenaran diri, tapi aku datang membawa cahaya hati perubahan. ~As3