Liar

61 25 17
                                    

Alyn's POV

"WOY HARI INI SENI MUSIK YANG TAMPIL TAMPIL ITU YA?"

Kelasku sangat ramai, entah mengapa di antara semua kelas yang ada, baru kelas kami saja yang anak-anaknya sangat membaur, kami tidak peduli dengan siapa kami bermain. Setiap anak yang berada di kelasku memiliki perannya masing-masing. Ada si pemimpin, si tukang tidur, si penghibur, si musisi, dan masih banyak lagi. Aku sendiri sepertinya masuk ke golongan yang si berisik. Namun percaya, tanpa ada si golongan berisik kelas tidak akan menjadi ramai.

"Iya Mike, kan sekarang Kamis." Jawab salah satu temanku dari ujung kelas menjawab Michael yang berada di ujung kelas lainnya. Mendengar itu, aku teringat kembali akan tugas kelompok yang kami disuruh menampilkan satu lagu.

Aku langsung mencari keberadaan Calum, karena dia ku anggap "ketua kelompok" karena dialah yang paling hebat musiknya diantara teman kelompokku yang lain. Akhirnya aku mendapati Calum yang sedang terduduk di atas meja tak berkursi yang berada di belakang kelas, dia sedang sibuk dengan gitarnya. Calum memang sering membawa gitarnya ke sekolah, meskipun tidak ada ekstrakulikuler band ataupun pelajaran seni musik.

Omong-omong ekstrakulikuler, awalnya aku ingin mengikuti ekskul yang berbau musik, seperti band, paduan suara, dan semacamnya. Ditambah, kakak senior di band itu ada yang tampan, makin membuatku ingin mendaftarkan diri ke ektrakulikuler tersebut. Namun, teman-temanku mereka banyak yang memilih untuk mengikuti ekskul tari lalu menyisakanku sendiri yang kebingungan. Akhirnya aku memilih untuk ekskul seni rupa semacamnya. Dikit memang yang mendaftar, namun aku sendiri menyukainya, jadi mengapa tidak?

"Cal, kita kan belum latihan tauu,"

Calum menengok ke arahku lalu menhentikan aktivitas dengan gitarnya sejenak. "Yaudah ayo sekarang?"

"Tapi masa kita doang siih? Bareng yang lain juga doong."

"Yaudah gapapa, daripada gak latihan sama sekali, yang penting nanti pas tampil ada 2 orang yang bener hahahaha," tawanya sangat indah. Jujur saja sekarang aku merasa senang jika ada di dekat Calum, entah mengapa. Namun ingat, aku tidak akan pernah menyukai Calum, karena Baron adalah satu-satunya.

"Eh Cal, tau lagu all about you nya mcfly gak?" Aku mengunyah permen karet yang baru saja kemari kubeli di supermarket terdekat dari rumahku. Lalu langsung menyodorkannya satu buah ke paha Calum. "Makasih ya,"

"Tau gua, kenapa emang?"

"Coba nyanyiin doongg,"

"Gak ah malu gua, lagi jelek suaranya," dia bohong, jelas jelas tadi kudengar dia menyanyikan beberapa lagu yang diantara jika aku tidak salah ada lagu the beatles.

"Boong ya,"

"Eng- iya alyn aku boong. Abis aku grogi kalo ada kamu," katanya sambil mengerucutkan bibirnya sambil menutupi wajahnya sebagian menggunakan gitar. Namun, aku masih mampu melihat bibirnya yang tebal sekaligus alisnya yang seperti ulat bulu di pohon rambutan.

"ekhem ekhem," tiba-tiba Liam, teman kelasku lewat depan kami sambil kutebak dia berpura-pura berdehem dengan maksud tertentu.

"diem lu gua selengkat juga lu," yang barusan itu bukan aku, melainkan Calum.

"Ampun," jawab Liam sambil berlari sepertu wanita menjauhi kami. Lalu aku tertawa mendengar perkataan Calum.

Kami berdua pun terdiam tak ada yang berbicara. Tak lama Calum mulai memetik senar gitarnya lagi memainkan banyak lagu. Aku hanya diam tertegun memerhatikan Calum yang terlihat sangat menghayati tiap alunan musik yang dia mainkan sendiri. Sungguh, dia sangat amat hebat. Aku akhirnya menghabiskan sisa waktu pelajaran ekonomi yang kosong karena gurunya tidak ada dengan duduk di atas meja di belakang kelas tepat di samping Calum. Ya, Calum. Seharusnya aku duduk di sebelah Baron, karena Baron yang aku sukai. Namun, kulihat dia sedang berbincang-bincang entah membicarakan apa dengan Nivi dan lain lain.

 YOUR NO.1 FAN  [ C H ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang