No Swearing, Please!

54 25 20
                                    

Alyn's POV

"HAAAHH FYUHH, SHAN MINGGIR DULU GAKUAT GUA," nafasku terengah-engah karena kelelahan berlari.

Aku yang tadinya berlari di kumpulan anak kelasku, semakin mundur dan akhirnya berada di belakang barisan.

Semoga gua pingsan abis itu ditolongin sama kakak kelas ganteng, digendong ke UKS ditemenin sampe gua bangun. Abis itu gua jadi pacarnya deh, biar kayak di film film gitu. Aamiin.

Setiap hari Jumat pagi , sekolahku mengadakan lari pagi Jumat, yang biasa disingkat larjum. Kami masuk lebih pagi dari biasanya, kalau hari senin kami masuk pukul 07.00 khusus pdi hari jumat kami masuk pukul 05.45. Menyebalkan bukan?

Sungguh bagiku yang anaknya tidak terlalu menyukai pelajaran olahraga sangat amat menyebalkan sekali. Ya, sudah sangat, amat, sekali pula. Bayangkan, jika kalian sedang nyenyak nyenyaknya tidur namun waktu tidur kalian harus terpotong karena larjum itu. Padahal, aku bisa melakukannya sendiri di hari Sabtu dan Minggu ditambah dengan kemauan sendiri, bukan karena paksaan. Itu akan menyenangkan.

"Dek, kalo masih kuat lari ya, jangan jalan," kata seorang kakak OSIS yang
sedang berjalan di dekat kami. Aku yang sudah sangat lelah ditambah Shannyn meninggalkanku hanya melirik kakak tersebut yang entah siapa namanya dan melanjutkan jalanku.

"Bodo amat ah udah gakuat," kataku kepada diriku sendiri. Kulihat teman teman yang lain masih berlari lari di jalanan gravel yang mengelilingi sebuah lapangan sepak bola yang diapit oleh dua lapangan basket untuk tiap tingkat.

"Lyn, beli minum yuk," ajak Zettha setelah kami selesai melaksanakan rangkaian kegiatan lari Jumat. Aku mengangguk dan mengikutinya. Wajah Zettha yang tadinya putih sudah berwarna merah seperti kepiting rebus.

"Pak, saya susu cok-," omonganku terpotong karena seseorang menubrukku dari belakang.

BUK.

"AW! SAKIT TAU," keluhku sambil mengelus pinggangku yang terbentur meja. Aku menengok ke belakang untuk melihat paras si pelaku pembuat onar di pagi hari.

Kulihat dia memiliki wajah yang mayoritas anak-anak disini. Rambut blonde dengan rambut bagian depan dia kumpulkan di antara pelipis dan dahi sebelah kiri. Coba kalian bayangkan saja. Jika kalian tahu band yang bernama gaada band, ya 11 12 lah dengan si dia itu.

"HEH LU! BISA LIAT GA SI LU! SEGALA NABRAK ORANG, SAKIT TAU GA," tadinya aku ingin sekali mengatainya dengan sesuatu yang rasis. Namun, tidak ingin memicu perdebatan SARA yang tidak selesai selesai di dunia ini, akhirnya aku memilih untuk memberikannya sedikit suara toa namun emasku ini untuknya.

"eh sorry banget gua galiat, abisan lu pendek sih, eh kok anak SD sebelah bisa ke sini sih? " jawabnya sok cool.

Sekarang, siapa coba yang rasis? Gua katain balik paling ngadu lu cupu gitu wajahnya sok cakep gitu.

Ini orang kayaknya gak pernah diajarin cara minta maaf kayaknya deh. Hem.

Maafin aja kali ya? EH tapi kan pasti pinggang gua biru biru masa dimaafin gitu aja? Kebaikan ah gua.

"Apa lu liat liat gua? Gua cakep ya? Emang." Katanya yang sadar sedari tadi aku menatap wajah si pelaku yang baru saja menabrakku.

Ih. Geeran banget deh tuh orang.

Akupun akhirnya memilih untuk meninggalkan orang itu setelah memesan sekaligus membayar susu coklat yang akhirnya berada ditanganku. Aku dengan tak acuh berjalan sambil menginjak kakinya dengan sekuat tenanga.

"ADUH, WOY JARI GUA," teriaknya sambil meringis kemudian mengelus-ngelus jari kakinya yang baru ku injak. Aku pun meninggalkan kantin diikuti Zettha di belakangku.

 YOUR NO.1 FAN  [ C H ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang