Sang mentari perlahan telah berpijak dari tempatnya, langitpun telah berubah warna. Sore yang indah untuk orang orang yang menikmatinya, namun seorang gadis justru merasa sebaliknya.Naura, seorang gadis yang baru saja menginjak usia 17 tahun, tak seperti kebanyakan remaja lainnya yang akan merayakan hari dimana mereka bertambah umur, gadis itu hanya duduk di Cafee Metro Danau Matano, memandangi Danau itu sambil sesekali menitihkan air mata.
Perlahan, Naura menutup matanya. Kejadian yang terjadi pagi tadi, terputar dengan sendirinya, tepat di depan matanya ia melihat lelaki itu sedang memeluk wanita lain, ia tidak mungkin salah mengenali lelaki itu, ia mencoba untuk tidak berlebihan menanggapi hal ini, ia takut apabila ia mengutarakan masalah hatinya itu, justru akan membuat hubungan mereka kembali renggang seperti yang sudah-sudah.
terulang lagi kan?
Namun ia sadar, bahwa hatinya sudah tidak mampu, hatinya sudah tidak mampu lagi menahan segala gejolak emosi yang selama ini ia pendam, hatinya memberontak untuk mengeluarkan semua kesakitannya, namun otaknya justru hanya diam, mencoba untuk mengikhlaskan segala yang terjadi, pertengkaran dalam diri sendiripun terjadi, disaat hati dan otak tidak sejalan, yang membuat dirinya lebih jatuh dalam kesakitan.
'apa yang harus aku lakukan?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Naura's Story
Teen Fiction[Bersikap tenang bukan keahlianku. Nyatanya itu adalah keahlianmu] -Dari Naura untukmu. [Aku selalu memendam, tak ingin bersuara. Karena aku tahu, kau menangis] -Dari Rafa untukmu. [Terimakasih untukmu, sebab aku bahagia] -unknwn