'6

49 4 0
                                    

Jangan memberi harapan jika memang tidak berniat untuk tinggal.

😍😍😍

***

Naura berdecak kesal. Saat ia masuk ke dalam kelas, ia mendapati Ila dan Nadya tersenyum ke arahnya. Bukan senyum biasa,melainkan senyum sinis ala mereka. Naura memutar bola matanya malas saat Ila menepuk kursi disamping kirinya. Mengerti dengan gerakan itu,Naura berjalan dan duduk di antara kedua manusia itu.

"Jadi mau diinterogasi dulu atau mau langsung cerita?" Nadya membuka suara pertama.

"Nggak ada."

"Nggak bisa gitu dong,langsung cerita ajaa Ra ih!" Ila sangat greget dengan sahabatnya yang satu ini. Ingin rasanya ia menampar lembut.(....)

"Tadi ngasih pilihan, sekarang malah maksa. Apaan dah" Naura mengela nafas,sementara Ila dan Nadya terkekeh. Dalam satu tarikan nafas, ia menceritakan semua apa yang terjadi. Dimulai dengan pertemuannya dengan Dylan sampai Rafa yang mengantarnya pulang.

"Eh tapi lo emang dekat sama Dylan ya?" Nadya menganggukkan kepala mendengar pertanyaan Ila, ia juga penasaran. Yang ditanya justru mengangkat bahu acuh.

"Nggak juga,"

"Waktu itu nggak sengaja ketemu, yaudah kenalan. Dan ya gitu." Timpal Naura kembali.

Naura tak sengaja menoleh kearah pintu, disana ada Dylan dan Nadira. Sepertinya akan menyampaikan hasil rapat kemarin kedalam kelasnya. Naura juga bingung, apa guna mereka perwakilan osis setiap kelas. Naura kembali menatap kedua sahabatnya,ternyata mereka juga melihat kearah yang dilihat Naura tadi. Saat Naura kembali melihat kearah pintu, tak sengaja ia bertatapan dengan Dylan. Dylan tersenyum kearahnya kemudian kembali fokus kepada Nadira yang sedang berbicara dihadapannya. Naura tertegun sejenak melihat senyum Dylan. Namun ia sendiri bingung.

"Ra, ada Dylan tuh" Naura menoleh ke Nadya. Nadya yang ditatap menunjuk dengan dagunya. Naura refleks mengikuti arah yang ditunjukkan Nadya. Dan sekali lagi mata Naura kembali bertatapan dengan mata coklat Dylan. Naura merasa tidak asing dengan sorot mata itu,namun ia sendiri tidak yakin. Senyuman Dylan seperti mengingatkannya akan sesuatu, tapi ia sendiri juga bingung.

**

"Jadi gimana, semua kelas udah beres?"

"Udah, tinggal ngumpulin dananya aja" Dylan berjalan kemeja osis, ia menuliskan sesuatu disana. Rafa terus memerhatikan Dylan.

"Lan"

"Hm?"

"Lo kenal Naura?" Dylan yang mendengar nama Naura lantas menolehkan wajahnya menatap Rafa bingung.

"Iya"

"Kok bisa?" Rafa kembali bertanya, namun kali ini ia bertanya sambil membaca sesuatu yang tadi Nadira serahkan kepadanya.

"Apanya yang bisa?" Rafa menoleh, mendapati Dylan sudah selesai dengan tulisannya.

"Nggak, nggak jadi" Rafa menyimpan kertas yang ia pegang kemudian menatap Dylan sebentar. Dylan yang ditatap merasa tak peduli, ia memasukkan tangannya kedalam saku celana abu-abunya,lantas meninggalkan Rafa diruangan itu sendiri. Rafa mengacak rambutnya, lalu berjalan kearah cermin yang ada diruangan itu

'gantengan gue kemana-mana'
Rafa tersenyum puas sambil menyisir rambutnya dengan jarinya.

"Rafa?" Rafa yang merasa terpanggil menoleh, mendapati Luna. Gadis yang beberapa hari lalu menyatakan cinta kepadanya. Rafa mendekat kemudian tersenyum.

"Sini Lun" Rafa menepuk bangku disampingnya dan mengisyaratkan Luna agar duduk di tempat itu. Luna lantas melakukannya. Keduanya bercerita sambil tertawa"

"Jadi gimana menurut kakak?" Luna bertanya dengan mata berbinar.

"Ya kalau kamu suka kenapa tidak" Jawabnya sambil mengacak pelan rambut Luna. Luna tersenyum kemudian mencium pipi Rafa. Bertepatan dengan itu, Nadira tiba-tiba muncul di pintu.

"Mesum nggak tahu tempat!" Sinis Nadira kearah dua manusia itu. Nadira masuk dan menulis ditempat yang sama dengan tempat Dylan menulis sebelumnya. Saat Nadira berbalik ia sudah tidak melihat perempuan yang tadi bersama Rafa. Ia lalu melangkah kenbali keluar ruangan itu.Namun sebelum ia melewati pintu, ia berbalik kearah Rafa. Ia seperti ingin mengatakan sesuatu,namun ia urungkan.

"Kenapa?" Nadira mendongak, Rafa bertanya kepadanya. Nadira memicingkan matanya, lalu menghela nafas kasar.

"Lo nggak berubah, mau sampai kapan bohongi hati sendiri?" Rafa tahu apa maksud Nadira, namun ia diam. Gadis itu kembali melangkah keluar menjauh.
Sementara Rafa menghela nafas gusar. Seperti yang dikatakan Nadira. Ia bertanya pada dirinya sendiri.

'Sampai kapan?'

tbc...

___________________________________

Jangan lupa vote dan comment!
Thankyou❤

Naura's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang