'2

27 3 0
                                    

"Kakak?" Lelaki yang akrab disapa Rafa berbalik dan medapati Linda,Mamanya ada di belakangnya.

"Nggak sarapan dulu?"

"Nggak usah ma, nanti sarapan dikantin dulu. Soalnya ini hari senin. Banyak yang mesti kakak urus." Linda mengangguk mengerti.

"Iyadeh bapak ketua yang sibuk, udah sana,jangan sampai telat. Jangan lupa sarapan ya, awas!" Rafa tertawa sambil mendekat dan meraih punggung tangan mamanya itu.

"Siap bos, yaudah kakak bernagkat dulu, Assalamualaikum."

"Walaikumsalam"

Rafa Alvaro, lelaki yang kerap disapa Rafa itu kini mengendarai motor Ninja merahnya dengan santai. Lelaki berkulit putih, hidung mancung, bulu mata yang lentik dan lesung pipit di pipi kanan dan kirinya menambah kesan mempesona. Dia salah satu The Most Wanted disekolahnya. Beberapa orang memanggilnya Ice Boy mengingat sikap dan kelakuannya selama ini. Tapi itu hanya pandangan orang saja. Nyatanya saat bersama keluarga, sahabat serta beberapa orang yang sudah mengenalnya ia tidak seperti itu. Hanya saja dia memang malas berbicara jika sesuatu itu tidak penting.

Tapi ada satu orang yang bisa merubahnya menjadi sangat cerewet, dia bisa berbicara panjang lebar hanya untuk melihat wanita itu tersenyum. Dia, yang selama ini diam-diam ia doakan, wanita yang sudah ia sakiti dengan sikapnya sendiri.

Naura

**

"Raf, rapat hari ini jadikan?" Rafa menoleh dan mendapati Angga sahabatnya berdiri disampingnya sambil memasukkan kedua tangannya didalam saku almamater army yang ia gunakan.
Rafa mengangguk. Ia lantas kembali memerhatikan barisan yang ada didepannya. Hari ini Upacara berjalan khidmat, walaupun matahari persis berada diatas kepala mereka semua. Rafa menolehkan pandangannya mencari sosok perempuan dengan rambut coklat sebahu. Rafa melihatnya, Naura sedang berada di bawah pohon kecil yang hanya menutupi sebagian tubuhnya. Buktinya sekarang ia terlihat berkeringat. Rafa tersenyum melihat gadis itu, senyum yang sangat tipis. Hanya Rafa dan Tuhan yang Tahu kalau lelaki itu sedang tersenyum. Ia lantas kembali menoleh dan berusaha fokus dengan upacara pagi itu.

Setelah beberapa menit, akhirnya upacara selesai. Semua murid berhamburan kesegala arah. Ada yang kekelas, ada yang kekantin, ada yang ketoilet, dan kemana mana.

Rafa berjalan bersama ketiga sahabatnya menuju kekelas untuk sekedar beristirahat sebentar.

Ting

Trisal, salah satu sahabat Rafa merasakan getaran ponsel di saku almamaternya. Setelah membaca pesan dari Nadira yang menyuruh mereka keruang osis sekarang,ia lantas bangkit dari duduk nyamannya dan mengajak dua orang di depannya agar bergegas. Dijalan mereka bertiga mendapat tatapan memuja dari kaum hawa. Hal ini sudah menjadi biasa bagi mereka.

'cukup balas dengan senyum saja' Batin Rafa

Namun tidak dengan Trisal dan Angga, mereka justru terang-terangan menggoda cewek yang mereka jumpai. Hal itu tentu membuat yang di goda kegirangan. Rafa memutar matanya melihat tingkah kedua sahabatnya. Ia berjalan dengan cepat meninggalkan kedua orang yang sedang sibuk menggoda.

"Rafa? yang lain mana?" Nadira, cewek yang tadi memberi pesan ke Trisal. Namun justru tidak melihat batang hidung cowok itu. Nadira dan Trisal memang berpacaran, tak heran ia mencari cowok itu.

"Dibelakang, lagi sibuk dia ngegombalin cewek"

"Enak aja, nggak gue nggak ngegombalin. Cuma nemenin ini nih, si jones buat cari dambaan hatinya" Rafa berbalik mendengar suara itu, Trisal dan Angga berjalan menghampirinya.

"Eh kuda, alasan lo klasik. Nggak nad, orang dia juga ikut ngegoda kok" Angga menjitak kepala Trisal.

"Jangan percaya Nad, fitnah nih bocah" Trisal yang tak mau kalah balas menjitak kepala Angga dan terjadilah aksi jitak jitakan.

Nadira mendengus lantas memberi kode ke Rafa untuk segera masuk kedalam Ruang Osis. Rafa membuka pintu kemudian masuk diikuti Nadira,Trisal dan Angga.
Rafa sedikit gugup saat mengetahui Naura sedang menatapnya. Ia melihat hal itu dari ekor matanya. Sekuat apapun ia menahan, nyatanya matanya tetap melihat kearah cewek itu, Rafa melihat Naura sedang melotot tajam kearah cewek yang Rafa tahu sahabat Naura, Rafa masih memperhatikannya, saat tiba-tiba perempuan itu berbalik dan menatapnya. Ada sorot kerinduan dalam mata gadis itu, namun Rafa mencoba untuk biasa saja dan memutuskan kontak mata. Walau sebenarnya hatinya sangat merindukan gadis itu, tapi apa boleh buat.

Rafa dan temannya langsung duduk dan memulai rapat hari itu dengan memperkenalkan nama mereka serta jabatan mereka.

"Wakil ketua Osis belum bisa hadir sekarang" Nadira yang melihat raut kebingungan di wajah anggota baru lantas angkat bicara, mereka semua mengagguk. Termasuk Naura. Rafa kembali menatap gadis itu, namun yang ditatap tak menatap balik. Rafa tahu Naura merasa gelisah, Ia melihat gadis itu mengangkat kepalanya lalu balas menatapnya. Namun hanya sebentar, setelah itu dia kembali memperhatikan Nadira yang sedang berbicara didepan.

aku rindu.

tbc...

Naura's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang