'1

40 3 2
                                    

Suara sepatu convers sedang menapak di lantai koridor terdengar nyaring. Matahari belum sepenuhnya menampakkan dirinya, namun seorang gadis manis sudah berada di sekolahnya.
Hari Senin, hari pertamanya sebagai Anggota Osis. Ya walaupun hanya anggota, namun ia sangat senang. Ia bukan senang karena bisa berorganisasi, melainkan karena Anggota Osis akan menjaga barisan di belakang saat hari senin. Dan Naura sangat suka itu, artinya ia tidak perlu berdiri kaku lagi mengikuti perintah sang pembawa acara.
Gadis itu tiba-tiba tertawa mengingat alasannya sendiri.

nggak usah panas panasan lagi asik

"DORR!!!"

"ALLAHUAKBAR" Naura, gadis yang sedari tadi berjalan lantas terkejut dan segera berbalik. Ia mendapati Angga, sahabatnya dari jaman orok terbahak sambil memegang perutnya. Naura berdecak kesal, ia lantas pergi meninggalkan Angga yang masih saja sibuk tertawa. Padahal tadi dia sangat senang.

Angga sialann

"Woi elah, buru-buru amat" Angga mensejajarkan langkahnya dengan Naura, gadis itu hanya menoleh sebentar lalu terus berjalan.

"Ye sikutu marah. Maaf elah,lagian gue liat lo tadi senyum-senyum sendiri. Ya gue kagetin ajaa, siapa tahu lo kerasukan. Kan nggak asik kalau lo nge..." Kata kata Angga terhenti saat melihat Naura sekarang kembali tersenyum ke arahnya. Senyum yang sama seperti yang ia lihat barusan.

"Kerasukan beneran nih anak" Angga berlari cepat meninggalkan Naura. Naura yang melihatnya tertawa. Kemudia ikut berlari mengejar Angga.

Enak aja kesurupan, rasain tuh

**

Naura bersama kedua sahabatnya Nadya dan Ila berjalan menuju keruang Osis. Hari ini mereka akan membahas seputaran acara apa saja yang akan mereka lakukan tahun ini.

"Lo tau nggak sih, kemarin gue ketemu sama si Luna di mall" Ucap Nadya sambil melihat kearah temannya.

"Lah emang salah Luna ada di Mall?" Naura dan Ila tertawa mendengar ucapan Ila barusan.

"Belum selesai coeg, ya nggak masalah sih kan siapa aja bebas ke tu tempat. Yang jadi masalahnya dia pergi sama Kak Rafa" Nadya kembali menjelaskan perihal yang ia lihat kemarin.

"Pacaran kali mereka" Nadya dan Ila menoleh kearah Naura. Yang ditatap hanya menampilkan wajah datar. Artinya ia tidak peduli.

"Bukannya kemarin dulu kak Rafa baru jalan sama si ituu.. siapa tuh, yang anak cheerleader... siapa sih" Ucap Ila berusaha mengingat nama cewek yang pernah ia lihat jalan bersama Rafa.

"Siapaa?" Ucap Naura dan Nadya sambil terus berjalan.

"Ituloh yang kita lihat pas lagi di Cafe depan Danau itu, masa lo lupa sih Nad" Ila berdecak, dia ingat betul kalau dia baru-baru ini bertemu dengan Rafa, kakak kelas mereka sekaligus Ketua Osis di SMA GLOBAL sedang jalan dengan cewek.

"Ah si Rina maksud loh?" Naura mengeryit bingung.

"Nah iyaa itu" Ila menjentikkan jari kehadapan dua temannya.

"Rina?" Tanya Naura memastikan.

"Iya, jadi waktu kita mau datang ke rumah lo kan kita sempat singgah di Cafe, pas kita masuk, tiba-tiba kita ngeliat kak Rafa lagi sama tu cewek, kayanya sih sudah mau pulang" terang Ila yang membuat Naura mengangguk paham.

"Tapi lo tau nggak Ra, waktu dia ngeliat kita ekspresinya tuh berubah kaget, tapi cuma sebentar"

Naura menunduk, melihat sepatunya. Sebenarnya ini topik yang paling ia hindari. Tapi mau bagaimana lagi, sepertinya ia harus terbiasa dengan topik ini.
Semenjak dirinya putus dengan lelaki itu, Naura sangat membenci topik perihal lelaki itu. Tidak, dia tidak membenci Rafa, hanya saja apa yang dilakukan cowok itu sangat keterlaluan. Mempermainkan wanita? yang benar saja. Tidak ada kerjain lain gitu?

Mereka bertiga sampai diruang Osis, ternyata sudah banyak siswa siswi yang datang, tak mau membuang-buang waktu akhirnya tiga serangkai itu duduk manis saling berdampingan. Mereka semua ternyata sedang menunggu Anggota Inti.
Tiba-tiba ruangan terbuka, dan menampilkan beberapa anak yang memakai almamater hijau Army berjalan memasuki ruangan. Mata Naura terfokus kepada satu titik. Dia Rafa.

"Biasa aja ngeliatinnya, katanya udah move on" Naura tersadar dari lamunanya kemudian berbalik menatap Nadya tajam. Nadya yang ditatap hanya cekikikan melihat ekspresi sebal sahabatnya itu.
Naura kembali melihat mereka, dan saat itu juga mata Naura bertatapan dengan mata Rafa. Naura merasakan jantungnya yang tidak seperti biasanya. Ia merasakan hal ini hanya saat bersama Rafa. Mereka bertatapan cukup lama sebelum Rafa memutuskan kontak mata. Naura mendengus, lantas kembali memerhatikan anggota yang lain. Mereka semua duduk dan membuka rapat hari itu. Namun sepertinya ada yang kurang. Saat mereka memperkenalkan diri, Naura tidak mendengar ada wakil ketua osis. Hanya ketua, sekertaris dan bendahara.
Naura menoleh kearah Ila dan berbisik menanyakannya, namun Ila juga bingung.

"Wakil ketua Osis belum bisa hadir sekarang" Ucapan Nadira selaku sekertaris menjawab pertanyaan mereka. Mereka lantas menganggukkan kepala tanda mengerti. kemudian mereka melanjutkan pembahasan seputar acara yang akan mereka lakukan.
Naura yang sesekali agak risih karena merasa sedang ditatap secara intens. Dan benar saja, ia menoleh lantas mendapati Rafa sedang menatapnya terang-terangan. Naura berusaha terlihat biasa kemudian mencoba kembali fokus mendengarkan apa yang dijelaskan kakak kelasnya itu didepan. Walau sebenarnya ia mati-matian menahan diri agar tidak terlihat gelisah.

tbc...

Naura's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang