Potongan [13]

1.4K 94 0
                                    

You don't know what you've got
'Til it goes, 'til it's gone
Good old days - Macklemore ft. Kesha

️🎞️🎞️🎞️🎞️

Dan terjadi lagi....

Kisah lama yang terulang kembali....

Kita bukan sedang menyanyikan salah satu lagu dari band terkenal itu, tapi itu memang benar yang terjadi. Kali ini Jingga lagi-lagi diantar oleh kak Fajar dengan menggunakan motor yang sama dan ke arah tujuan yang sama. Aula sekolah, teater.

Sesampainya di gerbang sekolah, Jingga langsung melompat turun dari motor dan menyerahkan helm. Ia berlari secepat kilat ke arah aula tanpa memerdulikan teriakan dari kakaknya.

Ia sudah terlambat!

Hampir saja ia menginjakkan kaki di aula jika saja tidak ada Bintang yang sudah duduk manis di sana. Ia sedang duduk di bangku kayu tepat di depan aula sambil melihat ke arah Jingga. Jaket kulit hitam terbalut di badannya dengan kunci motor yang ia putar-putarkan di jari telunjuknya.

Ada urusan apa dia di sekolah? gumam Jingga bertanya-tanya.

"Jingga, sebentar!" sela Bintang. Gerakan tangan Jingga yang akan membuka pintu terhenti seketika. Lalu ia menoleh dengan jengah ke arah Bintang. Ditambah dengan panggilan Bintang yang ia yakini pasti akan makin memperlambatnya.

"Iya?"

Bintang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Nanti nggak mau ngomongin masalah kamu sama Aga?"

Jingga melonjak girang teringat akan hal itu. "Iya, boleh-boleh. Kapan?"

"Nanti saya tunggu di tempat waktu itu."

"Ooo—" Kata-kata jingga terpotong karena Bintang melengos pergi begitu saja tanpa ada niatan berbalik. "—Ke."

Jingga tetap berdiri kaku di tempat. Matanya masih menatap kemana arah pergi Bintang. Hati kecilnya berharap Bintang berbalik dan mengatakan sesuatu.

Tunggu!

Kenapa ia malah menunggu Bintang? Bukannya tadi ia buru-buru masuk ke aula?

Jingga ingat akan tujuannya datang dan langsung memasuki aula. Anak-anak yang sudah berkumpul langsung menoleh ke arahnya.

"Nah, ini yang ditungguin dari tadi. Kemana aja sih?" celetuk salah satu temannya. Jingga hanya menggaruk-garuk tengkuknya sambil menyengir tak bersalah.

"Oke, karena semuanya udah datang. Kita mulai aja latihannya." Semuanya yang sebelumnya duduk di lantai, langsung berdiri dan mengambil naskah masing-masing. Begitu juga dengan Jingga, ia langsung menaruh tas punggungnya dan mengambil naskah, lalu bergabung dengan yang lainnya.

"Sekarang kita mulai dari adegan satu!" Rio berteriak, tanda dimulainya latihan.

Kali ini latihan berjalan dengan lancar, tak seperti biasanya. Mungkin ada beberapa part yang harus diperbaiki lagi. Tapi itu bukan masalah besar bagi Rio yang notabennya sudah cakap dalam bidang perteateran.

"Last take. Mulai!" Latihan adegan terakhir dimulai.

Diceritakan bahwa di adegan terakhir adalah akhir cerita dari Putri dan Pangeran Kodok yaitu kebahagiannya dengan sang pangeran.

Semua berjalan sesuai naskah terkecuali satu hal. Satu hal penutup di adegan terakhir. Aga harus mencium punggung tangan kanan Jingga sebagai ending-nya.

"Ya! Ambil tanganya! Ya!" Rio berteriak dengan semangat. Apa ia tidak tahu di sini ada orang yang bergemetar hebat?

Saat tangan Jingga diambil oleh Aga, frekuensi detak jantungnya bertambah. Ia tidak pernah membayangkan jika adegannya akan jadi seperti ini.

SESAL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang