Potongan [19]

1.3K 86 0
                                    

Two hearts still beating
On with different rhythms
All we know - The chainsmokers

️🎞️🎞️🎞️🎞️

Ini baru setengah hari dan Jingga sudah merasa sangat tertekan sejak 10 menit yang lalu. Tiba-tiba, tadi ia dipanggil oleh guru fisikanya ke ruang guru. Ia tidak tahu apa yang membuatnya dipanggil ke ruang guru.

Apakah ia melakukan kesalahan? Pelanggaran sekolah, mungkin? Tapi itu tidak mungkin! Ia merasa tidak melanggar peraturan apapun.

Telapak tangan Jingga sedari tadi sudah sangat basah dan sangat dingin. Dadanya berdegup kencang sementara kakinya sibuk melangkah menuju ruang guru.

Beruntunglah di ruang guru hanya ada beberapa guru saja. Ia melirik jam di pergelangan tangannya. Jam istirahat. Pantas saja.

Ia mencari-cari tempat duduk ibu guru fisikanya. Setelah mengetahui dimana letak meja guru fisikanya, Jingga langsung menghampirinya.

"Bu, ekhm. Permisi." Jingga berpura-pura membersihkan tenggorokan agar gurunya yang satu ini menoleh ke arahnya.

Kacamata minus bulatnya langsung turun dari tempatnya lalu dibenarkan lagi olehnya. "Kamu tau alasan kamu saya panggil ke sini?" tanya Bu Luluk, lalu ia kembali mengalihkan pandangan ke kertas-kertas yang sedang ia kerjakan di meja.

"Sa-saya nggak tahu, Bu." Jingga menjawab sambil menundukkan kepalanya.

Menunggu jawaban keluar dari mulut bu rasanya seperti berabad-abad. Lama-lama jantung Jingga bisa keluar dan lompat tali di depan Bu Luluk.

"Kamu belom ulang harian, loh. Kamu lupa?" Jingga langsung menghela nafas lega. Oh, ternyata masalah ulangan. Ia kira masih apa.

"Iya bu, saya belom ulangan," ucap Jingga
.
"Ya sudah, besok waktu pulang sekolah kamu ke ruang guru buat ngerjakan ulangan, ya?"

"Besok Bu?" tanya Jingga panik. Bagiamana caranya ia belajar materi optik yang sama sekali tidak bisa dipahami hanya dengan satu malam saja.

"Iya, kenapa? Apa kamu mau ulanganya hari ini juga?" Bu Luluk mengangkat wajahnya dan membetulkan posisi kacamata bulatnya.

"Besok-besok, Bu. Saya pamit, Bu." Jingga langsung mencium tangan gurunya dan berjalan keluar ruangan tanpa ada niatan untuk membalikkan bandannya.

Jika Jingga membalikkan badan, itu ibaratnya seperti sudah lepas dari mulut singa. Kemudian ia menoleh ke belakang dan menyadari bahwa singa itu ada di belakang, mengejarnya. Ngeri.

Keluar dari ruang guru, keadaan Jingga lebih baik dari sebelumnya. Ia dengan mudah bisa dengan mudah menghirup udara. Ia sekali lagi melirik jam tangannya, waktu istirahat tinggal 20 menit lagi. Waktu yang cukup untuk membeli makan siang. Lalu, ia memutuskan untuk mencari makan di kantin.

Sebelum tujuannya tercapai, ia sudah mendapat rejeki terlebih dahulu. Ia melihat Aga berjalan berlawanan, menuju ke arahnya.

Mereka berdua saling menatap dan menyadari keberadaan masing-masing. Keduanya saling menganggukkan kepala, menyapa. Tidak ada niat dalam hati Jingga untuk mengajak Aga berbicara, ia ingin segera makan siang

Kemudian, tak sengaja ia melihat siapa yang sedang berjalan di belakangnya. Bintang. Langsung saja Jingga menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya, lalu berjalan ke arah Bintang.

"Bintang, aku minta maaf."

Yang diajak bicara hanya menatap lekat mata Jingga dengan penuh rasa sakit. Jingga mengerti tatapan itu, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Perkataannya hari itu memang keterlaluan.

SESAL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang