Potongan [22]

1.4K 91 0
                                    

This ain't love, it's clear to see
But, darling, stay with me
Stay with me - Sam Smith
🎞️🎞️🎞️🎞️🎞️

Semalam Jingga tidak bisa tidur. Matanya selalu menuntutnya untuk terjaga. Apalagi pikirannya. Ia sudah lelah menghitung ribuan domba tapi tetap saja pikirannya kali ini tidak ingin mengalah. Pikirannya sibuk bertanya-tanya, bertanya dan bertanya tanpa henti.

Sejak matahari mulai terbit, pikiran Jingga memutuskan untuk beralih sejenak dan mencoba tidur. Ia melihat jam di samping nakasnya. Jam 4 pagi. Tidak apalah, daripada tidak tidur sama sekali. Lagi pula hari ini hari Sabtu yang berarti hari libur.

Ia bangun pada tepat jam 9 pagi dengan perut keroncongan. Setelah bangun, yang ia lakukan pertama kali adalah menuju cermin dan melihat keadaan dirinya. Rambut berantakan, bekas air liur di pipi dan kantung mata seperti panda... Oke, sekarang ia benar-benar seperti seekor koala berukuran besar. Minus bulu dan keimutannya,

Karena perutnya sudah meronta-ronta minta diisi, Jingga memutuskan turun ke ruang makan.

Dibsana sudah ada kak Fajar yang juga baru menyantap makan paginya. Jingga mengikuti jejak kakaknya yaitu makan nasi goreng yang ada di meja.

Mereka makan berseberangan dan selama itu juga, pikiran Jingga mengajaknya berjalan-jalan pergi memikirkan Bintang.

Fajar yang sadar akan tatapan kosong yang tertuju pada dirinya pun bertanya, "Oke dek, kalau kamu punya pertanyaan, tanyain aja, jujur kakak risih liatnya dari tadi." Jingga langsung tersedak seketika, mengetahui kakaknya yang paham akan pikirannya.

"Kak, kenapa kok Bintang bisa memilih jatuh ke aku? Kenapa nggak orang lain aja? Lisa, mungkin? Kan dia cantik, modis, pinter. Kurang apa coba?"tutur Jingga. Ia sebenarnya ingin menanyakannya dari semalam, tapi semalam keadaannya tidak cukup baik.

Tangan Jingga mengetuk-ketuk meja makan dengan kuku tangannya. Ia tak tahu apa jawaban yang akan dilontarkan oleh kak Fajar. Ia ingin tahu lebih banyak lagi, ia ingin ada seseorang yang menamparnya dengan kenyataaan yang seharusnya ada tapi malah ditutupi.

"Kalau kamu tau, mungkin keadaaan yang sekarang akan berubah."

*****

Di bawah teduhan payung merah, ada seseorang anak yang menatap nanar bercampur sedih akan gundukan tanah di depannya. Walaupun matanya tidak mengeluarkan air mata setetes pun, tapi hatinya iya.

Di sana terukir nama "Rasidah Semesta binti Hidayah"

Tangan anak itu terulur untuk mengusap batu nisan berarna hitam itu. Semua orang yang tadinya menghadiri acara ini, satu-persatu mulai meninggalkan tempat. Tapi ada seseorang yang setia menunggu di belakangnya. Memakai baju hitam yang senada dengannya dan memakai peci.
"Sudahlah, Nak. Ayo pulang."

"Tapi nanti kalau kita pulang, bunda bakalan sedih. Soalnya bunda bakalan sendirian." Ia mulai terisak. Bendungan air mata yang ia bangun sejak semalam luruh begitu saja.

Lelaki berpeci itu mengulurkan tangan mengusap pundak anaknya. "Bintang, bunda sudah pergi ke surga. Kamu tau kenapa bunda ke sana duluan? Karena bunda mau nyiapin apa aja keperluan kita nanti di sana. Seperti kita biasanya sarapan  pagi." Haris terpakasa berbohong kepada anaknya agar anaknya tidak terus merasa sedih.

Lalu Haris berdiri dan memeluk putra semata wayangnya itu. Sekarang mereka adalah dua laki-laki yang sama. Sama-sama ditinggalkan oleh wanita yang dicintainya.

Semua memori tentang kita akan tetap setia kusimpan di kepala dan hatiku sampai aku menua, Rasidah.

Sejak hari itu semuanya berubah seratus delapan puluh derajat bagi Bintang. Tidak ada teriakan bangun tidur dari bundanya, tidak ada sarapan khas bundanyA, tidak ada lagi. Berbeda dengan ayahnya yang nampak biasa saja, mungkin ia juga merasa sedih tapi berusaha terlihat kuat agar menjadi teladan bagi anaknya sendiri. Jika hatinya tidak sembuh, bagaimana ia mengobati yang lain?

SESAL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang