He

1.8K 145 9
                                    

Taeyong meringkuk di atas tempat tidur, satu tangannya memilin selimut, dan tangan yang lain mencengkeram dada kirinya dengan kuat.

Denyutan menyakitkan yang menyerang jantungnya seolah tertawa mengejek. Tidak berhenti meskipun dia telah menelan painkiller nya yang ke-lima hari ini.

Taeyong yakin penyebab kematiannya nanti bukanlah penyakit jantung sialan ini, melainkan karena overdosis obat penghilang rasa sakit itu.

Hilang rasa sakitnya, hilang pula nyawanya.

Sepasang lengan menyusup melewati selimut yang membungkus tubuhnya, dengan hati-hati tangan itu merengkuh tubuh kecil Taeyong dalam sekali gerakan.

Tidak ada kehangatan yang dia rasakan, meskipun seluruh tubuhnya telah diselimuti oleh dekapan erat pemuda yang ada dibelakangnya.

Hanya dingin. Rasa dingin yang bahkan menyebar keseluruh ruang kamarnya yang gelap.

"Apa kau tau bahwa mengejutkan seorang yang jantungnya tidak normal adalah tindakan serius?" bisik Taeyong.

"Itu membuat jantung-ku malas untuk bertahan lebih lama, Jaehyun."

Meskipun begitu, Taeyong semakin memundurkan tubuhnya. Melekatkan punggungnya pada dada bidang orang dibelakangnya yang dingin.

"Aku bersedia menghabiskan seribu tahun lagi untuk bisa mendengar kata-kata itu meluncur dari bibir tipismu," Jaehyun mengeratkan dekapannya.

"Apa yang dilakukan para penyembuh itu sebenarnya? Hanya menggerayangi-mu saja dalam berbagai kesempatan?"

Taeyong terkekeh, "Jangan konyol. Yang kau sebutkan adalah kebiasaan mu sepanjang waktu, ingat?"

Taeyong bisa merasakan Jaehyun mengernyitkan dahi dibelakangnya.

"Itu adalah hal yang berbeda jika aku yang melakukan nya," suara itu merambati tengkuk Taeyong.

"Dan kenapa itu menjadi berbeda?"

"Karena kau menikmatinya."

"Bagaimana kau tau aku menikmati sentuhan para dokter itu atau tidak?"

Tidak ada jawaban dari makhluk yang mendekapnya. Taeyong berusaha membalik tubuhnya, ingin menatap langsung dua mata yang dia rindukan.

"Kenapa tidak menemuiku kemarin?"

Taeyong selalu menikmati setiap waktu yang dia habiskan untuk memuja paras didepannya ini. Tangannya tidak lagi memilin selimut, melainkan menyapukannya pada wajah Jaehyun yang beku dan tampan.

"Kami mendapatkan anggota keluarga yang baru," Taeyong tau Jaehyun enggan membahas hal ini sekarang.

"Keluarga baru?" tapi dia juga tidak bisa melewatkam kesempatan ini begitu saja, "dan apakah wacana itu tidak berlaku untuk ku juga?"

Raut muka Jaehyun menggelap,

"Aku tidak ingin membahas ini, Hyung. Setidaknya bukan hari ini."

Bukan hari ini, kemarin, ataupun lusa. Taeyong tau itu.

"Aku bisa memanggilmu kakek jika aku mau Jaehyun," senyum geli merekah di bibir tipisnya.

"Aku tidak pernah meragukan kemampuan membantah mu," Jaehyun tersenyum tipis, membawa tubuh Taeyong kembali ke dekapannya.

"Jadi, keluarga baru?"

Menyerah tidak ada dalam kamus hidup seorang Lee Taeyong. Dan yang bisa dilakukan Jaehyun hanyalah menurutinya.

"Adikku."

"Apakah mendadak, atau terencana?"

Jaehyun menghela nafas, "Itu adalah rencana yang mendadak."

RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang