Jaehyun berbaring terlentang diatas tempat tidurnya, menatap langit langit ruangannya. Memikirkan hal hal tidak penting seperti, kenapa Jaemin seperti makhluk paling menyebalkan di dunia ini? dan kenapa Mark selalu jadi yang terbaik saat ajang 'mencari makanan'?
Adik adik kurang ajar yang malang sekali karena Jaehyun menyayangi mereka. Sekuat dan se-berbakat apapun mereka, toh Jaehyun tidak ingin mereka terluka dan disakiti. Setidaknya sekarang, adik bungsunya telah memiliki 'perisai' pribadinya, seorang pemuda bernama Lee Jeno.
Jaehyun hanya tidak tau harus bersikap bagaimana tentang penambahan anggota baru keluarga ini, dia senang tentu saja, tapi sebagian besar dalam dirinya dipenuhi rasa cemas dan tidak percaya.
Cemas akan bagaimana cara kerja 'perisai' adiknya ini, dan tidak percaya bahwa hal seperti ini benar-benar terjadi untuk vampire keturunan murni sepertinya (dan juga adik-adiknya).
Dia pernah mendengar mengenai hal tentang 'perisai' ini, tapi lebih banyak, para vampire tidak pernah menganggap mereka para 'perisai' ini adalah pasangan, melainkan hanya sebuah alat yang membuat mereka lebih kuat, dan tak terkalahkan.
Bengis, kejam, dan tidak berperasaan adalah sifat alami vampire, Jaehyun tau itu. Tapi kali ini, Jaehyun benar benar jijik dengan fakta bahwa sebagian besar kaumnya memilih cara serendah itu untuk memperkuat diri mereka. Membiarkan orang lain terluka untuk kepentingan pribadi, sebuah ketenaran mungkin.
Jaehyun hanya berharap dia tidak perlu mendapatkan 'perisai' ini, toh tubuhnya bisa pulih dalam beberapa jam, kesakitan beberapa jam jauh terdengar menyenangkan daripada membuat orang lain tersungkur untuknya.
Jaehyun hanya tidak mengerti bagaimana pandangan Jaemin mengenai hal ini, tapi adiknya terlihat bingung saat pertama kali melihat setangkai mawar diatas bantalnya beberapa hari lalu. Tapi Jaemin tetaplah Jaemin, belum satu hari kebingungan tentang asal mula atau siapa itu orang yang telah ditakdirkan menjadi 'perisai' nya, dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membuntuti kakak-kakaknya dan melontarkan serangkaian ejekan bahwa dia sudah lebih dulu punya seseorang yang dia sebut takdir.
Jaehyun melihat mawar merah yang sejak hari itu selalu mengisi genggaman tangan adiknya, seolah olah tidak mengizinkan siapapun merenggut mawar itu dari pandangannya. Tepat tiga hari lalu, Jaemin nyaris menghancurkan separuh bangunan manor yang dia lewati secara membabi buta.
Dan Jaehyun yang nyaris dihancurkan adiknya sendiri karena berusaha menghentikan tindakan brutal itu, pada saat itu Jaehyun melihat setangkai mawar milik Jaemin tidak lagi berwarna merah darah. Melainkan mulai menghitam dari ujung tangkainya dan naik ke kelopak-kelopak bunga itu. Kurang dari dua menit, Jaehyun yakin mawar itu akan menghitam sepenuhnya.
Saat itu juga Jaehyun, Mark, dan orangtua-nya menyusul Jaemin yang sudah hilang dari pandangan. Mengikuti bau adik bungsunya secepat yang mereka bisa.
Mark yang berhasil menemukannya lebih dulu, diantara gang gang sempit kumuh didekat pusat kota. Jaehyun mengikuti arah pandang Mark yang ada beberapa langkah didepannya, terkesiap akan sesuatu yang ditangkap kedua matanya yang tajam.
Jaemin ada diantara kegelapan gang itu, kedua lengannya memeluk seorang pemuda yang sekarat,benar benar nyaris mati. Bagian depan kemeja pemuda itu sudah basah karena darahnya sendiri, bekas luka yang masih merah menganga melintang dari ujung pelipis sampai hidung mancung pemuda itu. Tapi kedua matanya masih terbuka, menatap seseorang yang memeluknya dengan penuh kekaguman.
Ayahnya yang pertama kali bergerak, berjalan mendekati adik bungsunya dengan hati hati. Mengabaikan geraman putranya yang seolah olah melarang siapapun mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose
FanfictionBiarkan kepekatan itu menjadi diriku sepenuhnya, biarkan aku masuk, dan menjadi bagian dalam kehidupan mu yang panjang...