Taeyong sama sekali tidak keberatan dengan seorang remaja yang terus berbicara tanpa henti disampingnya, memainkan jemari tangannya, menatap wajahnya dalam jarak yang sangat dekat, bahkan tubuhnya yang diguncangkan kesana kemari.
Haechan seolah olah menjejalkan kebahagian kedalam tenggorokan Taeyong, dia mudah saja melupakan semua kekhawatiran nya tentang Jaehyun dan apapun. Dia menikmati setiap saat ketika Haechan menceritakan banyak hal pada Taeyong. Bukan hal yang penting, tapi sangat menghibur bagi Taeyong.
Bibir sintal Haechan bergerak dan sama sekali tidak berhenti dalam beberapa menit, dia bercerita seperti tidak ada hari esok. Menceritakan kisah hidupnya, tempat tempat yang didatanginya bersama kekasihnya, Mark. Dan bahkan rencana rencana berliburnya bersama adik Jaehyun itu.
Taeyong iri dengan ikatan mereka, ikatan antara Haechan dan Mark. Tanpa harus melihat bagaimana mereka saling memperlakukan satu sama lain, dengan mendengar cerita Haechan saja, Taeyong yakin Mark dengan senang hati akan jalan jongkok mengelilingi dunia jika Haechan menyuruhnya. Mereka satu paket lengkap, tidak bisa dipisahkan, itulah mengapa segala hal tentang mereka membuat Taeyong iri. Dia juga ingin seperti itu, punya orang lain untuk membagi hidupnya, punya ikatan yang membuatnya bahagia. Tapi bahkan memimpikan Jaehyun untuk hidup bersamanya saja dia merasa tidak berhak.
Dia harus menelan kekecewaan-nya saat Haechan berhenti didepan pagar usang tempat tinggalnya, enggan untuk melangkah masuk lebih jauh.
"Tidak bisa, Hyung,"
Kata Haechan saat Taeyong mengajaknya untuk masuk, bahkan nyaris memaksa remaja itu untuk masuk bersamanya.
"Mark Hyung bilang aku harus menemaninya malam ini, dan dia pikir Jaehyun Hyung akan menghabisi kami kalau kami tidak segera pergi."
Dengan begitu Taeyong pasrah saja saat Haechan melepaskan genggaman tangannya, dan beralih menggenggam tangan pasangannya. Mark melingkarkan lengannya pada pinggang kecil Haechan, menatap Taeyong dan tersenyum. Senyuman lain yang nyaris membuat ngilu karna keindahannya.
"Senang bertemu denganmu, Hyung."
"Sampai jumpa lagi, Hyung. Aku akan sangat merindukanmu."
Dengan begitu, Haechan dan Mark melebur hilang dalam kegelapan malam. Membiarkan Jaehyun merapatkan tubuh mereka, dan masuk dalam kamar sewanya. Taeyong tidak memberikan respon yang berarti saat Jaehyun menanyakan tentang makan malamnya, atau ponselnya yang terus bersuara.
Pikirannya terus mengingat tulisan kecil rapih di telapak tangannya, dan masih ada disana sampai detik ini. Sekilas membacanya dan tau bahwa Jaehyun sama sekali tidak boleh melihatnya. Taeyong membiarkan saja Jaehyun berbaring di atas tempat tidurnya, membuat alibi bahwa tubuhnya lengket dan ingin mandi, Taeyong menyambar piyama nya dan masuk kedalam kamar mandi.
Taeyong bukan peraih lulusan terbaik dalam upacara kelulusannya beberapa tahun lalu, tapi dia cukup yakin bahwa dia mampu menghafal satu kalimat pendek dalam waktu singkat. Satu kalimat pendek yang mungkin akan mengakhiri semua kegelisahannya saat ini, mengantarkan hidupnya dalam satu hal yang lebih nyata, bukan sekedar kehidupan seperti mimpi dan penuh angan-angan.
"Menyerah saja pada Jaehyun Hyung."
Dan malam itu adalah malam terakhir Taeyong berada dalam pelukan Jaehyun, selanjutnya, dia memohon pada laki-laki itu untuk jangan pernah datang lagi di kehidupannya.
🌹🌷🌹
Dua minggu.
Itu adalah rekor terbaik Taeyong selama ini, genap dua minggu dia sama sekali tidak melihat wajah Jaehyun. Menahan hasrat untuk berlari melemparkan dirinya pada Jaehyun setiap saat ketika dia merasakan kehadiran vampire itu disekelilingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose
FanfictionBiarkan kepekatan itu menjadi diriku sepenuhnya, biarkan aku masuk, dan menjadi bagian dalam kehidupan mu yang panjang...