Difference (2)

82 10 3
                                    

Maheru Pov

Jika kalian masih kepikiran tentang perkataan ku tadi pagi, maka lupakanlah. Ku sarankan agar tidak terlalu memikirkannya. Jika kalian bertanya mengapa? maka sebaiknya aku tutup mulut saja,tak ada niatan untuk  menjawabnya. Karna aku tak siap menerima reaksi kalian yang sungguh memuakkan itu.

"Ndak pergi sekolah toh nak?" tanya ibu yang baru saja turun dari tangga.

"Gimana mau sekolah toh buk, heru aja udah telat gegara debatin hal yang gak penting tadi itu" cerocos mulutku yang pedes ini.

"Duh sikap dingin nya kumat lagi, padahal barusan aja tadi pagi nangis2an, manja2an di pelukan ibu" goda ibu sambil cekikian menatapku.

Dalam hati aku merutuki kejadian tadi pagi, oh gosshh seorang Maheru Herlambang bersikap childish dan memalukan, damn it!. Entah apa reaksi teman sekelas ku jika melihat sifat ku yang tak biasannya itu . Apakah mereka akan menjerit nista ataukah menampakkan muka dengan mulut terbuka lebar seakan-akan mengundang seekor lalat untuk himggap disana. Hanya dengan memikirkannya saja bisa membuatku tanpa sadar cengengesan yang bahkan tidak pernah kutunjukan sama sekali! Damnnnn it!!!

Sentuhan di dahiku menyadarkan lamunanku. Dan ternyata aku tertangkap basah oleh ibu yang sedang melihat ku cengengesan layaknya orang gila.

"itu bibir kenapa, senyam senyum gak jelas, awas kesambet" perkataan ibu langsung membuat ku terdiam, bisa ku rasakan sejenak atmosfir di ruangan ini berubah.

'kreeeekk'

Suara pintu terbuka tiba-tiba membuat aku dan ibu terlonjak kaget dan langsung menatap ke arah pintu tersebut. Dan disana terlihat sosok laki laki berpakaian putih agak kotor dan berantakan. Dan......

ohh gosshh ternyata itu kakak ku, Kak Alvin.

Tapi ada yang salah, oh tidak! tidak! mengapa harus sosok itu lagi!!!.

"Maa! ma! avin dapat, orangn baik, nggak minta tapi avin dikasih" teriak kakak ku sambil melangkah cepat ke arah ibu.

Dari tempat dudukku ini, bisa kulihat apa yang ada di balik kedua tangannya itu. Tapi tunggu, apakah aku tak salah lihat? Wtf!!!!! benda itu berbentuk bulat, bewarna putih kehitaman, dan berlendir??. Dan seketika itu juga mata ku membola, itu sepasang bola mata.

Keringat mulai bermunculan di sekujur wajah ku. Sebelum ibu melihat hal yang mengerikan itu, aku langsung berdiri dari dudukku dan langsung menarik kakak ku keluar dari rumah menuju halaman belakang.

Ibu hanya terdiam bingung melihat tingkah ku yang langsung menyeret membawa pergi kakaku dari ruang tamu tersebut. Dan tak ku hiraukan lagi teriakan Ibu yang menyuruhku untuk berhati hati memperlakukan kakakku yang satu ini yang nakal nya minta ampun.

Saat sampai di pintu depan langkahku terhenti sejenak,  dan mataku langsung menyorot tajam ke arah sosok yang mempunyai aura kelam tersebut. Bisa kulihat sorot matanya yang menatapku nyalang seolah olah aku ini musuh bubuyutannya.

Sesampainya di halaman belakang aku langsung menatap nya dengan tajam dan bertanya langsung dengan intonasi suara yang tidak bersahabat.

"siapa?" tanya ku hampir terdengar seperti bisikkan, kakakku hanya diam enggan menjawab.

"Heru tanya sekali lagi, SIAPAA??" emosi ku meledak begitu saja. Entah kenapa setiap kali melihat tampang polosnya ,, akhh tidak tidak, lebih tepatnya muka sok polosnya , membuat ku geram seketika.

Dan bisa kulihat liquid liquid bening mulai berjatuhan dari kedua pasang manik yang sehitam arang tersebut, sungguh aku pun sebagai adiknya enggan melakukan kekerasan ini, tetapi mau bagaimana lagi. Tingkahnya ini tidak hanya terjadi sesekali saja tetapi berulang kali.

"Marah jangan eru, bentak jangan, gak suka avin!" ucapnya,, akh lebih tepatnya bentakan  yang di selangi dengan isak tangis yang keras.

Hedeh, meskipun dengan keterbelakangan mentalnya itu jangan kira dia tidak bisa melakukan hal sepeti yang dilakukan anak normal lainnya.

"dengan keadaan nya yang seperti ini saja  sudah bisa membuatku merinding mendengar suarannya yang berat itu, apalagi jika keadaanya normal"  batinkuk kengerian. Kalau sudah berada di situasi seperti ini, mau tidak mau, aku harus mengajakanya berbicara dengan suasana yang lebih bersahabat.

"Ehm,, kalau begitu, siapa yang melakukan dan memberikan kakak benda yang ada di tangan kakak itu?" tanyaku setenang mungkin. Pasalnya aku sudah muak dan ingin muntah melihat benda yang ada di tangannya itu dan di tambah lagi dengan dia yang meremas kedua pasang bola mata tersebut sehingga tampak seperti bola bekel

"ii..ini t..tad..di avin dikasih sama orang eru, gak boleh cerita, rahasia itu katanya" jawabnya terbata dengan gestur gugup sambilan mengelap ingus yang meleleh sambilan mengusapnya dengan sebelah tangan sehingga ingus itu meler kesana kemari di kedua belah pipinya.

Aku memutar kedua bola mataku malas, selalu saja jawaban ini yang kudapatkan. Aku muak dengan rahasia rahasianya, dan dengan satu hentakan aku memegang pundaknya kuat dan menatap nya dengan intens seolah aku sedang mencari kebohongan disana.

Tetapi yang terjadi ialah hal di luar perkiraan ku, dia balas menatapku, Iya menatapku!! tapi bukan tatapan layaknya anak kucing yang di kasihani lagi, melainkan tatapan yang bisa membuat ku berdiri kaku seolah2 raga ku di tarik keluar dengan paksa.

"what the..??? sejak kapan? bagaimana bisa? apa yang sudah ku lewati selama ini? " pertanyaan pertanyaan itu terus berputar putar di dalam otakku.

"Apa?" ucapan kakakku yang terkesan dingin membuatku tersentak dan langsung melepaskan tanganku dari pundaknya, sungguh aku tak mengenali sosok kakakku yang sekarang ada di depan ku ini.

"Eru?.. Eru?.. bengong eru?" dan dengan ajaibnya intonasi suarannya berubah menjadi semula

Aku hanya mampu terdiam, kinerja otakku masih mencerna apa yang sebenarnya yang barusan terjadi terhadap kakakku ini. Sungguh!! barusan dia terlihat seperti emm.. psychopat?..  dan sekarang dia seperti layaknya bocah berusia 5 th. Mungkinkah dia memiliki kepribadian ganda?.. akh tidak tidak.  Aku langsung menggeleng gelengkan kepalaku karna pemikiran bodoh yang baru saja terlintas di dalam otakku.

Aku langsung berlari kedalam rumah, saat aku melewati pintu depan lagi, aku sudah tidak menemukan sosok yang berdiri dari tadi disini. Dan aku hanya melongos pergi seolah olah tidak peduli, memang aku tidak peduli kok

Sesampainya aku di dalam kamar, aku langsung membanting pintu den langsung rebahan di atas kasur kesayangan ku. Aku masih belum bisa memahami apa yang barusan terjadi di halaman belakang tadi.

"Tidak mungkin, apakah aku tadi hanya mengahayal saat melihat sorot matanya? tetapi tadi terlihat seperti nyata sekali, apalagi suara dinginnya yang menyapa telinga ku tadi" gumam ku.

Dengan iseng aku bangun dari rebahan ku, dan melangkah ke arah tirai jendela kamarku. Dengan rasa penasaran yang sangat kuat, aku membuka perlahan lahan tirai jendela ku, dan pemandangan yang menyambutuku sungguh membuat ku terkejut bukan main.

Disana, lebih tepatnya di tempat kakakku berdiri, aku tercekat melihatnya. Bukan karna kakakku yang membuat ku terdiam di tempat, tetapi karna adannya sosok itu, yahh siapa lagi kalau bukan sosok yang selama ini aku dan ibu rindukan. Sosok yang telah meninggalkanku dan kakaku saat masih kanak kanak.

"Ayah?"


To be continued......

sorry kelamaan Update nya :v..... Terus stay dan tunggu kelanjutan cerita si dua kembar ini. Dan jangan lupa di Vote yaa!









DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang