Siang ini aku sudah mendatangi bangunan tempat favoriteku untuk menikmati ketenangan.
Tanganku bergerak membuka kotak yang kubawa untuk kunikmati, perlahan tanganku mengayunkan sendok menuju mulutku.
"Ah enak!" Ucapku sambil mengambil suapan kedua hingga sebuah tangan membuatku terjungkal sedikit kebelakang dan terbatuk.
"Wahh enak yaa!!" Ucapnya siapa lagi jika bukan Loran.
"Dasar Alien jelek." Ucapku memandangnya sinis.
"Jelek tapi kamu suka kan?" tanyanya membuatku melongo tak percaya.
"Hih, sejak kapan ya? kamu terlalu percaya diri Loran." ucapku dan melanjutkan suapan selanjutnya.
"Kamu ini lucu, dan emm siapa namamu nona? bahkan akupun lupa menanyakan namamu." ucapnya sambil memangku dagunya pada kedua tangan.
"Namaku Li..yo..na" Ucapku dengan mengunyah makanan di mulutku.
"Livona?" tanyanya mengangkat sebelah alisnya. Aku menelan semua makanan pada mulutku dan menjawab semua pertanyaannya.
"Namaku Liona, bukan Livona." Ucapku menyandarkan punggungku pada sofa yang sudah berada di bangunan ini.
"Nama yang bagus," ucapnya tersenyum, dan mengambil kerupuk yang belum kumakan.
"Kamu gak takut sama aku?" ucapnya lagi, aku masih membungkam tak tahu ingin kujawab apa pertanyaan Loran ini.
"dia bilang dia adalah seorang alien, tapi yang aku bingung untuk apa dia datang kebangunan tua ini." batinku menatapnya bingung.
"Liona, kok kamu diam sih?" Tanyanya lagi dan membuatku tersentak. "Ah, engga." ucapku mantap seakan tidak ada yang ingin kutanyakan.
"Aku senang bisa bertemu denganmu Liona"Ucapnya seraya tersenyum manis.
Aku hanya mengangguk."Liona, kenapa kamu suka datang kesini? bahkan sendiri?" Tanyanya bertubi-tubi.
dan tanpa sadar aku menjawabnya seakan telah mengenal Loran lama."Awalnya, sebelum rooftoof ini di tutup aku selalu berkunjung kesini bersama seseorang yang aku sayangi dan selalu berjanji akan setia selalu menemani sampai kita tua nanti" ucapku dan mulai mengedarkan pandanganku berjalan sedikit menjauh dari tempat kududuk tadi. "Namun selang beberapa lama dia pergi meninggalkan harapan yang telah kurakit tinggi. Rasanya patah sekali hingga kemarin ia benar-benar berlalu pergi menyisahkan kenangan dalam hati." Ucapku melanjutkan ucapan yang sempat terjeda mataku mulai menghangat. "Dia pergi tak akan kembali menepati semua janjinya yang pernah kupegang dan kujaga sekuat hati." Ucapku lagi dan tanpa sadar airmataku sudah terjatuh membasahi pipi.
Loran berjalan mendekatiku. "Seharusnya kamu relakan ia pergi, menangislah sepuasmu Liona tenangkan dirimu dan ikhlaskan dia." Ucap Loran menghapus airmataku."Maafkan aku" Ucap Liona dan tersenyum tegar.
"Tidak apa-apa," ucap Loran tersenyum.
"Untuk apa kamu kemari Loran?" Tanyaku melihat Loran yang berjalan menuju Drigen merah yang kemarin ia naiki.
"Aku hanya ingin menikmati ketenangan saja." Ucapnya dan duduk dengan tenang di atas drigen kosong, tangannya mengeluarkan sebuah kertas berwarna biru dan menuliskan sesuatu. "Apa yang kamu tulis Loran?" tanyaku penasaran.
"Perasaanku." Ucapnya dan memasuki kertas tadi kedalam sebuah kotak kaca.
"Banyak sekali" Ucapku tak percaya. Kukira hanya aku yang sering mengunjungi tempat ini namun sepertinya dugaanku salah.
"Menulislah Liona, perasaanmu akan tenang jika kamu menulis." Ucapnya dan berjalan meninggalkanku seperti biasanya, hingga sosoknya betul-betul menghilang.
#Babapu3
KAMU SEDANG MEMBACA
Babapu
FantasyBabapu. Saya menulis Babapu semata karena Imajinasi saya yang semakin lama semakin liar. Semoga kalian suka. Dan mohon maaf jika ada kesamaan pada Nama, Alur atau apapun yang tidak pernah saya sengaja. Mohon maaf juga TYPO bertebaran dimana-mana :)...