Masa MOPDB mungkin saja terasa menakutkan bagi para murid baru. Namun bagi murid senior, terutama OSIS, masa-masa ini termasuk waktu yang telah lama ditunggu.
Bukan, bukan dalam artian yang buruk. Mereka hanya senang karena bisa bertemu murid angkatan baru dan membimbing mereka sebelum hari sekolah biasa dimulai.
Salah satu murid kelas senior yang menikmatinya adalah Ramadanna Az-zahra. Sedari pagi, dia sudah menyapa sekitar sepuluh murid baru dengan senyum lebar menghiasi wajah.
Azalea Eka─sohibnya, sampai bertaruh. Rama pasti jadi kakak kelas teramah ketika ada voting di akhir masa MOPDB.
Namun sejak istirahat selesai, perhatian Rama terus saja tertuju pada satu murid laki-laki dari kelas IPA 1. Pemuda manis bermata sipit dan pakai behel bernama Jeongin Yann Pradipta membuatnya gemas tidak karuan selama sisa hari itu.
"Tiati aja Ram," Jisung menyeringai misterius ketika Rama menceritakan Jeongin padanya. "Itu murid baru mainannya gigit-gigitan."
Yang tentu saja membuat Rama naik pitam.
"JANGAN NYAMAIN LO SAMA DEDEK GEMES GUE YA, SUNG."
Tapi Rama akhirnya penasaran juga.
Dan di hari ketiga MOPDB, alias hari terakhir, Rama merengek pada sang ketua panitia─yang masih dijabat Mark Lintang Ferrari, untuk menempatkannya di kelas Jeongin. Dia pun memberanikan dirinya mengakrabi adik kelas satu itu.
"Jeongin kan?"
Yang dipanggil mendongak, yang kemudian membuat Rama panas dingin karena dia disambut dengan senyuman berbehel si adik kelas.
Pengen nyubit. Gemes soalnya. Tapi takut Jeonginnya trauma.
"Iya, Kak," balas Jeongin. "Ada perubahan kegiatan ya?"
Rama menggeleng, lalu duduk di kursi depan bangku Jeongin.
"Nggak ada perubahan apa-apa kok. Santai aja," kata Rama sambil tersenyum lebar. "Eh, kamu kenapa gak keluar sama yang lain?"
"Panas, Kak. Ehehe."
"Ooh. Hehehe."
Lalu keduanya saling haha-hehe selama beberapa detik kemudian.
Tersadar akan aksi bodohnya barusan, Rama buru-buru menetralkan ekspresinya. Di hadapannya, Jeongin juga sudah berhenti tertawa. Pandangan Rama pun jatuh ke genggaman Jeongin.
Itu permen, dengan kemasan yang belum pernah Rama lihat sebelumnya.
"Eh, Jeongin."
Dia menunjuk permen tersebut.
"Minta boleh gak?" Ujarnya sambil kembali memasang senyumnya yang paling sumringah.
Jeongin terlihat kebingungan. Dan setelah mengetahui apa yang ditunjuk Rama, dia menarik tangannya dengan kikuk.
"A-anu Kak, aku kasih permen yang lai─"
"Yang ini aja gapapa kooook."
Lalu tanpa sempat Jeongin cegah, Rama sudah menarik genggaman Jeongin, mengambil permen itu, kemudian membuka bungkusnya. Rama memasukkan permen itu ke mulutnya tanpa berpikir dua kali, diabaikannya wajah ngeri Jeongin yang menyertai.
"Hmm," Rama menelengkan kepalanya, berusaha mengidentifikasi rasa aneh yang menyelimuti mulutnya.
Jeongin meringis. "Kalo gak enak dibuang aja Kak. Takutnya kadaluarsa."
"Permen kadaluarsa rasanya gak gini," sanggah Rama. "Lagian ngapain juga kamu bawa-bawa permen kadaluarsa."