Dua bulan berlalu sejak insiden makan-permen-rasa-amis-amis-besi, dan hubungan Jeongin-Rama pun bisa dikatakan jadi lebih dekat dari sebelumnya.
Saking dekatnya, Rama sampai hampir mengetahui semua keanehan Jeongin. Dari kulitnya yang pucat, refleknya yang cepat bukan main, ketidaksukaannya bermain di bawah terik matahari, dan keengganannya makan banyak ketika ditraktir Rama.
Faktor-faktor itulah yang membuatnya curiga dan akhirnya menarik kesimpulan,
Jeongin adalah seorang vampir.
"Kenapa tiba-tiba pengen salaman?"
Dan Rama berusaha membuktikan teori-teorinya tadi dengan cara melumuri tangannya pakai bawang lalu mengajak Jeongin bersalaman untuk melihat bagaimana reaksi pemuda tersebut.
Kenapa bawang?
Karena konon, vampir takut dengan bawang.
Teori konyol memang. Dasar Rama.
"Ya masa salaman aja gak mau sih, Jeong," Rama menggoyang-goyangkan tangannya. Dalam hati sambil berharap-harap cemas Jeongin tidak membaui bawang di tangannya.
"Hehe, kangen aku ya Kak? Makanya nyari alesan biar bisa lama-lamaan sama aku," Jeongin masang senyum tanpa dosanya yang biasa.
Rama oleng.
Tapi kali ini, dia tidak berniat untuk kalah dengan gemasnya seorang Jeongin.
"Iyaa, kangen," balas Rama. "Cepet ih salamannya. Keburu masuk."
Akhirnya Jeongin mengulurkan tangannya. Senyumnya yang begitu lebar, sampai-sampai behelnya terlihat dan matanya menyipit, tidak luntur juga.
"Kalo takut telat ya langsung masuk ajalah, Kak."
Keduanya berjabat tangan, dan Jeongin pun menarik Rama melewati gerbang sekolah bersamanya. Tangan masih bertautan.
"Ngapain pake ada acara salam-salaman sih," Jeongin tertawa.
Rama terdiam.
Pasalnya, tidak ada reaksi dari Jeong─
"Eh Kak."
"H-hah? Apa, Jeongin?"
Jeongin menatap tangan mereka yang bertautan sambil menghela napas panjang.
"Sebenernya kakak tuh gak perlu repot-repot bikin tangan kakak bau bawang kalo mau mastiin aku ini apa."
Kedua mata Rama perlahan melebar. Lalu dengan tangannya yang bebas, dia buru-buru mengelak.
"Eeeh Jeongin apaan sih. Mastiin kamu 'apa'?" Rama berusaha akting bodoh sebaik mungkin. Tapi ujung-ujungnya malah terlihat seperti aktor opera sabun yang sangat amatir. "Ya kamu manusia lah. Masa─"
"Vampir?" Jeongin terkekeh. "I am, Ram. Dan aku ngerasa kamu berhak buat tau itu."
Kemudian tangannya lagi-lagi ditarik Jeongin sampai akhirnya mereka jalan bersisian.
"Nanti pas pulang sekolah aku ceritain. Oke?" Ujar Jeongin setelah mereka sampai di depan kelas Rama. "Kalo kamu mau nanya-nanya juga boleh kok. Aku bakal jawab semuanya, hehehe."
Dengan cubitan pelan di kedua pipi Rama (mungkin balas dendam, berhubung Rama suka mencubit pipi Jeongin), si adik kelas pun berlari menuju kelasnya di bangunan belakang.
Rama bahkan tidak ambil pusing dengan perubahan gaya bicara Jeongin yang tiba-tiba saja terkesan santai dengannya. Ada yang lebih penting dari itu untuk dia pikirkan.
'... lah, Jeongin ngeiyain?'
'HAAAAAH?!! DEMI APA JEONGIN BENERAN VAMPIR?'
…
KAMU SEDANG MEMBACA
Squishy Vampire ─yangjeongin。✔
Aléatoire〔𝙘𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙〕 Jeongin tuh vampir paling gemesin. Eh, vampir ada yang gemesin gak sih? ft. yang jeongin. ©2018, prodsung