[.]
Mika termenung di kursi perpustakaan yang terletak di pojok, jauh di balik-balik rak buku. Gadis itu membuka halaman dari buku Fisikanya, kemudian menutupnya lagi. Dia memikirkan cowok yang tadi menolongnya. Aneh rasanya saat ada seseorang menolong kasus pembullyannya."Hei, itu kasian banget! Masa dilempar telur!"
"Jangan dibantu, kau tidak kenal gadis yang melempar telur?"
"Oh, aku tau! Dia anak dari anggota dewan itu, kan?"
"Ah, pantas. Lebih baik kita diam dari pada ikut tersakiti."
Tapi pada akhirnya, Mika membantu. Dia lupa, bahwa dia pernah menjadi pahlawan. Namun sekarang pahlawan tinggalah kenangan, dia terkucilkan. Meskipun cerdas dan jadi murid kesayangan guru, tetap saja Mika tak punya teman. Semua temannya menjauhinya, menganggap bahwa Mika pembawa masalah.
Hingga hari ini, siklus itu terulang. Apa laki-laki itu akan baik-baik saja?[]