"Maybe we trapped each other Inside our own misunderstandings No, you don't understand me Whenever I see your worried eyes"
Rasanya Hari sedikit kaget dengan sekolah barunya. Selain lebih berisik, sekolah ini sedikit kacau karena ada kekerasan di sekolah tapi tak ada satu pun peduli. Bahkan Romi, teman barunya di SMA Cempaka pun selalu berusaha menahan dirinya membantu sosok cewek berambut sebahu yang kini sedang memungut buku-bukunya di lapangan yang sedang terik akibat matahari sudah berada di atas kepala.
Gila.
"Cukup 2 kali gue biarin lo bantu Mika, Ri. Sekarang nggak," ucap Romi penuh penegasan dan nada dengan pesan tersirat di dalamnya.
Hari menatap cowok itu jengkel. "Kenapa emang? Lagipula, si Ratu yang lo maksud itu siapa, sih?" tanya Hari dengan nada menuntut yang ketara jelas. Cowok yang kini memakai headband di kepalanya itu sama sekali tidak memperdulikan tatapan banyak gadis di sekitar mereka. Semenjak datang di sekolah ini, Hari sudah menjadi idola sekolah akibat wajah tampannya.
Sinting.
"Dia punya kuasa di sini, Ri. Ku-a-sa. Dulu Mika juga bukan cewek yang dibully, tapi karena dia sok tahu, dia kena imbasnya," ucap cowok itu pelan dan sedikit ada nada menyesal di sana. Hari dapat melihat dengan jelas bahwa cowok berkacamata itu tadi sempat menahan air mata sebelum mengusapnya singkat seakan baru saja ada keringat di matanya. "Gue ke perpus, ya. Lo bilang mau mulai latihan basket, kan?"
Hari tidak menyahut juga tidak mengangguk. Dia memperhatikan langkah Romi menaiki tangga, lalu beralih ke arah lapangan dimana gadis berambut sebahu itu sempat menatap ke arah Romi lalu ke arahnya. Tatapannya berarti sesuatu. Tatapannya membuat Hari merasa kaku.
Tatapannya bahwa dia merasa sangat sendirian di tempat banyak orang yang lalu lalang.[]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
