Pras kembali ke toko dengan beban pikirannya tentang peristiwa pembunuhan yang dibicarakan orang-orang tadi. Suasana toko cukup sepi, tak banyak orang yang datang membuat para pekerja bisa sedikit santai.
"Iya, baik, bu. Oke... terima kasih." Fathur menutup telepon dan menyelesaikan catatannya pada selembar kertas.
"Pras, bisa tolong antar ke daerah Slipi?"
"Pras ..." yang dipanggil masih sibuk dengan pikirannya sendiri, "Hemh, Cup, lagi sibuk, gak? Tolong antar ke daerah Slipi, ya. Nih, alamatnya."
"Siap, bos." Jawab Ucup dengan sigap.
Melihat ada yang tidak beres dengan temannya, Fathur mendekati Pras dan mencari tahu, "Woooy... Koe ngopo sering ngelamun? Jaaan."
Masih dengan tatapan kosong ke arah meja Pras menjawab, "Mbak-mbak itu ..."
"Cantik?"
"Iya"
"Kamu suka?
"Hmm, tapi dia ..."
"Apaan, sih, Fat?!" Pras akhirnya terlepas dari pikirannya dan menoleh ke arah Fathur dengan wajah yang kesal.
"Kamu itu yang apaan ... kenapa? Habis dijutekin sama mbak-mbak cantik tadi di jalan?" ledek Fathur.
"Ck. Eh, Fat, Kebenaran itu harus diungkapkan, kan? Bahwa yang bersalah itu udah seharusnya dihukum, kan?"
"Ng ... kenapa tiba-tiba ... Gini, tentang mbah kakung, menurutku udah gak usah diperkarakan lagi, udah ikhlasin aja .."
"Bukan... bukan tentang si mbah. Ya, meskipun aku masih gak terima pembunuh mbah itu bila lolos gitu aja. Tapi ini tentang pembunuhan di apartemen yang beritanya kita tonton malam itu. Sampai sekarang pembunuhnya belom ketangkep, kan? Karena gak ada saksi dan petunjuk yang tertinggal. Gimana kalau sebenernya ada saksi tapi dia gak lapor, karena ... karena mungkin dia takut, ragu dan bingung sama situasinya, shock ... aku yakin pasti ada saksi yang tau siapa pembunuhnya dan kita gak bisa diam aja, kan? Biar gimanapun kebenaran itu harus diungkap, karena ini bener-bener gak adil buat keluarga korban kalo pembunuhnya gak ketangkep, iya, kan?"
Fathur menatap temannya itu dengan aneh, "Pras ... kamu kebanyakan nonton Detektif Conan." Fathur menggeleng-gelengkan kepala, pikirnya temannya ini sudah terobsesi untuk menjadi detektif yang memecahkan masalah-masalah yang sulit, tak terlalu menanggapi serius ocehannya Fathur meninggalkan Pras untuk kembali bekerja.
***
Pagi yang biasa di kantor Sinar Dunia TV, belum terlalu ramai dan hanya ada 5 karyawan yang sudah duduk di tempatnya masing-masing. Salah satunya Dani yang sedang berada di ruangan rapat, terlihat berbicara serius dengan seseorang lewat telepon.
"Lo yakin dia orangnya? Gak bisa asal singkirin, gue ingetin lo, jangan nambah masalah jadi rumit. Oke, gue bakal pastiin dulu, kalo bener itu dia ... bakal langsung gue beresin." Dani mengakhiri percakapannya di telepon, menatap jendela dengan wajah yang serius.
"Wah, wah ... Miss Alia hari ini tidak terlambat!" kelakar Dani yang keluar dari ruangan rapat dan melihat Alia sudah tiba di kantor lebih awal. Alia hanya memberikan senyuman simpul kepada Dani dan langsung menuju tempat duduknya
"Hmm, apa gue harus beliin lo pizza, nih? Ini jarang-jarang lo dateng lebih pagi, apa mau hujan, ya, hari ini?" ledek Dani.
"Well, makasih, ya, buat sambutannya. Dan, tolong minta topping kejunya yang banyak di pizzanya, ya ... sama saosnya juga minta yang banyak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak
Mistério / SuspenseIni adalah sebuah project cerita bersambung. Cerita ini akan ditulis oleh 2 orang berbeda. Saya, dan rekan blogger saya, Dwi Nanoki. nkrakasiwi.blogspot.com nanoki-nanoki.blogspot.co.id ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• Bag...