Malam yang Panjang, Mereka Tak Pernah Berhenti
Semua manusia mendapatkan kesengsaraan ini. Dunia yang dipenuhi dengan kekacauan, menciptakan hari yang tak ada hentinya selain bertahan hidup. Entah siapa yang harus disalahkan, atas kejadian yang menimpa kami semua ini.Saat ini, aku sedang dikejar mahluk aneh itu bersama dengan keluargaku. Aku tahu, kami sudah diperingatkan untuk tidak pergi. Tapi kami memang tak punya pilihan.Aku dan keluargaku, begitu pun Sri dan Tiara putrinya Wandira. Berlari sampai ke sebuah halaman rumah, dengan gudang bawah tanah. Gudang bawah tanahnya dikunci dengan gembok, bebentuk persegi empat. Aku berusaha mencari ide agar aku tahu, apa yang harus aku lakukan agar bisa masuk ke dalam gudang bawah tanah itu. Aku bahkan berharap Wandira baik-baik saja saat memancing mahluk itu dari kami.
Karena aku merasa sudah kehilangan ide, jadi aku putuskan mencari jalan lain. Tapi sebelum itu, aku terhenti ketika Abie anakku, memanggilku dan menunjuk pada batu sebesar kaki orang dewasa.
Aku menggunakan batu itu untuk membuka gembok, dengan cara memukulnya sekuat tenaga gembok itu. Setelah kira-kira lima belas kali. Pada akhirnya gembok rusak dan kami masuk ke gudang itu.
Tiga jam kami menunggu, di gudang yang seperti tempat penyimpanan barang bekas. Di sini juga ada beberapa karung kain, dan juga mesin jahit. Beberapa kain juga terlihat di jemur, dengan lantai ruangan ini yang cukup bersih untuk bisa dibilang gudang. Aku bertanya pada anaknya Wandira, tentang nomor Ayahnya. Dia mengangguk tau, dan memberitahuku tentang hal itu.
Wandira mengangkat telponnya, dan dia merasa bersyukur kami masih selamat. Begitu juga sebaliknya. Dia bertanya tentang bagaimana aku bisa tahu nomornya? Dan bagaimana putrinya? Lalu ia juga memintaku untuk memberikan smartphoneku pada putrinya.
Setelah ku jawab kuberi tahu apa yang ingin ia ketahui. Termasuk tempat kita berada. Aku langsung saja memberikan Smartphoneku pada anak perempuan itu. Kudengar dari setiap jawaban anak perempuan itu, sepertinya Wandira hanya menanyakan keadaannya, dan apa putrinya itu ketakutan. Di sisi lain, aku melihat Sri berjalan-jalan membawa kamera, lalu menghampiri sebuah lemari kayu yang tingginya lebih dari tinggiku. Saat di buka oleh Sri, beberapa perkakas jatuh dari lemari itu. Suara jatuh itu malah menjadi perhatian orang-orang yang ada di ruangan itu. Kulihat beberapa perkakas berkarat dan menguning.
Satu malam yang sangat sepi, setelah setelah jam lagi. Sampai ada seseorang mengetuk pintu, dan langsung bertebaran rasa kaget saat mendengarnya. Kami saling berbisik, seolah takut untuk membayangkan apa yang akan muncul nanti.
Pintu gudang terbuka, dan itu ternyata Wandira bersama dengan seorang wanita. Wanita itu berbaju pendek hitam, dengan celana yang sampai mata kaki, lalu rambutnya diikat menghadap kanan. Kupikir dia artis, saat kutanyakan ternyata dia adik perempuan Wandira. Dia juga membawa senjata berat, tapi hanya membawa satu. Aku tak tahu jenis senjata apa yang ada dipunggungnya itu. Senjatanya begitu panjang, tapi aku tak mengenalinya. Maklum saja, aku sama sekali tak mengenal senjata macam apapun. Wandira mengenalkan adiknya itu, dia bernama Sarah anggota KN-ight cabang KS-atria Saatku pikir kembali, sepertinya dia seorang Bad Girl.
Kutanya Wandira, tentang bagaimana ia menemukan kami.
"Dani, kau menaruh sandalmu di luar gudang. Dan lokasimu tak jauh dari saat kalian terpisah denganku," jelas Wandira, yang membuat aku malu, seperti biasa aku memang selalu menyimpan sandalku diluar saat masuk ke sebuah ruangan, atau rumah. Apalagi kalau tempat yang lantainya sebersih ini.
Wandira memeluk putrinya itu, dan merasa senang kalau putrinya itu baik-baik saja. Sarah yang dari tadi memperhatikan, sekarang ia ikut bicara
KAMU SEDANG MEMBACA
Dani Tales: Day By Day
Science FictionSuatu hari pada Tahun 2030. Terjadi sebuah bencana yang membahayakan ras manusia. Satu keluarga kecil yang harmonis, meski bertahan dalam krisis dunia dimana pun mereka berbelok, di sanalah kematian akan datang. Ras manusia benar-benar berada dalam...