Page 1

1.7K 141 9
                                    

Angin seperti menghembuskan lebih banyak karbondioksida di sekitarnya, sesak. Luka di hatinya belum usai, dan kini Sehun dihadapkan pada alasan dimana luka itu dibuat.

Sehun menatap Seulgi jengah, kemudian ia mengangguk acuh disertai sedikit tarikan di bibirnya.

“Aku juga menyukainya.” Seulgi tersenyum senang, satu tangannya menggamit mesra lengan Sehun sembari memperhatikan cincin pilihannya penuh pesona.

Hari yang ia tunggu akhirnya akan segera datang. Pertunangannya dengan Sehun. Berulang kali Seulgi melemparkan senyum manisnya pada Sehun, membayangkan hari bahagia itu sudah membuatnya begitu bahagia.

Dan hari ini Sehun meluangkan waktunya sehari penuh untuk persiapan pertunangan mereka.
Pertunangan yang sudah direncanakan sempat tertunda karena kecelakaan yang dialami Seulgi tapi kini semuanya baik-baik saja, Seulgi sudah sepenuhnya pulih jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.

“Kau lelah?” tanya Seulgi menyadari bahwa Sehun tidak banyak berbicara hari ini, pria itu hanya sesekali tersenyum kemudian terus mengikuti kemana pun Seulgi melangkah. “Maaf, aku terlalu bersemangat tentang pertunangan kita.” gadis itu tak sadar pipinya bersemu. 

“Tidak apa, ayo istirahat sebentar! Sudah waktunya makan siang.” Sahut Sehun, pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju sebuah restoran seafood yang sangat dikenalnya. Tidak terlalu jauh dari pemberhentian terakhir mereka.

“Aku lupa apakah sebelumnya kita sudah membuat undangan?” Seulgi mengingat kembali apa saja yang dibutuhkan untuk pertunangannya bulan depan.

Ada banyak hal yang perlu disiapkan, dan sejauh ini Seulgi melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan event organizer. Karena acaranya memang tidak akan terlalu besar.

“Sudah, tapi kita perlu membuatnya lagi.” Jawab Sehun, pandangannya tetap fokus pada jalan di depannya. Sejujurnya ia lelah jika terus berada di sekitar Seulgi, lelah karena banyak kenyataan yang harus disembunyikan.

Sehun merasa bersalah tapi juga acuh, mengklaim bahwa ini bukanlah kesalahannya. Dan lagi, luka itu belum sepenuhya sembuh.

“Apa…aku terlalu lama…” ucapan Seulgi menggantung, ia menatap Sehun penasaran.

Mungkin banyak hal yang ia lewati hingga Sehun terlihat berbeda dari sebelumnya. Seulgi merasa aman karena Sehun masih berada di sampingnya, tapi mendapati tatapan pria itu lain dari biasanya membuatnya waspada.

“Kita sudah sampai.”

Pria itu mengelak, dan Seulgi menyesal menjadi begitu peka terhadap situasi di sekitarnya.

***

Setelah menyelesaikan urusan lapar mereka, Sehun dan Seulgi kembali menelusuri Seoul menuju destinasi selanjutnya. Ada banyak hal yang perlu mereka selesaikan hari ini.

Gadis itu melangkah riang memasuki butik yang ia percaya untuk menyiapkan gaun pertunangannya. Seulgi tidak sabar untuk melihatnya, rasanya sudah terlalu lama ia berada di rumah sakit hingga melupakan banyak hal.

“Aku ingin melihat gaun yang aku pesan, apa sudah selesai?” tanya Seulgi hati-hati pada seorang pegawai yang menghampirinya dengan senyum lebar. Pegawai itu nampak mengerenyitkan keningnya, lalu kembali memperhatikan Seulgi dengan seksama.

Merasa kurang nyaman, Seulgi mendekat pada Sehun seolah meminta pria itu menjelaskan pada pegawai yang kini melayani mereka.

“Nona Kang Seulgi?” seorang gadis lain menghampiri ketiganya, ia langsung mengenali klien-nya dan menyambutnya hangat.

That FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang