1. Mulai Bermimpi

219 18 19
                                    

MALAM sunyi, tak ada suara jangkrik yang sedang bernyanyi, tak ada suara katak yang sedang memainkan perkusi, tidak ada suara senda dan gurau antara daun dengan udara. Yang ada hanyalah sebuah mimpi yang melambung tinggi. Sebuah mimpi yang mengangkasa, menyatu dengan rasi bintang di langit sana.

Mimpi itu adalah mimpi seorang pemuda tampan, berbadan atletis, yang saat ini sedang duduk di dataran tinggi, sambil memegang sebuah buku karangannya dan melihat ke langit yang bersinar terang, disinari oleh cahaya rembulan yang sangat indah, dihiasi oleh gemerlap bintang-gemintang.

Lelaki itu tersenyum, melamun, melihat masa lalunya, melihat semua perjuangannya, melihat kisah-kisahnya. Melihat kalimat motivasi yang ia ukir 16 tahun silam di langit malam yang juga bersinar terang disinari sang rembulan dan dihiasi jutaan bintang-gemintang.

Mimpi itu terukir oleh bintang di langit sana. Membentuk rasi yang bertuliskan...

"Aku ingin merantau dan kuliah di sana."

Sebuah mimpi 16 tahun silam, yang kini sudah ia raih dan sudah ia lampaui.

Sebuah mimpi yang telah diabadikan oleh langit, sebuah mimpi yang dilihat langsung oleh rembulan, sebuah mimpi yang sudah melibatkan jutaan bahkan triliunan bintang di langit, sebuah mimpi yang sudah bersahabat dengan kerasnya perantauan.

***

Jika anak-anak berusia 16 tahun biasanya memiliki cita-cita ingin bekerja di kota dan menjadi pengusaha setelah tamat STM nanti, itu sangatlah berbeda dengan Akhdan, seorang anak yang dilahirkan dari rahim seorang ibu yang berprofesi sebagai petani dan memiliki ayah seorang buruh belantik sapi.

Ya, walau hanya anak seorang petani, walau hanya anak seorang buruh belantik sapi, mimpinya tak sedangkal genangan air setelah hujan, mimpinya sangat pekat. Seperti malam tanpa bulan dan bintang, dan seperti siang tanpa sinar sang mentari.

Mimpinya bahkan tak bisa dibayangkan, sangat hitam, sangat gelap, tetapi penuh dengan warna, bagaikan sebuah pelangi, karena warna hitam adalah campuran dari seluruh warna yang ada di dunia ini. Cobalah campurkan semua warna cat warnamu, pasti menghitam. Kenapa bisa seperti itu? karena warna hitam adalah kesempurnaan.

Akhdan memiliki cita-cita menggapai pendidikan sampai Strata satu di kota nanti, bagaimana pun caranya. Ya, walaupun dia hanya anak seorang buruh tani, walaupun dia hanya anak seorang buruh belantik sapi, tapi jiwanya sangat besar, cita-citanya sangat tinggi, perjuangan dan pengorbanannya sangatlah besar.

Inilah kisahnya, kisah seorang pemuda kampung, kisah anak seorang buruh dan kisah seorang sahabat sejati, hingga akhirnya berhasil menuntut ilmu di perantauan nanti, meninggikan derajat seorang keluarga yang sangat ia cintai.

Inilah kisahnya. Kisah ini dimulai 16 tahun silam, saat usianya masih sembilan tahun.

Sore itu, langit mulai memerah, sang mentari malu-malu mulai bersembunyi di balik pegunungan barat. Akhdan bersama Joni melihat sang mentari dengan takjim sembari berceloteh ringan di bangku depan rumah Pak Samad seorang lelaki yang usianya 20 tahun lebih tua dibandingkan Akhdan dan Joni. Pak Samad sedang tidak di rumah, ia belum pulang dari sawah garapannya.

Rumah Pak Samad berada di dataran yang paling tinggi di desanya, tepatnya di daerah paling Wetan Desa Sambonganyar, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Sore itu, dari pandang Akhdan dan Joni, tertiba muncul mobil sedan mewah berwarna hitam legam kemilau di bawah merahnya langit sore, melahirkan siluet dari pandangan mereka. Mereka takjub, karena di desanya tidak pernah ada mobil semewah itu melintas sebelumnya. Warga desa pun turut memerhatikan mobil itu.

Mengukir MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang