2. Malam Yang Syahdu

84 5 2
                                    

MASJID ini begitu megah di ujung desa yang sederhana, masjid ini begitu ramai di ujung desa yang sepi, masjid ini penuh dengan warna di ujung desa yang hitam putih. Masjid Riyyadhusshalihin, masjid terbesar di ujung Desa Sambonganyar.

Malam ini rembulan bersinar terang, ia sedang asik bermain dengan kawanan bintang di langit yang luas, bermain tebak-menebak sebuah bentuk yang dibuat oleh kawanan bintang. Sang Rembulan sangat bahagia bermain bersama bintang, sampai Sang Rembulan tertawa berseri-seri, semakin menambah cahayanya. Begitupun dengan kawanan bintang, mereka berseri-seri, bersinar-sinar.

***

Selepas sholat magrib, Masjid Riyyadhusshalihin selalu dipenuhi dengan anak-anak kecil yang sedang mengaji. Tak hanya mengaji, bahkan banyak pula yang bermain, menangis, tertawa, berlari, terdiam, bahkan ada yang tertidur pulas di tengah ramainya anak-anak yang asik berlarian tertawa ke sana kemari. Tak terkecuali dengan Joni, ia turut andil dalam berlarian ke sana ke mari.

Malam ini Akhdan tak ikut bermain dengan si Gendut Joni, ia sedang serius mengaji di meja panjang, sedang mengantre menunggu gilirannya, tiga anak lagi, Supri, Jeki, Suki, baru giliran dirinya.

Waktu terus berjalan, 11 menit kemudian giliran Suki, Suki berhadapan dengan Ustaz Muslih membaca Turutan lumayan fasih, sesekali ia dibenarkan oleh ustaz Muslih. Suki sangat hebat dalam mengaji, tak seperti teman-teman sebelumnya, ia cepat dan lancar, hanya beberapa kata saja pembenaran yang keluar dari mulut Ustaz Muslih.

"Shadaqallahul-'adzim." Suki selesai, ia langsung berlari menaruh turutan di rak dekat dengan tiang. Sangat terburu-buru, ia tak mau ketinggalan bermain bersama teman-temannya yang lain. Turutan sudah ditaruhnya dengan rapi, tanpa menunggu aba-aba ia langsung ikut nimbrung berteriak-teriak kepada temannya yang sedang khuyu bermain kejar-kejaran, ia berteriak ingin ikut bermain.

Sekarang baru giliran Akhdan untuk mengaji, ia dapat giliran terakhir malam ini. Selesai mengaji, ia tak langsung ikut bermain bersama teman-temannya, ia merasa kurang bergairah, selepas mengaji ia hanya berbincang-bincang ringan bersama ustaz kesayangannya itu menceritakan keluh kesahnya. Sepertinya ia sedang gelisah. Tapi itulah hebatnya sang ustaz, ia selalu pandai membuat murid-muridnya kembali tersenyum riang bila sedang bersedih, dan bisa membangkitkan gairah Akhdan yang sedang turun ini. Saat Akhdan mulai bergairah ingin ikut bermain, tiba-tiba azan isya berkumandang dengan syahdunya dilantunkan oleh ayahnya Suki, sang Muazin resmi Masjid Riyyadusshalihin.

Suara azan kembali memenuhi seantero Desa Sambonganyar, anak-anak yang asik bermain pun mulai berhenti, dan anak-anak yang tadi tertidur kini mulai bangun. Mereka kompak mengambil air wudu bersama-sama, saling mengantre tak banyak yang menyerobot. Mereka sudah diajarkan tertib oleh Ustaz Muslih sedari awal mereka mengaji.

Selepas sholat isya, mereka melanjutkan permaianannya. Mereka biasanya baru akan berhenti tepat pada pukul sembilan malam atau saat diri mereka mulai mengantuk, bahkan terkadang ada yang tertidur di masjid dan akhirnya di jemput oleh orang tuanya, lalu digendong dibawa pulang.

Tak seperti biasanya, selepas salat isya Akhdan langsung pulang dari masjid, ia tidak ikut bermain bersama teman-temannya, sedari tadi selepas salat isya ia hanya merenung, entah apa yang dipikirkannya, ia sendiri bingung ia memikirkan apa. Tetapi setelah Sang Ustaz menceritakan pengalamannya, ia merasa mempunyai sesuatu yang besar. Sesuatu yang sulit untuk dijelaskan oleh anak yang masih berusia sembilan tahun.

"Akhdannnnn, tungguuuuu." teriak Joni sambil berlari tergopoh-gopoh menghampiri Akhdan.

"Main yuk?" Joni mengajaknya bermain.

"Maaf ya Jon, aku mau pulang saja, perasaanku ndak enak, aku ingin pulang saja."

"Wah, kamu kenapa Dan? Yaudah, yuk kita pulang bareng aja."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mengukir MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang