Hinata terduduk di sebuah kursi panjang di depan ruangan dimana adiknya sedang ditangani oleh dokter sekarang. Matanya tidak lepas dari pintu ruangan bertuliskan 'Instalasi Gawat Darurat' didepannya.
Gadis itu sangat pucat, terlihat sekali gurat kekhawatiran di wajah piasnya. Sesekali dia bangun dan berjalan bulak-balik di depan ICU itu hanya untuk menghilangkan kekhawatirannya.
Hinata kembali duduk. Badannya sedikit bergetar. Dia benar-benar takut kehilangan adiknya. Hanabi adalah harapan hidupnya. Demi adiknya lah Hinata berusaha untuk selalu tegar menghadapi kehidupannya yang kacau balau ini. Hanabi adalah alasan Hinata untuk berjuang ditengah kesulitan yang meliputi mereka. Mungkin Hinata akan benar-benar menjatuhkan dirinya dari ketinggian jika sesuatu yang buruk terjadi pada Hanabi. Tidak, adiknya itu tidak boleh meninggalkannya sendiri..
Hinata segera berdiri ketika pintu ruangan itu terbuka. Terlihat seorang dokter dan dua orang perawat keluar dari ruangan itu. Gadis itu segera menghampiri seorang dokter yang tadi memeriksa Hanabi. "Bagaimana keadaan adik saya dokter?". Hinata bertanya dengan wajah yang terlihat menahan air mata.
"Anda keluarga pasien yang bernama Hyuga Hanabi?". Hinata mengangguk.
"Ya, saya kakaknya dokter".
"Keadaan adik anda sangat mengkhawatirkan."
"Dia harus segera di operasi".
...
Hanabi telah di pindahkan kebangsal perawatan. Pakaiannya sudah berganti dengan pakaian pasien. Terdapat selang infus di tangan kirinya. Hinata menggenggam tangan kanan Hanabi dengan erat. Matanya tak lepas dari wajah pucat sang adik yang belum terbuka sejak Hinata menemukannya pingsan di apartemen mereka. Tapi Hinata dapat sedikit bernafas lega setelah dokter mengatakan bahwa sekarang adiknya itu hanya tertidur karena pengaruh obat yang diberikan.
Awalnya Hinata mengira sang adik akan segera sadar ketika menemukannya terbaring pingsan di dekat pintu kamar mereka sepulangnya dari bekerja. Oleh karena itu Hinata Hanya menggendong adiknya itu untuk berbaring difuton. Namun setelah lebih dari satu jam Hanabi tak juga siuman, membuat Hinata mulai dirundung kekhawatiran. Adiknya memang terkadang pingsan, ketika tubuhnya sudah terlampau sakit melebihi biasanya. Namun itu hanya beberapa saat saja dan Hanabi akan segera terbangun setelahnya.
Tapi cukup lama Hinata menunggui sang adik, Hanabi belum juga sadar bahkan seluruh tubuh gadis itu bergetar dan berkeringat dingin. Kekhawatiran Hinata semakin membuncah. Tanpa pikir panjang Hinata segera membawa adiknya ke rumah sakit setelah sebelumnya meminta tolong seorang tetangganya untuk membantu membawa adiknya kedalam taksi.
Hinata masih setia menemani sang adik yang terbaring lemah. Sesekali gadis itu menarik nafas panjang, dirinya sedang memikirkan ucapan dokter yang menangani adiknya itu.
Flashback
Hinata diminta mengikuti dokter yang menangani Hanabi untuk diberitahu lebih lanjut tentang keadaan adiknya. Sabaku Gaara, itu nama sang dokter yang menangani Hanabi kali ini. Biasanya sang adik selalu ditangani oleh Obito Sensei. Namun sang dokter harus berhenti bekerja karena meneruskan studinya ke luar negeri dan semua pasiennya di alihkan pada Sabaku sensei. Hal itu diketahui Hinata dari apa yang dikatakan oleh Sabaku sensei sepanjang lorong rumah sakit menuju ruangannya.
Kini gadis itu duduk berhadapan dengan dokter Gaara yang hanya dibatasi sebuah meja kecil diruangan sang dokter. Hinata tak dapat menyembunyikan kekhawatirannya terhadap Hanabi. Dia duduk dengan gelisah sambil menautkan kedua tangannya di pangkuannya.
"Hyuga san, kanker darah yang di idap oleh adik anda sudah mulai menyerang sistem saraf pusat. Sepertinya penyebaran kankernya lebih cepat dari yang di perkirakan". Dokter Gaara mulai menjabarkan tentang penyakit Hanabi pada Hinata. Sang dokter memandang prihatin pada gadis dihadapannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/132094647-288-k52376.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Something About You
FanficCiihh, tak usah menangis,,, kau itu cuma jal*ng, cukup meng*ngk*ng dan kuberi kau uang -Naruto-