"Mimpi-mimpi itu datang kembali." Ucap Naruto sebelum menandaskan cairan bening dalam gelasnya.
Sasuke, pria bernetra kelam yang duduk di sebelah pria itu hanya diam namun tetap mendengarkan dengan seksama. Dirinya tahu, Naruto belum selesai bicara.
"Aku berusaha keras melupakan jalang itu. Namun semakin aku berusaha bayangannya semakin mengusikku. Wanita jalang sialan itu ... Ahh bahkan bermain-main dengan para gadis kecil itu sudah tak membantu."
"Kau tak bisa terus menyiksa dirimu sendiri baka dobe. Hilangkan semua dendam masa lalumu dengan Shion. Kau tentu tak lupa statusmu dengannya kini kan?"
Naruto tak menjawab, dirinya kembali mengisi gelasnya yang kosong. Meneguk habis isinya dan berdecak pelan. Meresapi saat cairan memabukan itu membasahi tenggorokannya. Ini sudah gelas yang kelima, namun pria itu masih dalam keadaan sadar sepenuhnya. Toleransi terhadap minuman yang tinggi membuatnya tak gampang mabuk.
"Kau akan menghancurkan dirimu sendiri dengan dendam itu."
Naruto memijat pelipisnya sendiri. Dirinya sering mengalami sakit kepala akhir-akhir ini.
"Bagaimana dengan gadis pelayan itu? Kau berhasil menidurinya?" Kali ini yang bertanya adalah Toneri. Pria yang sejak tadi mendengarkan perbincangan kedua sahabatnya itu mencoba mengalihkan percakapan.
"Belum." Ujar Naruto.
"Si baka ini malah memberi gadis itu tempat tinggal dan menolong biaya pengobatan adiknya. Sungguh dermawan!" Sasuke berkata sarkastik.
"He?" Toneri sedikit kaget dengan perkataan Sasuke barusan. Baginya itu agak aneh. Biasanya Naruto tak pernah membuang waktu untuk bermain-main dengan mangsanya.
"Gadis itu begitu mirip dengan Shion dulu. Begitu polos dan lugu. Bahkan dia sudah menganggapku kakaknya hanya karena sedikit bantuan dariku. Aku penasaran apa dia benar-benar bodoh karena tak mengetahui niat burukku atau dia sengaja mengumpankan dirinya padaku."
Naruto tersenyum senang, mengingat kesakitan yang akan di berikannya pada gadis kecil itu. Seluruh badannya mulai memanas membayangkan tubuh mungil yang akan segera berada dalam kuasanya. Ahh... jeritan kesakitan para jalang itu memang nikmat!
"Aku akan memberikannya semua kenyamanan hidup. Menjadi penyelamatnya dan kemudian mengambil bagianku. Pengkhianatan dari orang yang paling kau percayai adalah yang terburuk. Aku akan memberikan itu padanya."
"Kau physiko Naruto!" Toneri tanpa sadar sedikit meninggikan suaranya.
Tak ada yang bersuara setelahnya. Mereka larut dalam pemikiran masing-masing sampai sebuah suara menginterupsi keheningan itu.
"Sudahlah kawan. Kita disini untuk bersenang-senang bukan? Let's find some ass to fuck!"
Ketiga pria yang duduk di meja minibar itu menoleh. Melihat kearah satu lagi maniak sex yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponsel pintarnya.
"Setelah hari-hari bekerja yang melelahkan mari kita mencari sedikit kesenangan."
Tatapan malas mereka layangkan pada sang pria. Tak bisa membaca situasi. Saat yang lain sedang mendengarkan keluhan Naruto, pria itu malah memikirkan hal ena-ena. Benar-benar seperti kucing yang sedang birahi. Tak sabaran!
"Oh ayolah, kenapa kalian menatapku seperti itu? Jika kalian masih ingin terus disini, aku akan pergi sendiri."
Obito mendengus ketika tak satupun dari ketiga temannya itu yang merespon kata-katanya.
"Aku melihat segerombolan gadis di luar. Aku akan menunggangi salah satunya di toilet."
Pria yang berbicara itu adalah Tobi si anak baik. Yang benar-benar tak memiliki sifat baik jika sudah menyangkut urusan selangkangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Something About You
Fiksi PenggemarCiihh, tak usah menangis,,, kau itu cuma jal*ng, cukup meng*ngk*ng dan kuberi kau uang -Naruto-