--OMAKE 2--
"Oi Naruto, cepatlah, dia sudah menunggu!" seru Kiba dari luar ruangan.
"Sebentar."
Naruto merapihkan jas nya dan memandang ke arah cermin sekali lagi.
Naruto menatap cermin dengan serius, sebelum akhirnya memegang wajahnya dan berkata
"Kenapa aku tampan sekali ya?"
Minato yang berada di ruangan yang sama dengan putranya tersebut hanya bisa pura pura tidak mendengar kenarsisan Naruto.
Naruto tersenyum ke arah cermin dan beralih pada ayahnya.
"Ayo ayah, ibu dan dia pasti sudah menunggu." Katanya.
Minato mengangguk lalu mengikuti putranya ke luar dari ruangan tersebut.
Minato sebenarnya berpikir penuh selama 10 hari 10 malam jauh sebelum hari ini, ia waktu itu masih mencerna pilihan Naruto untuk memenuhi janjinya pada sang Uchiha.
Sebenarnya ia tak terlalu mempermasalahkan hal ini, lagipula orang yang dipilih Naruto juga kelas atas, dan memiliki masa depan yang menjanjikan,
akan tetapi yang ia tidak mengerti sehingga harus membuatnya berpikir 10 hari 10 malam adalah,
kenapa putranya bisa tiba tiba menjadi gay begini?
Ia masih ingat ketika Naruto curhat mengenai gadis bermarga Haruno yang menembak Sasuke.
Berbeda dengan Minato,
Kushina justru tau lebih banyak, bahkan mungkin tanpa sepengetahuan Naruto sendiri.
Pasalnya, saat Naruto mengutarakan pilihannya tersebut, Kushina menjerit senang dan berkata
'syukurlah Naruto, akhirnya terjadi ya? Kau baru peka ternyata, dasar anak bodoh'
itu berarti Kushina mengetahui hal ini dari lama kan?
Ah, mungkin Minato harus lebih sering berbincang dengan putranya.
Kembali ke Naruto, kini pria tersebut tak bisa berhenti tersenyum lebar, benar benar seperti orang bodoh. Ya jangan salahkan Naruto, salahkan saja hari yang spesial ini.
Tak jauh dari tempat Naruto dan Minato berjalan, di hadapan mereka, beberapa meter lebih jauh, terdapat seorang lelaki bersurai hitam yang memakai kain penutup wajah untuk hari pernikahan *apa sih namanya? lupa:'v*
jangan lupakan Kushina dan Mikoto yang berjalan di sisi sisinya.
Pria bersurai hitam tersebut membuka matanya dan menatap Naruto yang berjalan beberapa meter di hadapannya.
Saat saling berhadapan di depan sebuah pintu jati berukuran besar, Naruto semakin tersenyum menawan kala melihat sosok di hadapannya,
sama seperti pria bersurai hitam yang dikenal Naruto sebagai cinta nya, Sasuke Uchiha.
Sasuke juga tak bisa menyembunyikan senyum tipisnya.
Fugaku Uchiha, ayah dari Sasuke berdehem,
"Naruto, sebelum masuk melewati pintu jati ini, apa kau yakin akan pilihanmu?" Tanya Fugaku datar.
Naruto mengangguk mantap "Ya, aku yakin."
Fugaku menatap Sasuke,
"Kau yakin Sasuke?"
Sasuke mengangguk "Ya."
Mikoto mendengus geli,
"Fugaku, jangan terlalu serius begini, kita semua sudah sepakat kan, lagipula Sasu-chan dan Naru-chan juga sudah tahu resiko yang akan didapat."
Fugaku tersenyum tipis,
"Kurasa aku hanya belum siap melihat putra kesayangan ku diambil oleh Naruto."
Naruto tertawa canggung.
"Tenang saja ayah, aku akan baik baik saja, kau percaya padaku dan pada Naruto kan? Maka serahkan saja pada kami." Sahut Sasuke.
"Naruto, kau masih ingat apa apa saja yang sudah kukatakan padamu kan?" Tanya Itachi yang sejak tadi menyimak.
Naruto merinding,
tentu saja siapa yang akan melupakan pidato panjang seorang Uchiha Itachi mengenai adik kesayangannya.
Naruto bahkan sempat beberapa kali bermimpi buruk akibat pidato Itachi yang menusuk jiwa, penuh sindiran dan penuh akan hal hal mengenai Sasuke.
"Ya aku ingat." Sahut Naruto.
Itachi menatapnya tajam,
"Aku sudah sering mengatakan ini, tetapi, perlu kuingatkan lagi-"
Itachi masih menatap Naruto
"-Jaga adikku baik baik, atau kau akan tinggal nama."
Kata Itachi penuh penekanan.
Minato merinding dan Kushina poker face.
Naruto mengangguk
"Pasti."
Kushina menepuk tangannya sekali,
"Nah nah, sekarang sudah waktunya, ayo bersiap!" Kata wanita itu semangat.
Naruto dan Sasuke saling berpegangan tangan dengan sebuah senyuman haru.
Beruntungnya Naruto karena ia bisa melihat Sasuke yang tersenyum dengan benar benar indah hingga membuatnya hard-jika ia tak bisa menahan diri-
"Sasuke." panggil Fugaku
Sasuke membalikan badannya dan menghadap sang ayah.
"Berjuanglah nak."
Fugaku tersenyum.
Onyx hitam Sasuke mulai berkaca kaca, dengan pasti ia menganggukan kepalanya.
Sasuke kembali menatap Naruto, begitu juga sebaliknya.
Di hadapan mereka, ada pintu jati besar.
Dan dibaliknya? Terdapat sebuah altar dimana Sasuke dan Naruto akan saling mengucap janji.
Naruto mengeratkan genggamannya
"Kau siap Sasuke?"
Sasuke menatap Naruto lalu mengangguk.
Walau sebenarnya jantung Sasuke sudah terasa mau meledak saja.
Naruto membuka pintu jati itu, bersama dengan Sasuke di genggamannya.
Hari ini, Naruto Uzumaki dan Sasuke Uchiha akan menikah, memenuhi janji masa lalu mereka, memperlengkap kehidupan mereka. Siapa yang menyangka ini akan terjadi? Tak seorang pun, karena cinta mereka begitu murni, tak memerlukan syarat, cukup masa lalu indah mereka dan-sebuah janji di masa kecil.
__________________^___________________
END
Baper kagak?:v
Saia ngetik sambil fangirlan loh, *plak
Jadi yah, inilah endingnya, akhirnya mereka dua terikat dengan sebuah janji suci :"
Ok siap, saia mau berterima kasih sama semua nya yang udah dukung saia dari awal, juga ngikutin cerita ini nyampe akhir :' kalian baik sekalih sama saia
En, saia punya rencana bikin cerita baru bertema NaruSasu jugaㄟ(≧◇≦)ㄏ
Tadinya mau bikin cerita RinHaru, cuman keknya saia belum dapet feels sama imajinasi saia sendiri *plak
Jadi, sampai jumpa di cerita baru ya semua <( ̄︶ ̄)> []~( ̄▽ ̄)~* ( ̄﹏ ̄) ( ̄ˇ ̄)
KAMU SEDANG MEMBACA
Childhood Memories [✔] Naru•Sasu
Fanfiction"Naruto, masih ingat kah kau pada janji itu?" -Sasuke Sequel sudah tersedia~ •Rank update• #18Narusasu #11Narusasu #10Narusasu (14 spt)