FOUR

9.5K 1K 37
                                    

Satu bulan berlalu, Taehyung disibukkan dengan segala hal yang menyangkut pekerjaannya. Setiap hari ia akan pergi di pagi hari dan pulang dalam keadaan lelah di malam hari. Semua itu ia lakukan demi memperlancar rencana pernikahannya. Taehyung ingin menyelesaikan semuanya agar tidak ada lagi kendala ketika pernikahannya tiba.

Jungkook sendiri masih sibuk dengan tugas kuliahnya. Beberapa bulan lagi ia akan lulus dan ia sendiri juga disibukkan dengan pernikahan. Sejauh ini mereka sudah menetapkan tanggal pernikahan. Kedua Ibu mereka pun bersemangat dan mengatur semuanya. Jungkook bahkan mau tak mau diseret paksa untuk ikut mengecek ballroom tempat dimana resepsi mereka dilangsungkan setelah pembacaan janji di gereja nanti.

"Aku lelah, Bam." Ujar Jungkook, menjatuhkan kepalanya diatas meja, menghela nafas terberatnya.

Bambam memperhatikan sahabatnya itu dengan dahi berkerut. Memang sudah beberapa hari ini Jungkook sibuk dengan banyak hal. Terkadang Bambam merasa kasihan.

"Yah, bersemangatlah. Bukankah ini impianmu sejak dulu, huh? Menikah dengan sang pangeranmu?" Kata Bambam sambil menyodorkan sekotak susu cokelat favorit Jungkook.

Jungkook mengangkat kepalanya dan mengambil susu itu dengan cepat. Diteguknya kasar lalu kembali menghela nafas. "Dokter bilang aku tak boleh stres tapi wanita-wanita tua itu membuatku stres." Desisnya.

"Dude, dua wanita tua yang kau maksud adalah Ibumu sendiri dan calon Ibu mertuamu."

"Yeah. Tapi kau akan berkata hal yang sama jika kau merasakannya secara langsung. Bayangkan mereka berteriak senang setiap melihat sesuatu yang menurut mereka bagus untuk dekorasi dan kubunuh kau jika kau bilang itu tidak membuatmu gila."

Ya, Jungkook tak habis pikir bagaimana kedua Ibu itu tak kehabisan tenaga dan suaranya. Mereka sangat berisik dan cerewet akan masalah dekorasi serta baju pengantin. Dasar perempuan. Jungkook sampai merasa takjub bagaimana Ayah-Ayah mereka bisa tahan dengan dua makhluk itu.

Bambam tertawa. "Kukira menikah menyenangkan."

"Ya, kukira begitu." Jungkook mendengus. "Bam,"

"Hm?"

"Aku akan menikah sebentar lagi."

"Aku tahu, bodoh. Kau selalu membicarakan itu sampai rasanya telingaku tuli karenanya."

Jungkook tertawa. "Aku memang pernah membayangkan pernikahan bersama Tae hyung. Tapi aku tak pernah membayangkannya bersama kehadiran buah hati kami." Senyum Jungkook mengembang, mengelus perutnya yang terbungkus sweater dengan pelan.

"Yeah. Lucky for you. You got jackpot, man." Bambam menyunggingkan senyumannya.

"Ya. Jackpot, huh?"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Aku pulang."

Suara berat itu menyapa telinganya. Jungkook berjalan cepat menuju pintu depan dan menemukan sosok yang akan menjadi suaminya beberapa hari lagi itu sedang membuka sepatunya dan meletakkannya di rak.

"Welcome home." Katanya.

Taehyung menoleh, tersenyum pada sosok laki-laki cantik dengan celemek itu. Dapat ditebak Jungkook baru saja atau bahkan sedang memasak. Melihat wajah Jungkook yang menyambutnya setiap pulang bekerja adalah hal terindah dalam hidupnya. Seolah seluruh rasa lelahnya menghilang dalam sekejap.

"Hei, baby." Panggilnya. Tangannya bergerak ke pinggang yang lebih mungil dari dirinya itu, memeluknya erat. Diciumnya ujung kepala Jungkook, merasakan wangi shampoo stroberi favorit Jungkook, lalu beralih mencuri ciuman di bibirnya.

OUR BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang