"Eve aku pulang duluan ya" Ujar Runa saat baru saja melangkah keluar dari kelas.
"Eh kok cepet banget sih" Dengan keberatan akupun menarik tasnya.
"Kepo deh" Dengan cepat Runa melepaskan tasnya dari tanganku dan berlari sambil meledekku dengan lidahnya.
"Aish, dasar kekanak-kanakan" Ujarku.
Aku kini berada di perpustakaan sekolah. Biasa, kali ini adalah giliranku piket perpus karena aku merupakan salah-satu anggota ekskul baca di SMA Spesifix ini. Tentu saja pekerjaan ini lumayan berat. Walaupun tidak hanya aku sendiri yang mengerjakan namun perpustakaan ini begitu luas dan berantakan. Apalagi menjelang UAS seperti ini.
"Kamu mending kesebelah sana aja deh Eve" Kata Rara teman ekskul bacaku.
"Eh? Memangnya kenapa? Kan aku duluan yang di sini" Ujarku tak mau mengalah karena disini memang tempat favoritku.
"Ayolah tukeran dulu hari ini, aku sekalian mau cari buku yang cocok untuk bahan nulis aku nih"
"Hm... iya deh iya"
***
Kali ini aku sudah kepayahan mengayuh sepedahku. Apakah ini yang dinamakan faktor dari usia bertambah ya? hahah aku mulai melantur. Hm.. sepertinya ini akibat kelelahan di perpus tadi siang.
"Udah kaya nenek-nenek aja nih sekarang!" Ledek Runa yang sudah sampai pada tujuan kami yaitu bangunan di dekat bendungan besar yang berada di dekat rumahku.
"Ya,ya,ya terus aja ngeledekin sampe kamu puas" Ujarku sambil cemberut.
"Wah tumben nih gak nyolot balik, jangan-jangan kamu beneran tambah tua nih Eve" Runa mulai mengacak-acak rambutku seperti biasanya, tapi aku benar-benar sudah kepayahan. Jadi aku hanya memasang muka cemberut dan mulai duduk di pinggir bendungan.
"Kamu kenapa sih Eve? Kamu sakit?" Kali ini Runa tidak terlihat menertawakan lagi.
"Aih, gak lah. Aku cuma kecapekkan aja kali" Ujarku.
Runa memegang dahiku.
"Kamu ini sakit tau, ayo cepet balik!"
Runa menarik tanganku dan mulai mengajakku untuk segera pulang.
"Yah, kok pulang sih. Kan belum senja" Ujarku keberatan.
"Oh mau lihat senja ya? yaudah sana liat senja sendiri. Udah tau diri sakit malah tetep aja kekeuh diam disini" Ujarnya sambil kesal.
"Iya deh iya" Aku pun mulai mengambil sepedahku dan mulai menaikkinya. Runa sudah berada di dekatku. Ia memberi kode untuk jalan lebih dulu.
"Udah, pelan-pelan aja gak usah sok-sokan ngebut segala. Kalo kamu jatuh siapa coba yang repot?"
"Iya deh iya, dasar kakek - kakek bawel"
"Eh enak aja, kamu tuh yang udah jadi nenek-nenek"
***
"drrrrtt....drrrt....drrrrt..."
Handphoneku bergetar. Kulihat nama si pemilik pesan dan membukanya
From: Ru
Kamu udah enakan? Besok masuk gak?
kalo ada apa -apa minta tolong aja ke aku ya nek
Aish, anak menyebalkan itu masih saja memanggilku nenek. Aku membalasnya dengan malas.
For : Ru
Udah mendingan kok kek, besok aku masuk sekolah jadi gak bakal minta tolong apa-apa. Atau engga kalo kamu mau sih tolongin kerjain PR aku. Hohohohoho!
Setelah mengirim sms akupun tertidur.
***
Sudah pagi namun aku tak mendengar suara motor Runa dari kejauhan. Eh? Kok dia belum jemput ya. Akupun mulai mengetik nomor Runa yang sudah berada di luar kepala dan mulai menekan tombol berwarna hijau.
"tuuut... tuuuut... "
"Ada apa?" Jawab Runa saat baru saja mengangkat telepon.
"Kok belum nyampe sih?"
"Lah ini kan udah nyampe dari tadi. Kamu aja yang lama banget keluar rumahnya"
Akupun langsung melihat melalui jendela. Dan yang aku dapatkan adalah sebuah mobil jeep merah punya ayahnya Runa. "Astaga, mau apa dia?" Ujarku dalam hati. Akupun berpamitan dengan orang tuaku dan pergi keluar. Tanpa menanyakan apapun aku langsung masuk ke dalam mobil.
"jadi? Ada apa nih? Kok tumben bawa-bawa mobil segala" Tanyaku dengan alis berkerut.
"Ini kan karena kamu"
"Lah, kok aku jadinya?"
"Kamu kan udah nenek-nenek, jadi kalo pakai motor takutnya kamu malah jatuh. Kan bisa berabe tuh" Dengan muka yang datar, dia menerangkanku seperti itu memang sebuah kenyataan.
Aku pun mulai kesal dan memukul kepalanya.
"Aish, nyebelin banget sih kamu"
"Ya karena kamu sakitlah, jadi belum boleh naik motor. Takutnya masuk angin terus tambah parah. Kalo kamu sakit siapa lagi coba yang bisa aku jailin?"
"Iiiih, tuh kan makin nyebelin. Yaudahlah cepet jalan. Ntar keburu telat juga kalo begini." Ujarku sambil merengut kesal.
Runa pun langsung tancap gas dan mulai menjalankan jeep merahnya.
Runa memang bisa pakai mobil. Tapi dia pakai mobil itu bisa dibilang jarang banget. Soalnya dia lebih suka dan sayang sama motornya yang ia miliki sejak kelas tiga SMA kemarin. Aku sih bukannya gak bisa nyetir ataupun berkendara motor. Tapi si Runa saja tuh, yang selalu melarangku jalan ke sekolah sendiri. Katanya sih untuk apa ngeborosin diri padahal punya sahabat yang masih bisa dimintain tumpangan. Tapi bukan berarti dia tetap setia ya nungguin aku pulang. Dia terkadang suka banget ninggalin aku. Dulu jarang banget sih, tapi akhir-akhir ini aku juga penasaran kenapa dia sering ninggalin aku.
Bentar lagi gerbang sekolah tutup namun aku dan Runa sudah berada di dalam kelas. Aku dengan Runa duduk dibangku yang sama. Sudah tiga semester di SMA tapi teman dudukku selalu dia. Gak tau ini bisa dibilang bosen atau engga. Soalnya aku emang gak suka kalau Runa jauh-jauh dari aku. Kalau bosen sama guru di kelas, aku biasanya main permainan-permainan kecil sama Runa. Mau itu SOS-lah, Sudoku-lah, ular tangga-lah (Kalau ini sih jarang banget aku bawa, soalnya agak ribet juga kalo dimasukin kedalam tas), pokoknya yang bisa dimainin dengan diam-diam.
Pagi ini adalah pelajarannya Pak Jarwo guru fisika.
"Runa, kamu udah bawa tugas kelompok kita itu gak?"
"Tugas yang mana?"
"Aih, tugas fisika yang kita sekelompok sampe-sampe kamu berdebat sama pak Jarwo itu loh"
"Astaga aku lupa"
***
"Ini semua gara-gara kamu. Coba aja kalau kamu bawa tugasnya kita jadi gak disuruh nyapu halaman begini" Sungutku.
"Yah, namanya juga lupa mau dibilang apa lagi coba."
"Yaudahlah, cepetan seleseinnya yuk. Biar cepet ke kantinya. Soalnya aku udah laper banget. Tadi pagi belum sarapan"
"Astaga, udah berapa kali coba aku ingetin kamu. Jangan bikin kebiasaan buruk kaya gitu. Nanti kalo udah kena magh gak bisa sembuh total loh"
"Iya iya maaf deh. Makanya yuk cepetan"
"Iya, tapi kamu juga janji gak boleh gini lagi"
"iya deh aku janji"
Runa lalu dengan semangat menyapu halaman sekolah dan membuatku jadi semakin tidak enak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Friend, Love and I
Romance[Ongoing] Cinta itu sulit saat dirimu ditemukan di kedua titik yang bersamaan.