5

7 0 0
                                    

Kali ini aku sedang menunggu Runa yang katanya mau memompa ban motornya ke bengkel dekat sekolah. Kesal banget, karena udah setengah jam aku nungguin dia di depan gerbang sekolah. Telponku juga tak diangkatnya sampai sekarang. Akupun mulai jalan mondar-mandir gak jelas karena bosan. Tanpa sengaja aku pun nyenggol bahu orang sampai barang-barang orang itu jatuh. Akupun langsung sigap mengangkat barang itu. Seorang laki-laki bermata cokelat, tingginya kurang lebih seratus tujuh puluh lima sentimeter, berbaju kotak-kotak dan rasanya aku belum pernah melihatnya sama sekali.

"Maaf" Ujarku.

"Iya, gak papa" Ujarnya

Ia pun melanjutkan perjalanannya. Aku heran saja, kenapa lembaran yang ia bawa bertuliskan nama sekolahku. Belum sempat berfikir, aku melihat seseorang yang cengar-cengir menyebalkan dari kejauhan.

"Iiih, kemana aja sih. Capek tau nungguin kamu dari tadi"

"Sorry, ternyata bannya bocor bukan kempes"

"Terus kenapa telponku gak diangkat?"

"Eh? Iya kah?" Runa pun mengecek hapenya.

"Duh, ternyata hapenya aku silent. Heheheheh. Maaf"

"Yaudah deh ayo cepet pulang. Aku udah laper banget tau"

"Yaudah ayo" Aku pun naik ke atas motor dan motorpun melaju dengan cepat.

***.

Aku sore ini janjian dengan Runa ke rumahnya Ikhsan. Katanya sih mau kerja kelompok, tapi Runa sampai sekarangpun belum terlihat batang hidungnya. Akupun berinisiatif untuk menghampirinya ke rumah. Namun kata Mama Runa, Runa sudah keluar rumah dari jam setengah empat sore tadi. Waktu aku tanya kemana ternyata mama Runa bilangnya Runa pergi kerja kelompok. Apa Runa marah ya sama aku makanya gak mau jemput aku? Akupun akhirnya memakai motor mama untuk pergi ke rumah Ikhsan.

Setibanya di rumah Ikhsan, ternyata Runa gak ada. Merasa kesal karena Runa gak bilang apa-apa, akhirnya akupun menelponnya. Setelah tiga kali aku mencoba, akhirnya Runa mengangkat telponku. Sepertinya sih dia di jalan, karena dia hanya mengangkatnya namun tidak bicara. Hanya bunyi banyak kendaraan dan klakson-klakson di jalanan saja yang terdengar.

Gak sampe sepuluh menit, aku medengar suara motor Runa di depan rumah Ikhsan. Runa pun masuk dengan tergesa-gesa dan hanya bilang maaf karena telat. Sebenarnya aku ingin menanyakan mengapa dia telat. Namun karena tugas kelompok memang harus segera terselesaikan, akupun mulai mengajak ikhsan untuk melanjutkan pembahasan yang tadi.

***

"Kemarin kamu kemana sih Ru?" Tanyaku saat makan bakso dengan Runa di kantin.

"Aku telat bangun aja, maaf ya jadinya kamu kemarin pakai motor sendiri"

"Yaudah deh gak papa" Kenapa Runa bohong ya sama aku? Apa akhir-akhir ini dia lagi ada masalah? Tapi kok dia gak bilang sama aku? Yaudah lah, aku nunggu sampe dia mau cerita sendiri aja.

"Eh Ru, kamu bisa anterin aku ke rumah tante Lenny gak nanti sore?"

"Maaf Eve, nanti aku punya acara lain"

"Yaudah deh gak papa"

"Kriiiinggggg.... Kring......"

Bel sekolahpun sudah berbunyi. Akupun akhirnya cepat-cepat menghabiskan baksoku dan pergi menuju kelas.

Pelajaran siang ini adalah pelajaran Pak Rommy. Dia adalah guru matematika yang gualaknya superrrrrr banget. Biasanya nih ya, si Runa pasti kena omelan setiap pelajarannya. Karena, si Runa suka banget ngejailin aku yang lagi konsentrasi atau emang suka gak bisa diem waktu Pak Rommy ngejelasin sebuah soal.

Pelajaran Pak Rommy sebentar lagi berakhir, jarang-jarang nih si Runa gak kena marah. Tapi emang Runa dari tadi diem terus sih. Pak Rommypun sempat menggoda Runa yang tumben jadi kalem banget.

"Ru, kamu gak sakit kan?" Akupun memegang dahinya. Namun aku tidak merasakan panas.

"Engga kok, kenapa kamu bilang gitu?"

"Ya habisnya kamu kalem banget dari tadi"

"Ya mau lah sekali-sekali aku diem waktu dikelas. Emangnya aku gak bosen apa gangguin kamu terus tiap hari."

Aneh, sudah bertahun-tahun aku dengan Runa, baru kali ini Runa merasa bosan menggangguku. Hmm...

"Jadi ada masalah apa?"

Kening Runa pun berkerut. "Masalah? Gak ada masalah apa-apa kok".

Runa memandang jamnya dan terkesiap. "Eh, kamu pulang duluan aja yah. Maaf aku ada urusan. Daaaahhh!" Ujarnya tanpa bersalah dan langsung meninggalkanku.

"Aih, terus aku pulang pake apa?"

"Hmmm.. kayanya jalan kaki boleh deh. Hahahah!" Teriaknya dan langsung menghilang dibalik tembok."

Aku rasa ada yang gak beres tentang Runa akhir-akhir ini, jadi aku diam-diam telah mengikutinya dari belakang. Langkah Runa terlalu besar, belum apa-apa ia sudah sangat jauh dari jarak pandangku. Meskipun aku tertinggal jauh, aku yakin Runa pasti sedang menuju ke parkiran sekolah.

Tuh kan, tidak salah lagi, itu Runa.

Aku melihat seseorang melambai-lambai kearah Runa, dan kini orang itu ikut naik motor Runa. Tidak salah lagi, itu pasti alasan mengapa akhir-akhir ini Runa tidak jelas dan mencurigakan. Cukup, sudah cukup jelas kini alasannya. Kalau begini, aku seharusnya memang tidak mengikuti Runa. Ya ampun, kenapa aku begitu sakit hati?.

Friend, Love and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang