Kini aku pergi ke sekolah sendiri. Ya, tidak sepenuhnya sendiri. Maksudku adalah diantar mama pakai mobil. Pagi-pagi sekali aku sudah berangkat. Aku sengaja menghindari kontak dengan Runa. Mama yang akhir-akhir ini selalu mengantarku pun masih belum sadar tentang aku dan Runa. Aku tidak bisa melihat Runa, karena jika aku memandang wajahnya yang ada aku malah ingin menangis dan yang pasti akan membuatku terlihat sangat bodoh.
Akupun sekarang sudah tidak duduk lagi dengan Runa. Aku minta tolong ke Tasya untuk bertukar tempat duduk beberapa hari ini. Runa pun sepertinya belum siap untuk berbicara kepadaku. Atau mungkin karena aku selalu menghindarinya setiap saat.
Mungkin aku keterlauan juga tak memberi Runa celah sedikitpun untuk mendekatiku. Namun aku memang sedang ingin sendiri dan menenangkan diriku.
"Eve, kamu kenapa sih sama Runa? Lagi berantem yah?" Tanya Gani teman sekelasku yang kini menjadi teman dudukku akhir-akhir ini.
"Hmmmm, gak ngerti juga ngejelasinnya harus gimana."
"Semua pada khawatir banget lo liat kamu sama Runa jadi gak ngomong kaya gini. Ya, aku mungkin ngertilah perasaan kamu kaya gimana. Tapi jangan sampe karena orang baru itu hubungan kalian jadi kaya gini. Cobalah untuk ngomong sama dia" Ujar Gani yang membuatku semakin bingung.
"Maksud kamu?"
"Semua orang udah tahu kok"
"Udah tau? Udah tau apa? Apa sih maksudnya? Terus maksudnya orang baru apa lagi?"
"Eh? Jadi kamu.... Gak jadi deh Eve gak jadi"
Percakapanku dengan Gani hanya sampai disitu saja dan membuatku semakin kacau. Katanya semua orang sudah tau, tapi kenapa aku sendiri yang merupakan orang terdekat Runa sama sekali belum mengerti tentang keadaan ini. Argh... aku benar-benar muak dengan ini semua.
Setelah pelajaran berakhir, akupun langsung membereskan perlengkapan belajarku dan pergi meninggalkan kelas dengan langkah panjang.
"Eve, Tunggu." Runa memanggilku tapi aku malah semakin mempercepat langkahku.
"Kamu kenapa sih Eve?" Ujarnya saat berhasil menyamakan langkah kakinya denganku
"Aku? Aku yang kenapa? Yang ada tuh kamu yang kenapa!" Ujarku lalu berlari menuju gerbang sekolah dimana mama sudah menungguku dengan mobilnya. Runa tidak mengejarku. Sepertinya dia juga kaget karena sikapku yang seperti ini. Namun apa ia tidak sadar bahwa seharusnya ia tidak boleh menutupi sesuatu seperti ini.
Mama hanya bingung saja melihatku wajahku saat masuk mobil lalu diam tanpa sepatah katapun. Namun ia hanya diam saja. Mungkin bingung juga mau memulai obrolan dari mana. Setelah sepuluh menit lamanya, akhirnya mama mulai memberantas kebisuanku di dalam mobil.
"Kamu kenapa sih akhir-akhir ini maunya di antar-jemput mama terus?"
"Hm, ada deh ma. Nanti kalo semua udah jelas baru Eve cerita. Jadi Eve minta tolong diantar jemput untuk beberapa hari ini ya ma." Ujarku. Keadaan mobilpun kembali membisu selama perjalanan. Sepertinya mama bisa mengerti keadaanku.
Setelah sampai di rumah, aku langsung masuk kamar. Tak ada yang mampu aku pikirkan, yang ada hanyalah benang kusut yang tak mampu terurai sedikitpun. Runa sudah mengetahui bahwa aku marah kepadanya. Namun kenapa sampai sekarang ia tetap saja menutupi semuanya. Bisa saja kan ia menghampiriku ke rumah dan mulai menjelaskan semuanya. Tapi kenapa ia tidak melakukan hal itu.
Kenapa sih dia bisa setega itu, apa aku yang salah sampai-sampai ia tak ingin aku mengetahui kebenarannya. Atau apakah aku hanya akan menjadi sebuah pengganggu yang akan merugikannya. Sejelek itukah posisi aku di hidupnya?. Akupun menangis sejadi-jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend, Love and I
Romance[Ongoing] Cinta itu sulit saat dirimu ditemukan di kedua titik yang bersamaan.