-00-

72 17 7
                                    


Di malam aku pertama kali melihatnya, manik matanya berkilau terpantul cahaya bulan. Rambut hitam gelapnya berayun tersapu angin malam yang begitu dingin. Aku masih ingat bagaimana diriku yang menggigil saat itu, mataku yang terpaku padanya. Mata kami yang saling bertemu untuk sesaat.

Aku ingat dengan jelas, begitu berharganya saat-saat bersama dengannya. Walau untuk sementara, ku bisa merasakan begitu hangatnya terselimuti oleh angin malam yang dingin. Wajahnya yang memerah, dan mulutnya yang kadang terbuka tertutup mengeluarkan uap.

Dia memutuskan pandangannya dariku, dan duduk tepat di sampingku.

"Apa yang seorang perempuan lakukan di malam-malam begini?" Matanya menatap lurus ke depan, tepat pada danau besar yang berada tepat di depan kami.

"Lalu apa yang dilakukan seorang anak kecil malam-malam di sini?" aku meliriknya kesal sambil mencibir.

"Aku tinggal di dekat sini," jawabnya. Sebuah alasan klasik.

"Oh ya? oke, aku akan mempercayainya."

Wajahnya tampak kesal, dan itu membuatku merasa senang. Entah sudah berapa kali aku mencoba meliriknya tanpa sadar.

"Seharusnya perempuan tidak berkeliaran malam-malam."

Mendengar itu, aku hanya bisa tersenyum masam menanggapinya. Aku juga tidak mau berkeliaran tengah malam seperti ini. Tapi aku tidak pernah merasa berada di dalam rumah jauh lebih baik dari pada di luar.

"Baiklah." Aku berdiri menghadapnya. "Setiap orang memiliki masalah sendiri, bukan? kau juga, tidak baik untukmu berlama-lama di sini."

Aku berbalik dan mulai berlari tanpa mengucapkan selamat tinggal. Tidak, aku tidak ingin mengucapkan selamat tinggal padanya. Andai saja bisa, aku ingin mengucapkan sampai jumpa padanya. Aku ingin bertemu lagi dengannya.

Tapi, aku tak memiliki keberanian untuk itu. Bahkan untuk menghadap dan menatap tepat ke matanya begitu menyulitkanku.

Ingin sekali aku tertawa saat ini. Perasaan lega membuncah dalam dadaku. Hingga mataku mulai memanas, rasa bahagia, rasa sedih dan perasaan lainnya berkumpul menjadi satu. Aku meneguhkan dalam hatiku, aku harus bertemu dengannya lagi. Aku akan mengucapkan rasa terima kasihku yang begitu besar.

Aku lega dia menyapaku saat itu.

That Water i can't TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang