-02-

33 9 0
                                    

Malam ini tak begitu dingin. Walau begitu, aku tetap mengenakan jaket yang tebal untuk berjalan-jalan di luar. Bulan tertutup oleh gelapnya awan. Hujan akan turun tak lama lagi. Namun, kaki ini memaksaku untuk tetap pergi.

Begitu sangat gelap, seakan ditelan kegelapan tak berujung. Dengan hal itu, kekagumanku dengan danau ini bertambah. Suasana sepi di sekitar membuatku seakan hanyut ke dalam danau.

Langkahku terhenti. Pandanganku terkunci pada kursi dengan warna coklat yang terlihat usang. Dia tak sendirian, ada lampu redup yang tegak berdiri di sampingnya. Mereka tepat menghadap ke danau. 

Sebentar lagi mereka akan hilang. Aku yakin banyak kenangan yang menempel di sana. Tempat itu terlihat romantis, seandainya tidak reyot dan diberi beberapa polesan. Mungkin saja dulu banyak kekasih yang bermesraan di sana.  Atau seorang anak bahagia yang duduk bersama orangtuanya. 

Untukku, tempat ini sangat berharga. Sejak dulu aku selalu pergi ke sini dan duduk di sana. Aku akan menghitung bintang sampai terlelap. Aku tak pernah merasa takut walau malam tiba, aku juga tidak merasa sendirian. Seakan ada orang yang duduk di sebelahku, ikut menghitung bintang di atas langit.

Kulanjutkan langkahku menuju pasangan kursi dan lampu taman di sana. Aku duduk dan mendongak ke atas langit. Tidak ada bintang yang dapat kuhitung di atas sana.

"Apakah ini langit yang sama dengan yang dulu?" gumamku perlahan.

Aku memejamkan mataku dan menghela napas. Dia tidak akan datang malam ini.

Jantungku berdetak kencang. Aku terhentak kaget lalu bangun dari posisi dudukku yang  nyaman. Aku berbalik, merasa tak percaya dengan orang di depanku.

"Ba-bagaimana bisa?" aku mengendalikan napasku yang masih tidak beraturan, "Kenapa  kau ada di sana?"

Anak laki-laki itu tertawa, "Apa-apaan itu? begitu saja kaget."

Wajahku memanas, aku menarik napas dalam dan menghembuskannya kuat-kuat. Aku menatapnya dengan geram, "Tentu saja aku kaget. Tiba-tiba kau meniup wajahku, anak kurang ajar."

"Kau tertidur, sementara aku ingin duduk di sana," ucapnya.  Dia berjalan ke depan kursi itu dan duduk. Kedua tangannya terjulur ke atas, "Ahhh, pegal sekali."

"Tidur? aku baru saja memejamkan mataku sebentar!"

Aku tidak percaya ucapannya, dan aku bertanya-tanya bagaimana dalam sekejap dia ada di belakangku -di belakang kursi taman-. Apakah secepat itu aku tertidur?

"Sejak aku datang ke sini kau sudah tidur. Kau tidak takut tidur sendirian di sana? seandainya aku orang jahat, kau tahu apa maksudku 'kan?"

Aku tidak menjawab pertanyaannya. Tentu saja aku tahu. Sejak awal, bahkan sejak aku mulai suka berkeliaran keluar rumah saat malam hari. Tapi sampai saat ini, aku tetap aman. Tak ada orang yang menggangguku.

Tapi tunggu, baru saja anak ini menggangguku. Aku tidak kenal dirinya dan dia pasti tidak mengenalku. Dia terlihat lebih muda dariku, tetapi tetaplah seorang laki-laki. Secara otomatis kulayangkan tatapan tajam kepadanya.

Anak lelaki itu tak memperhatikanku. Dia mendongak ke atas langit sambil menyenderkan punggungnya ke kursi. Lagi-lagi aku menatapnya matanya. Tidak terlihat adanya binar di sana, tidak terlihat bersinar seperti yang kulihat sebelumnya.

"Apa ini langit yang sama dengan yang dulu?" gumamnya pelan. Sebelah alisku terangkat. Dia mengucapkan kata-kata yang sama denganku sebelumnya. Terdengar seperti lelucon.

Aku berniat membalas leluconnya. Mungkin saja dia telah mendengar gumamanku sebelumnya dan mengatakannya lagi untuk mengejekku. Tapi aku terbisu.

"Ini langit yang sama, tapi kau melihatnya dengan sudut pandang berbeda."

Sudut pandangku terhadap kehidupan telah berubah. Berkat dirinya. Tujuanku datang ke sini adalah mencarinya dan mengucapkan terima kasih.

Tapi aku tidak bisa melakukannya. Dadaku terasa sesak. Begitu banyak perasaan meluap dari dalam dadaku yang tak kumengerti. Begitu menyakitkan, ngilu yang sama dengan rasa sesak sebelumnya.

Bagiku langitnya telah berubah. Bagaimana denganmu? langit di atas sana masih tetap sama, bukan?

That Water i can't TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang