***
Sri, orang sering memanggilku dengan nama itu. Jangan samakan namaku dengan mahluk bertaring dan berekor yang bernama srigala.
Namaku, Srikandi walau aku lebih suka dipanggil Candy yang menurutku lebih keren dan lebih modern, tapi ternyata orang-orang malah senang memanggilku dengan nama Sri.Bulan ini adalah bulan Februari, bulan di mana ada nama Valentin disalah satu harinya. Hampir semua remaja merayakan hari Valentin bersama pasangannya namun, berbeda denganku yang masih sibuk dengan Rapunzel, maksudku buku dongeng tentang putri Rapunzel.
Ketertarikanku pada Rapunzel bukan tanpa sebab. Nenekku bilang putri Rapunzel yang memiliki rambut panjang yang cantik dan terpenjara di sebuah menara itu, kisahnya sangat berbeda dengan Rapunzel di Desa Roro Tani.
Aku mengalihkan pandanganku pada sebuah buku catatan nenekku. Catatan itu bertuliskan Dibalik cerita Rapunzel. Aku segera mengambil buku catatan itu dan membukanya.
Mataku membulat sempurna saat aku melihat sebuah foto di halaman utama buku itu.Bukan foto Rapunzel, yang aku lihat melainkan foto bugil nenekku yang hanya mengenakan bikini dengan dua orang pria di sampingnya. Kulitnya yang sudah kendor dan gigi yang sudah ompong tak menghalangi hobinya bersama pria-pria yang lebih muda darinya.
"Aiss, nenek ini ternyata hebat juga ya, tak ku sangka nenek sangat berpengalaman," gumamku heran. Seingatku dulu memang nenekku terkenal nakal dan banyak memiliki pasangan.
Dia selalu terlihat nyentrik disetiap gayanya yang dibilang sudah uzur itu. Rok mini dan tank tops mininya selalu melekat indah di kulitnya yang sudah keriput itu.Nenekku hobi jalan-jalan ke mall bersama pria-pria bule, jiwa muda yang masih kental. Neli, adalah nama nenekku dan orang-orang menyebutnya Nenek-nenek lincah.
Ya, mereka hanya iri pada nenekku karena di zaman sekarang nenek-nenek semakin di depan mengalahkan perawan dan janda. Hahahaha.Walau seperti itu dia tetap nenekku yang paling aku sayang. Aku menyruput kopi ditanganku sembari membuka halaman berikutnya.
Sebuah foto seorang wanita dengan rambut sangat panjang dan wajah yang cantik kas jawa, duduk sembari menatap cermin. Rambutnya yang panjang dan raut wajah tanpa senyum menatap kosong pantulan wajahnya di cermin itu."Mina?" Angin berhembus pelan menyapu bulu kudukku ketika aku menyebut nama itu.
Nama itu tertulis di halaman kedua, catatan nenekku.
Aku menoleh ke luar kaca jendela caffe. Ku lihat gumpalan awan yang terlihat sangat gelap."Sepertinya akan turun hujan," gumamku, yang tanpa aba-aba segera memasukan semua buku-bukuku yang berada di atas meja ke tasku.
Aku menatap langit saat keluar dari caffe, mendung semakin parah, segeralah aku bergegas pergi meninggalkan tempat itu.
Di kota Jakarta ini sudah bukan keheranan lagi jika saat musim hujan pasti beberapa tempat akan tergenang air. Ya, di sinilah aku tinggal di kota Jakarta. Aku tinggal bersama kedua orang tuaku yang kini menentap di Jakarta. Setelah kelahiranku mereka memutuskan untuk tinggal menetap di kota besar ini.
Aku bekerja sebagai wartawan di salah satu stasiun TV swasta. Namun, beberapa hari yang lalu aku mengundurkan diri. Terkadang aku berpikir sesuatu yang aku anggap benar bukan berarti itu benar bagi orang lain. Aku ditunjuk untuk mewawancari salah satu tokoh politik yang berbohong untuk mendapatkan simpati rakyat. Aku tidak mau, ini sangat bertentangan dengan prinsipku.
Walau aku memang bukan orang yang baik, tapi aku tidak mau ikut membohongi rakyat. Baik buruknya pemimpin yang kita pilih itu menentukan masa depan bangsa ini. Karena itu aku memutuskan untuk menolak dan mengundurkan diri. Lagi pula aku memutuskan untuk pulang ke kampung halamanku karena ada sesuatu yang harus aku pastikan di sana.
Di sana, Desa Roro Tani, di mana kisah Rapunzel Mina disembunyikan dan dirahasiakan. Rasa penasaran ini semakin menghantuiku saat nenek bercerita di buku catatannya jika Mina dibunuh. Belum jelas apa penyebabnya dan siapa yang membunuhnya. Yang aku herankan apa hubungan dengan nenek dan mengapa nenek sering menceritakan tentang Mina jika di Desa Roro Tani sendiri disembunyikan kisahnya.
***
"Sriiiii!!!" Suara nyaring sang bidadari langit menusuk telingaku. Kalo sudah seperti ini aku harus segera bangkit dari mimpi indahku bersama Oppa Jong ki.
"Iya, Mama, ini Candy juga mau mandi," seruku yang langsung bergegas pergi ke kamar mandi walau dengan malasnya.
"Sudah berkali-kali mama bilang, anak perawan itu ngga boleh bangun siang, Nanti jodohnya disosor bebek." Masih dengan ceramah ampuhnya. Wanita dengan daster kebangganya ini menyiapkan sarapan pagi untuk kami.
Aku yang sudah selesai dengan ritual mandi dan dandanku kini hanya bisa diam mendengarkan Mama mengomel.
"Tuh, dengerin kata mama Sri," saut ayah yang masih sibuk dengan koran dan kopinya.
"Ayah, bisa tidak jangan ikutan sama mama manggil Candy dengan nama Sri," seruku kesal, terkadang aku bingung mengapa orang senang sekali memanggilku dengan nama itu.
"Kenapa? Sri itu bagus namanya," ucapnya yang masih sibuk dengan korannya.
"Kalo begitu mulai dari sekarang Candy bakal manggil ayah dengan Bapak Paijo dan mama dengan ibu Sungkem." Aku melipat kedua tanganku sembari menggerutu kesal. Ayah dan mama saling beradu pandangan sembari terkekeh geli.
"Oh iya ma, yah, Candy mau ke desa minggu depan," seruku, yang membuat ayah dan mama menghentikan aktifitasnya dan mendekatiku.
"Mau ngapain kamu ke desa?" Tanya ayah serius.
"Aku ingin mengunjugi temanku di sana yah, lagi pula di sana kan ada Bude sudah lama Candy tidak bertemu dengan dia. Candy kangen sama Bude." Mama menatap lekat ayah seakan mereka sedang mempikirkan sesuatu yang sama.
"Sayang, Bude kan setiap tahun ke sini jadi kita tidak perlu pulang ke desa," ucap mama sembari menyentuh lembut tanganku.
"Ayolah ma, Candy hanya ingin berkunjung ke sana. Tidak lama kok ma, lima atau seminggu saja setelah itu Candy pasti segera pulang," rayuku, yang diikuti dengan anggukan mama.
"Baiklah, tapi ingat sebelum hari Valentine kau harus sudah pulang. Ingat perkataan mama ini." Aku tersenyum sembari menganggukan kepalaku.
Tapi berbeda dengan raut wajah mama dan ayah yang terlihat khawatir. Entah, seperti ada sesuatu yang sedang mereka sembunyikan. Aku adalah anak tunggal mereka mungkin karena itu mereka sangat khawatir kepadaku. Tapi apapun itu aku yakin ada yang disembunyikan oleh mereka.
Mina, mengapa kau seakan menariku terus untuk mengunjungi desa. Apa hubunganmu dengan nenekku dan mengapa nenek selalu menceritakan tentangmu di buku catatanya. Dan, tentang misteri rambut panjangmu juga misteri pembunuhanmu akankah aku dapat menghilangkan rasa penasaran ini jika aku dapat mengungkapkan apa yang terjadi padamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapunzel Mina
HorrorNamun, berbeda dengan kisah Rapunzel. Kisah ini akan membawamu merasakan penderitaan Mina, si gadis berambut panjang karena satu janji yang terucap, di bibirnya. #ipenpenruari #ipenterkutukpeso #ipenpeso #Pseocom