Malam ini aku, Naga, dan jono berencana mendatangi bangunan tua itu. Kami sepakat bertemu di depan bangunan tua itu tepat tengah malam. Hawa dingin malam seakan menusuk kulitku. Aku menoleh kekanan dan kekiri memastikan agar aku tidak terpergoki lagi.
Jika itu terjadi Bude pasti akan marah besar kepadaku. Dan aku pasti akan langsung diusir dari desa ini.
Langkahku terhenti saat sebuah tangan memegang lenganku. Segera aku melempaskan tangan itu dari lenganku. Namun tangan itu malah menarik lenganku kesebuah dinding banguan tua itu.
Tanganya mendekap mulutku dan berbisik jika dia itu adalah Naga. Ternyata dia membawaku bersembunyi di balik didnding karena ada beberapa warga tengah berkeliling.Aku mengangguk mengerti hingga aku menyadari jika tanganku tengah memegang sesuatu. Sesuatu milik Naga, mataku membulat sempurna dan segeralah aku melepaskannya.
Naga hanya mengerjap canggung, dan aku hanya bisa terdiam.Jangan berpikir jorok, jujur aku tidak ingin munafik aku memang sudah pernah melihat milik laki-laki tapi itu hanya di layar kaca. Jangankan menyentuh seperti tadi melihatnya saja aku sudah geli.
Aku tidak bisa berpikir jernih lagi saat ini, silahkan mengataiku wanita mesum, Hayati pasrah. Tak beberapa lama warga yang menjaga ronda sudah pergi. Namun, si Jono tak kunjung terlihat."Di mama si Jono?" tanyaku pada Naga.
"Dia bilang dia tidak bisa ikut katanya sedang sakit perut." Menggaruk belakang kepalanya. Mataku menatap curiga pandanya, aneh mana mungkin tiba-tiba saja Jono sakit perut padahal tadi sore terlihat baik-baik saja.
"Apa? Jangan menatapku seperti itu, Ehem, dan lagi pula mengapa kau memegang miliku tadi."
Mataku membulat sempurna, mengapa dia tiba-tiba saja membahas hal seperti itu. Itu sangat memalukan.
Demi kecebong yang beranak katak mimpi apa semalam aku, mengapa aku bisa berada disituasi seperti ini. Aku melangkah menuju pintu bangunan tua itu tanpa menghiraukan pertanyaanya tadi. Dan tak beberapa lama dia menyusulku.Kini aku berada tepat di pintu bangunan itu, untuk yang ketiga kalinyam. Kali ini aku yakin aku akan mampu mengungkap apa sebenarnya yang terjadi pada Mina. Walau aku mendengar dari Bude namun, aku masih belum bisa memuaskan rasa penasaranku ini.
"Kau yakin?" tanya Naga yang menatapku dengan perasaan ragu.
"Heem." Aku menganggukan kepalaku, yakin.
Kami berdua membuka pintu bangunan tua itu dan melangkah masuk. Dengan senter yang seadanya kami mencoba menelusuri bangunan tua itu. Kami berhenti disebuah tangga menuju sebuah ruangan atas.
Hawa dingin menyapu bulu kudukku ada rasa takut yang bercampur rasa penasaran.
Aku melangkahkan kakiku menaiki tangga, di belakangku Naga masih terlihat mengawasi sesuatu."Candy, sebaiknya kita kembali, perasaanku mulai tidak enak," ucapnya gelisah.
"Tidak, kita sudah sampai sejauh ini dan kau ingin kita kembali," ucapku.
Aku melanjutkan langkahku hingga berakhir di sebuah pintu. Pintu itu berukirkan sebuah nama 'Mina'. Dan aku yakin ruangan ini adalah ruangan di mana Mina di pasung. Aku mencoba membuka pintu itu beberapa kali. Namun nihil pintu itu seperti terkunci dan sulit dibuka.
"Biar aku coba," ucap Naga. Memcoba mendobrak pintu itu beberapa kali. Hingga sebuah langkah kaki seseorang mengagetkanku dan Naga. Tak berpikir lama kami segera mancari tempat bersembunyi.
Seorang wanita yang sangat aku kenal muncul dari tangga. Dia adalah Budeku, dengan membawa nampan yang berisi beberapa sesajen dan sebuah sisir, Bude melangkah menuju pintu itu.
Mengapa Bude berada di tempat ini tengah malam seperti ini. Apa sebenarnya yang Bude sembunyikan selama ini. Aku menatap Naga yang tengah memperhatikam Budeku.
"Jadi benar," gumamnya.
"Apa maksudmu?" tanyaku yang heran melihat tingkah Naga.
"Dia, maksudku Mina, sebenarnya dia dan Budemu memiliki hubungan. Sudah lama aku curiga dengan cerita yang diceritakan si Mbok, dan saat si Mbok mengatakan hal sebenarnya tentang cerita Mina, barulah aku mencari kebenaranya," tuturnya yang membuatku semakin bingung.
"Aiss, kau pasti tidak mengerti, lebih baik kau bertanya langsung pada Budemu itu," ucapnya yang langsung menggenggam lenganku menuju pintu yang sudah terbuka karena Bude yang membukanya.
Aku melihat Bude tengah menyayikan sebuah tembang jawa sembari menyisir seorang gadis. Bukan, maksudku sebuah patung. Yang Bude sisir itu bukanlah manusia melainkan sebuah patung berambut panjang. Bude menghentikan nyanyiannya saat dia menyadari keberadaan dirku.
"Sri," ucapnya tak percaya.
"A-apa yang sedang Bude lakukan?" tanyaku gugup. Bude mengalihkan pandanganya kearah patung itu
"Mina..." Bude menangis dan langsung memeluk patung itu. Aku hanya terdiam bingung, apa sebenarnya yang terjadi.
"Budemu sangat terobsesi dengan Mina, hingga dia mengorbankan anak perempuannya untuk menemani Mina di sini," tutur Naga.
"Anak perempuan Bude?" tanyaku lagi.
"Dulu Mbak Astuti memiliki anak perempuan bernama Mina karena dia sangat terobsesi dengan Mina. Laranganpun dilanggar oleh Mbak Astuti, sehingga warga percaya Mina anak Mbak Astuti terkena kutukan Mina si rambut panjang karena Mina anak Mbk Astuti mengidap penyakit kanker dan akhirnya meninggal. Dengan rasa sedih Mbak Astuti menguburkan mayat anaknya di sini". Mengalihkan pandanganya kearah Bude Astuti yang masih menangis memeluk patung itu.
"Lalu, mengapa warga di sini melarang semua orang pergi ke tempat ini?" tanyaku.
"Kutukkan Naila masih di percaya oleh warga di sini termasuk aku, janji Mina kepada Naila pun masih di percaya sebagai kutukan pula, karena itu untuk menghidari hal yang terjadi pada Mbak Astuti warga di sini melarang siapun untuk pergi ketempat ini."
Aku mengangguk mengerti dengan cerita yang Naga ceritakan. Kini aku juga mengerti mengapa warga di sini menjaga sekali tempat ini agar tidak di kunjungi karena mereka masih sangat percaya dengan hal-hal seperti itu.
****
Matahari bersinar sangat terang menyinari dedauan yang basah karena embun. Burung-burung bernyanyi ria seakan menikmati suasana yang begitu tenang di pagi hari ini.
Aku melangkah keluar kamar, dan melihat Bude yang baru saja keluar dari rumah sakit bersama dengan Hendu dan Harno kedua anaknya.
Bang Hendu sudah menceritakan kejadian sebenarnya dan mereka memutuskan untuk membawa Bude kerumah sakit jiwa. Awalnya mereka membiarkan perilaku Bude karena dulu masih ada Pakde yang menemaninya.Kini Bude tidak akan dibiarkan tinggal sendiri di sini. Bang Herno memutuskan untuk pindah bersama keluarganya di sini menemani Bude.
Rencanaku yang akan pulang ke Jakarta secepatnya tertunda karena Mama dan Ayah menyusulku ke sini. Karena itulah kami memutuskan untuk tinggal di sini beberapa hari lagi sembari menunggu Bude selesai di periksa.Aku sangat senang sekali berada di tempat ini. Beberapa hari yang lalu Naga datang dan membawa keluarganya untuk melamarku. Walau aku masih sangat terkejut dengan lamaran itu. Saat aku dengar Naga sebenarnya adalah seorang mahasiswa sukses yang memiliki usaha peternakan sapi yang lumayan besar di daerah jawa ini, sangat tidak sesuai dengan penampilanya yang biasa-biasa aja. Namun, Mama dan Ayah langsung menerima lamaran itu tanpa basa basi denganku saat mereka mengetahui anak gadisnya dilamar oleh pengusaha sapi yang sukses. Baru kali ini aku menyadari ternyata Mama dan Ayah sangat matre melebihi aku.
Kisah Mina pun masih di simpan rapi di desa ini. Tapi aku melihat sesuatu yang aneh, wajah yang hitam kelam itu terlihat bercahaya, matanya yang menatap tajam itu terlihat sangat indah dan sebuah senyum terukir di wajahnya. Aku yakin itu bukanlah Mina si rambut panjang tapi itu adalah wajah Mina anak perempuan Bude.
Tamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapunzel Mina
HorrorNamun, berbeda dengan kisah Rapunzel. Kisah ini akan membawamu merasakan penderitaan Mina, si gadis berambut panjang karena satu janji yang terucap, di bibirnya. #ipenpenruari #ipenterkutukpeso #ipenpeso #Pseocom