Aku sangat terkejut mendengar cerita yang Bude ceritakan. Jadi selama ini itulah kisah yang di sembunyikan oleh seluruh warga desa.
Lalu apa hubunganha dengan nenek, mengapa nenek seperti mengenal sekali dengan Mina."Lalu Bude, mengapa nenek seperti mengenal sekali mina?" tanyaku pada Bude.
"Dulu Mina memiliki sahabat dekat, semua yang terjadi selalu dia ceritakan pada sahabatnya itu. Hingga perilaku Mina berubah setelah kematian Adiknya, dan sahabat Mina itulah yang menyaksikan Mina membunuh seluruh keluarganya. Sahabatnya itu adalah Nenekmu." Sontak aku terkejut bukan main.
"Jadi nenek adalah sahabat Mina," gumamku.
"Dulu nenek sering memanggil Mina dengan nama Rapunzel karena rambut Mina yang sangat panjang dan indah. Seperti yang Bude ceritakan Mina berubah sikapnya setelah kematian Adiknya itu," tuturnya.
"Lalu mengapa tidak ada yang boleh masuk kedalam banguan itu Bude?" tanyaku.
Bude Astuti menoleh kearahku dan mengusap lembut rambutku."Semua warga percaya jika ada yang berani masuk ke banguan tua itu akan datang bencana besar di desa ini, karena itulah mereka melarang semua orang untuk masuk ataupun mendekati tepat itu," jawabnya.
Jadi pemilik mata itu adalah Mina si Rapunzel. Satu hal lagi yang masih membuatku bingung dan penasaran mengapa sepertinya Mina ingin membuatku agar pergi ke sana lagi.
***
Aku terduduk dipinggir kebun milik Bude. Pemandangan di sini terlihat jauh lebih indah. Dari posisi ini pula bangunan tua itu juga tidak terlihat. Aku bisa menenangkan pikiranku sesaat.
"Pendatang baru ya?" Suara berat seseorang membuatku menoleh kebelakang.
"Iya," jawabku.
Dua orang pemuda dengan pakaian kas jawa dan belangkon dikepalanya mendekatiku.
"Namaku Naga, dan ini temanku Jono," ucapnya.
"Aku Candy." Mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
"Sepertinya kau dari kota, di desa ini laki-laki dan perempuan dilarang bersentuhan meski hanya berjabat tangan.
Aku hanya berkata ohh tanpa bersuara. Aku lupa di desa ini, adat masih dijunjung tinggi. Lagi pula sudah hampir tiga hari aku berada di desa ini. Mungkin dua atau tiga hari lagi aku akan kembali ke Jakarta.
"Aku dengar kau membuat kegaduhan kemarin, di sana." Matanya mengarahkan kearah sebuah bangunan tua. Aku mengikuti arah matanya dan langsung mengerti dengan apa yang dia maksudkan.
Jika diingat kemarin malam aku memang pergi kesana lagi, belum sempat aku masuk aku sudah dipergoki oleh warga yang tengah ronda. Akhirnya aku di introgasi untuk yang kedua kali, tapi oleh warga bukan dengan Budeku.
Tapi, karena pertolongan Bude yang langsung datang, warga tak sempat menanyaiku hal-hal yang aneh-aneh. Segera Bude meminta maaf kepada warga dan meminta agar aku di lepaskan.
Setelah kejadian kemarin aku mendadak terkenal. Semua warga membicarakan tentang aku. Bahkan dua orang ini pun tahu tentangku.
"Ahh, itu, aku hanya tidak sengaja memasukinya," jawabku canggung.
"Benarkah?" tanyany dengan nada meledek, pemuda bernama Jono dengan sarung di pundaknya itu sepertinya menyebalkan.
Aku hanya dia mengerucutkan bibirku, kesal.Lagipula aku hanya penasaran, dan ingin sekali mengetahui apa sebenarnya yang terjadi pada si Mina itu.
"Aku juga," ucap salah satu pemuda bernama Naga
"Apa maksudmu?" tanyaku bingung.
"Kami berdua juga penasaran," jawabnya.
Aku masih terdiam, bagaimana dia tahu jika aku memang penasaran dengan misteri bangunan tua dan Mina itu.
"Jika kau mau, kami berdua bisa membantumu," seru Jono sembari menaik turunkan alisnya bahkan tahi lalat yang berada di keningnya juga ikut naik turun.
Aku mengerutkan dahiku mempikirkan apakah mereka benar-benar dapat membantuku. Jika aku bisa berhasil mengungkap misteri Mina ini aku akan menulis artikel tentangnya. Ini akan menjadi hal yang sangat menarik.
"Hay, bagaimana? Mau tidak?' tanya Naga sembari memetikan jarinya tepat di depan mataku. Aku mengerjap mataku, dan tersenyum misterius kearah mereka berdua.
"Baiklah, tapi kalian ingin membantuku dengan cara apa?" tanyaku kepada mereka.
"Etsss, tunggu dulu, kami akan membatumu tapi ada satu syarat," ucap Jono yang diikuti kekehan Naga.
"Syarat apa?" tanyaku curiga.
"Akan kami beritahu setelah kami membantumu," jawab Naga sembari tersenyum.
"Kalian sedang apa?" tanya Bude Astuti yang tiba-tiba muncul ditegah pembicaran kita.
"Tidak apa-apa kok Bude," jawabku sembari tersenyum kearah Bude Astuti yang melangkah mendekati kami.
"Eh, ada Nak Naga dan Jono," ucap Bude Astuti dibalas senyum ramah Naga dan Jono.
"Sudah kenal sama Ponakan Bude ini, ya?" tanyanya ssembari mengelus pundakku.
"Waduh, ini ponakan Mbak Astuti toh, saya kira ini adeknya. Habis Mbak Astuti masih keliatan sangat muda," rayu Jono.
Heh, apa maksudnya mengira aku ini adalah adik Bude. Aku bahkan lebih mirip anaknya ketimbang adiknya. Sepertinya orang ini harus minum pil pcc agar waras.
"Bagaimana, cantik tidak ponakan saya?" Sembari mengelus rambutku, yang membuatku sedikit tersipu malu oleh pertanyaan Bude.
"Cantik Bude, jika tidak bagaimana mungkin Naga sampai naksir," jawab Jono, tangan Naga mendadak memukul kepala Jono yang masih terkekeh.
Mendadak wajah Naga memerah, wajahnya yang kental dengan darah jawa itu sedikit tersipu malu saat Bude mengarahkan pandanganya kearahnya.
"Siapa yang naksir sama pakan Mba, wong wajah kaya wedos gini, di mana cantiknya." Mengalihkan pandanganya ke sembarang tempat.
Tak bisa dipungkiri memang wajahnya terlihat jelas memerah. Seperti pemuda desa lainya, wajah Naga yang tergolong manis memang tak jenuh-jenuhnya jika dipandang. Aiss, apa yang aku pikirkan, sangat tidak mungkin aku tiba-tiba saja mengagumi pemuda desa yang baru saja aku kenal.
Lagipula bagaimana nasib mantan-mantanku yang mengantri bak kereta untuk dapat kembali bersamaku. Ahh, aku baru ingat jika aku hanya mempunyai satu mantan itupun dia sudah menikah dengan wanita yang di selingkuhi saat bersamaku.
Malangnya nasibku, tapi aku selalu memengang teguh prinsip Nenekku, jika satu gagal itu artinya kita harus cari dua sebagai cadangan. Hahahha.. sempak kali cadangan. Eh ngomong-ngomong sempak, aku baru ingat kata Mama jika pemuda di desa Roro tani ini di larang memakai sempak.
Ahh, masa iya sih, mereka berdua juga tidak memakai sempak. Unnnccc... pfft.
Mataku mendadak melirik kebawah walau ini bertentangan dengan hatiku tapi pikiranku sama sekali tidak bisa dibohongi. Apa benar mereka tidak memakai sempak sama sekali."Apa yang kau lihat!" seru Naga yang sontak membuatku kaget setengah mati. Tak berpikir lama aku langsung mengalihkan pandanganku dan beranjak pergi dari tempatku.
Aiss, harga diriku akan jatuh sebagai seorang wanita jika ketawan aku memperhatikan bagian 'itu'.Sejak kapan aku jadi mesum seperti ini. Aiss, Candy ini pasti karena aku terlalu banyak nonton Film dewasa. Mulai sekarang aku akan merubah kebiasaanku menonton film-film itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapunzel Mina
HorrorNamun, berbeda dengan kisah Rapunzel. Kisah ini akan membawamu merasakan penderitaan Mina, si gadis berambut panjang karena satu janji yang terucap, di bibirnya. #ipenpenruari #ipenterkutukpeso #ipenpeso #Pseocom