Banyak hal yang tak mampu diungkap hanya lewat kata-kata. Cinta yang dimiliki oleh Nijimura pada Mayuzumi, salah satunya. Dia bukan tentang sekadar ingin memiliki juga merengkuh sosok yang dikasihi. Cintanya lebih dari itu, tentang perasaan dan alasannya kenapa masih tetap kukuh berdiri. Setengah hidupnya ada pada Mayuzumi.
Mungkin yang bisa diwakili oleh untaian silabel sederhana, hanya satu, Nijimura mencintai Mayuzumi dari lubuk hati yang terdalam. Mencintai Mayuzumi sebagai bagian terindah di hidupnya. Takkan ia biarkan, Mayuzumi tak bahagia.
***
Mendung bergulung dengan awan kelabu bergelayutan. Langit sore di rabu pertama bulan ini sungguh buruk bagi Mayuzumi. Terjebak hujan, dan tak bisa kembali. Diam meratap, di teras kafe. Beruntung shift-nya berakhir di siang tadi.
'Aku menunggumu di kafe dekat pertigaan jalan menuju rumah sakit, tolong jangan telat', pesan singkat dikirim. Kopi yang dibeli kini sudah mendingin, padahal baru dikecap setengah. Tanpa ampas, lumayan nikmat dirasai lidah. Menghirup aroma pekat dalam-dalam, Chihiro kembali memfokuskan diri pada minuman. Netranya sesekali meliriki benda pipih di meja, menanti dering pelan pertanda pesan balasan masuk.
"Mungkin ia masih di jalan," memangku dagu bosan. Kopinya habis beberapa detik yang lalu. Memutuskan pindah, semua barang bawaan diangkut masuk ke dalam. Memasan satu gelas kopi tambahan, sembari menanti hujan reda.
"Espreso panas 1 gelas lagi," mengajukan pesanan.
"Ha'i."
Melarikan pandang, di luar rintik kian menderas. Enggan merada apalagi berhenti. Kilat sesekali bersambaran, lalu pecah hingga guntur terdengar. Jas putih lambang profesi yang ditenteng tangan, belum cukup untuk menjaga suhu tubuh.
"Ini pesanan Anda, maaf menunggu."
Kopi diraih, lembar uang sebagai alat bayar dikeluarkan. Buru-buru Mayuzumi mengambil tempat duduk di pojokan. Terdiam, menunggu jemputan. Pacarnya ke mana hingga sampai kini tak kunjung datang.
"Nanti sore kujemput, Chihiro"-itu yang diucapkan oleh Nijimura tadi pagi.
Kafein menampar kantuk sampai hilang, mata Mayuzumi lebar terbuka menatap kosong ke luar. Kening mengerut, berasa ada yang lupa. Tak peduli dan tak mau tahu, Mayuzumi urung pusing untuk mengingat. Tak apa-apa, ada beberapa hal yang memang harus dibiarkan lupa. Biar tak mengganggu jalan pikiran juga tak membuat suram perasaan.
Kerincing pintu masuk membuat atensi berpindah. Cepat, Mayuzumi mengalih tatap. Di sana ada Nijimura, setengah basah berdiri dengan wajah kaku tak terbaca.
"Shuu-"
Juga Ogiwara yang masuk setelahnya. Berdiri, melewati Nijimura yang diam memberi jalan. Tanpa basah juga wajah kaku. Ogiwara melenggang masuk, lalu duduk. Di depan Mayuzumi tanpa permisi, "Aku datang lagi sesuai janji, Mayuzumi-san."
.
.
Jalanan lengang kala hujan. Hanya satu dua kendaraan yang lewat sembari kebut-kebutan. Nijimura fokus menyetir tanpa sekalipun mengalih pandang. Enggan bersitatap dengan pria manis berperawakan sedang di jok penumpang.
Tiga menit yang lalu, SMS masuk dari Mayuzumi. Katanya si kelabu sedang diam menunggu di kafe dekat rumah sakit. Untuk sampai ke sana, sisa lima menit yang diperlukan. Dengan dua tikungan, lalu jalanan lurus ke barat.
"Nijimura-san, apa kau tidak keberatan mengantarku untuk menemui Mayuzumi-san? Bukankah dia itu masih kekasihmu, ya?"
Manik madu lurus berani, menantang arang pekat yang fokus memindai jalanan. Beradu sekilas lewat kaca di depan sebelum akhirnya kontak diputus sepihak oleh Nijimura.
YOU ARE READING
Bad Alpha
FanfictionNijimura dituntut untuk profesional. Baik ketika ia menjadi seorang saudara angkat yang lebih mirip pelayan, atau sebagai kekasih dari tuan muda bandel yang susah pulang. . . NijiMayu slight MayuOgi, AkaKuro