"Ada yang mau ke depan?"
"SAYA, PAK!"
Ali dan Prilly langsung saja berlari ke depan dan mengambil spidol di detik yang sama-berbarengan-
"Gue duluan!"
"Gue!"
Pak Hadi-Guru Matematika yang sedang mengajar itu- terlihat menepuk jidatnya pelan. Iya lupa. Jika di kelas ini ada Ali dan Prilly, harusnya tadi ia tak mengajukan pertanyaan itu.
"Aelaaah, Pak! Udah tau di kelas 11 MIPA 1 ini dilarang ngasih pertanyaan kayak gitu," Celetuk Jefri atau yang sering di sapa Jeje itu. Murid ter-konyol di kelas dan merupakan salahsatu sahabat Ali.
"Hayoloooh, Pak! Tanggung jawab. Sebelum perang ketiga di mulai," Sambar Zaki. Murid yang sebelas duabelas somplaknya kayak Jeje. Dan Zaki ini juga merupakan salahsatu sahabat Ali.
Pak Hadi menghela nafas pelan dan menatap Ali dan Prilly yang masih berebut spidol itu.
"Gue duluan ihh.." Ucap Prilly sambil menarik spidolnya.
"Gue yang duluan! Lagian lo itu kecil, pendek, mana sampe sih nulis di papan tulis. Udah.. Gue duluan!" Ali kembali menarik.
"Songong lo yaa! Gue duluaaaan!" Prilly kembali menarik.
"Gu--"
"STOP!" Teriak Pak Hadi menghentikkan aktifitas Ali dan Prilly yang masih saja berebut itu. Membuat mereka tanpa sengaja menjatuhkan spidolnya ke bawah karena kaget.
"Nah, gitu dong." Ucap Pak Hadi santai. "Lagian yaa, saya tu bingung sama kalian. Sekarang itu hari pertama masuk sekolah loh, hari pertana kalian di semester 2. Saya kira, di tinggal libur selama kurang lebih 1 bulan kalian bakalan berubah. Tapi nyatanya? Ck. Masih aja sama!" Pak Hadi berdecak pelan. Memang, Pak Hadi itu guru yang lumayan muda, umurnya sekitar 30-an. Dan memang Pak Hadi ini merupakan wali kelas 11 MIPA 1. Makannya, ia tau betul dengan Ali dan Prilly.
"Emang berubah kayak gimana, Pak? Jadi power ranger, gitu?" Tanya Ali. Membuat Pak Hadi berdecak geram. Murid yang satunya ini memang benar-benar tengil!
"Dih.. Seriusan, Pak? Kok jadi power ranger sih? Bapak ngaco, nih." Sambar Prilly polos. Para murid yang sudah menahan tawa sedari Ali berbicara tadi, kini menyemburkan tawanya saat Prilly bertanya dengan begitu polosnya.
"Lo yang ngaco!" Ali menoyor kepala Prilly.
"Ihhhhh! Gausah toyor-toyor juga kali! Pala gue nih," Gerutu Prilly sambil menginjak keras kaki Ali. "Rasain!"
"Aaaww! Gila yaa lo? Sakit tauu!" Ali langsung sedikit membungkuk memegang kakinya.
Para murid yang melihat aksi mereka lagi-lagi tertawa puas. Lumayan hiburan gratis.
"Udah-udah! Kok malah jadi ribut lagi, sih?" Lerai Pak Hadi.
"Pokoknya, untuk kalian Ali dan Prilly, jangan sering berantem! Saya udah sering denger dari guru-guru kalo kalian pasti selalu berantem dan berebut buat jawab atau ke depan. Lain kali, giliran. Gak usah pake berantem. Saya gak mau tanggung jawab kalo nanti Bapak Kepala Sekolah yang turun tangan sendiri peringatin kalian. Ngerti?" Jelas Pak Hadi panjang lebar.
"Ngerti, Pak.." Jawab Ali dan Prilly pelan.
"Yaudah, kembali ke bangku masing-masing. Saya gak jadi nanya siapa yang mau maju ke depan, saya sendiri yang akan menulis jawabannya."
Ali dan Prilly pun pasrah dan kembali duduk. Dan saat mata mereka bertemu, pandangan mereka berubah tajam.
Melihat Ali dan Prilly yang sedang saling bertatapan tajam, membuat Pak Hadi menghela nafas pelan dan bergumam, "Huuh.. Untung kalian anak pinter."
***
TBC...Alhamdulillah...
Gimana prolognya? Hehe.. Maaf yaa kalo ceritanya mainstream banget, terus ketikan dan bahasanya masih acak-acakan, maklum aja yaa, aku masih dalam tahap belajar :)Dan maaf juga kalo kata-kata nya gak sesuai EYD, soalnya ini ceritanya santai-santai aja, konfliknya juga pasti gak berat-berat, kok. Karena aku bikinnya juga iseng hehe, masih coba-coba :v
Semoga pada suka yaaaa sama cerita aku yang amburadul ini, HAHA.
Jangan lupa VoteComment nya yaaaaaa♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Karena Terbiasa
Fanfiction"Ontaaa arab!!! Gue duluan yang nulis di depan!" "Apaansih Upill cicak! Yang megang spidol duluan siapa coba?" Bercerita tentang dua sejoli yang selalu terlibat cekcok. Satu sekolah. Satu kelas. Dan bangku yang berdekatan. Setiap harinya s...