Prilly berjalan di koridor dengan wajah yang di tekuk, dalam hati ia merapalkan semua kekesalannya pada Ali, si cowok gak tau diri yang bikin teh manis Prilly jadi asin dan bikin rok Prilly ada permen karetnya.Untungnya Prilly punya cadangan rok di loker sekolah. Alhasil tadi Prilly harus menanggung malu selama perjalanan menuju loker lalu ke toilet.
"Emang bener-bener ya tu cowok!" Pekik Prilly di sela perjalanan menuju kelasnya.
Teman-teman Prilly yang sedari tadi mengikuti Prilly dari belakang buru-buru mensejajarkan langkahnya.
"Prill, elaah. Pelan-pelan kek jalannya!" Sahut Fika.
"Tau, kayak orang kesetanan lo." Sambung Naya yang emang kalo ngomong gak bisa di filter.
"Hushh.. Omongan lo, Nay. Prilly bukan kayak orang kesetanan tapi kayak orang kesurupan," Seloroh Mila yang bikin Prilly menatap ketiganya tajam.
"Kali ini gue lagi pengen makan orang. Jadi kalian diem atau kalian yang bakal jadi korbannya!" Seru Prilly lalu kembali melangkahkan kakinya menuju kelas dengan cepat.
Fika, Mila, dan Naya bergidik ngeri.
"Ampun dah, punya temen kalo kesel ngeri amat."
***
Lagi-lagi Prilly harus menahan kekesalannya saat sudah sampai di kelas. Tas-nya hilang entah kemana. Pikirannya langsung tertuju pada bangku di sampingnya yang kosong."ARRRRGGHHH! PASTI TU COWOK LAGI!" Teriak Prilly membuat semua yang ada di kelas memandang Prilly tajam.
"Kondisikan suara, Prill."
"Tau.. Gendang telinga gue berasa mau pecah, nih."
"Suara 8 oktav lo nambah lagi? Tobat, Prill!"
"BODO AMAT!" Prilly kembali keluar kelas. Matanya memanas, nafasnya memburu. Ia ingin sekali menangis, pasalnya waktu istirahat tinggal 5 menit lagi dan itu artinya pelajaran akan segera berlangsung. Sedangkan tas Prilly hilang entah kemana.
Saat keluar kelas Prilly berpas-pasan dengan Mila.
"Prill, lo mau kemana lagi?" Tanya Mila.
"Ba.. bantuin gu.. gue cari tas, hiks..hiks," Pipi chubby Prilly mulai di penuhi dengan buliran air. Entah mengapa, tiba-tiba rasanya Prilly ingin menangis saat mengetahui tas nya tak ada di bangkunya. Padahal sebentar lagi jam pelajaran akan segera berlangsung.
"Loh.. loh kok lo nangis? Iya-iya gue bantu cari, ya. Sekarang kita ke kelas Naya sama Fika dulu, kita bantu cari juga sama mereka, ya?" Sahut Mila sambil merangkul pundak Prilly dan mengusap punggungnya berusaha menenangkan. Terkadang Prilly memang seperti macan betina yang galaknya tiada ampun, tapi sebenarnya Prilly adalah gadis lemah lembut dan gampang sekali menangis alias cengeng.
"I.. iyaa, hiks..hiks,"
Mereka lalu mulai berjalan menuju kelas 11 MIPA 3 dimana kelas Naya dan Fika berada. Yang juga merupakan kelas Baja, Kevin dan Verrel.
Saat di perjalanan terdengar bel masuk berbunyi, membuat Prilly dan Mila melangkah dengan terburu-buru.
Saat sudah sampai, mereka berpas-pasan dengan Ali, Jeje dan Zaki di ambang pintu. Prilly yang sedang berada dalam dekapan Mila langsung menghapus sisa air matanya dengan kasar lalu menghampiri Ali dengan tatapan tajamnya.
"Lo pasti kan yang nyembunyiin tas gue?" Tanya Prilly berusaha tenang.
"Apaan?" Tanya Ali balik dengan tampang watados-nya.
"JUJUR LO! LO KAN YANG NYEMBUNYIIN TAS GUE?!" Prilly mulai nge-gas.
Fika, Naya, Baja, Kevin dan Verrel segera keluar saat mendengar suara keributan Ali dan Prilly. Sedangkan teman-temannya yang lain tak menghiraukan, sudah biasa rasanya melihat Ali dan Prilly bertengkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Karena Terbiasa
Fanfiction"Ontaaa arab!!! Gue duluan yang nulis di depan!" "Apaansih Upill cicak! Yang megang spidol duluan siapa coba?" Bercerita tentang dua sejoli yang selalu terlibat cekcok. Satu sekolah. Satu kelas. Dan bangku yang berdekatan. Setiap harinya s...