#3 : Taruhan

126 20 16
                                    

     Istirahat kali ini sebagian siswa terlihat berlarian ke arah mading. Semuanya berdesak-desakan ingin melihat nilai kimia yang sudah mereka nanti-nanti. Pasalnya, jika ada yang mendapatkan nilai sempurna atau 100 dari seluruh kelas MIPA, maka Pak Adi, guru kimia tersebut akan memberikan voucher belanja ke indoapril. Sudah menjadi rahasia umum jika Pak Adi adalah pemilik indoapril, indojuni, dan indomei (bukan indomie, ya :v) yang bertempat di daerah sekitar sekolah mereka.

Satu persatu siswa mulai kembali berjalan meninggalkan mading dengan ekspresi yang berbeda-beda. Ada yang terlihat kecewa, bingung, datar, B aja, dan ada yang sampe nahan boker, nangis, garuk-garuk tembok, bahkan sampe mau loncat dari lantai 4. Eit, kok jadi berlebihan? Oke, abaikan 4 ekspresi terakhir.

"Yak! Gue tebak, kalau bukan Ali pasti Prilly. Yakin dah,"

"Iye. Paling mentok di si Ucup yang kemaren masuk juara umum 3."

Itulah perbincangan para murid. Karena sudah di pastikan pasti antara mereka berdualah yang mendapat nilai 100, atau bisa jadi keduanya.

"Minggir.. Minggir," Ali datang menuju mading ditemani teman-temannya. Membuat beberapa orang yang sedang berkurumun itu menyingkir memberi Ali jalan.

Mata Ali membulat sempurna saat melihat nilai 100 hanya didapatkan oleh 1 orang. Dan orang itu..... Prilly!

"Woaahh, sabar ye, Bro! Kali ini bukan rezeki lo," Kevin menepuk pundak Ali pelan.

"Ikhlasin aja, kasian si Upil lo itu. Siapa tau udah dapet jajan gratis di indoapril dia bisa sedikit tinggi." sahut Jeje mulai ngaur.

"Hahaha, bener tuh!" ucap Zaki.

Sedangkan Ali hanya menatap teman-temannya datar, "Masalahnya udah 3 kali berturut-turut dia dapet nilai 100 di pelajaran Kimia."

"Gue tau, kelemahan gue di pelajaran Kimia." lanjutnya.

"Lo punya kelemahan, Prilly juga punya. Lo gak inget? Kelemahan Prilly di pelajaran Fisika. Pelajaran kesukaan lo," ujar Verrel.

"Nah iya tu. Bukannya lo hari ini ada kuis Fisika? Lo bisa buktiin di bidang lo itu." nasihat Baja.

"Gue punya ide! Thanks, Ja!" ucap Ali sambil menepuk pundak Baja pelan. "Thanks juga, gaes. Gue duluan!" lanjut Ali berlari meninggalkan teman-temannya.

"Woy.. Li! Maksud gue bukan gitu! Jangan aneh-aneh lo!" Baja berteriak memanggil Ali tapi Ali tetap berlari tanpa menggubrisnya.

"Udah, Ja, biarin si onta arab itu mau ngapain."

***
"Weih, yang dapat nilai 100. Bagi-bagi dong voucher belanjanya." Ali berucap pada Prilly yang tengah duduk sambil membaca buku ditangannya. Perkataannya terdengar sedikit sinis membuat Prilly memutar bola matanya malas dan tidak menjawab perkataan Ali.

"Wow, terus sekarang lagi ngapalin Fisika ceritanya?" Ali mulai duduk di bangkunya, tepatnya di samping Prilly.

Prilly berdecak malas, "Ck. Apaan sih, lo!"

"Taruhan sama gue, yuk." ucap Ali tiba-tiba.

"Ha?" Prilly melirik ke arah Ali heran,  "Maksud lo?"

"Ya.. Kita taruhan buat dapetin nilai 100 di kuis Fisika hari ini." ujar Ali sambil menatap Prilly.

Prilly menaikkan alisnya, "Serius mau taruhan sama gue? Tadi aja nilai Kimia gue yang dapet nilai 100."

"Wah, songong lo, ya! Liat aja! Berani gak lo?" tantang Ali.

"Kalo gue dapet nilai 100, gue dapet apa?" Prilly balik bertanya.

Cinta Karena TerbiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang