Part 2

13 1 0
                                    

Promnight

Semua tamu undangan sibuk, ada yang foto-foto, ada juga yang ngobrol sambil tertawa, mereka terlihat sangat menikmati acaranya. Namun berbeda dengan Adit, siapa sangka jika dibalik tawanya ia menyimpan kecemasan, pasalnya sejak awal acara hingga saat ini dia sama sekali belum melihat Tiara.

Kini Aldi, Kelvin, Gian dan Adit sedang menikmati penampilan Band dari setiap kelas bahkan Band terkenal sekalipun. Mereka larut dalam acara itu sambil berbincang-bincang...

"Dit, Tiara nggak ngabarin loe man?" Adit mengangkat bahunya acuh saat ditanya oleh Aldi, ia menegak minuman ditangannya. Pura-pura tidak perduli....

"Yaila Di, kaya nggak tau Tiara aja dah loe. Dia mana mau datang ke acara ginian." Aldi mengangguk setuju, Tiara memang susah sekali untuk datang ke acara-acara yang diselenggarakan sekolah, entah apa alasan sebenarnya.

Tiba-tiba dari arah belakang ada yang menyentuh bahu Adit. Hampir saja Adit menyemburkan minumannya saat melihat sosok wanita cantik yang saat ini berdiri di hadapannya.

"Woy! Bawa Jacket Sweater nggak loe? Gua pinjem dong!"

"Tia---????"

"Ssttttt berisik loe!" Gian hampir saja berteriak kalau saja Tiara tidak lebih dulu melototinya. Teman-teman Adit terpana, mereka tidak percaya dengan yang mereka lihat saat ini. Sintia tersenyum melihat penampilan Tiara, karena malam ini Tiara benar-benar menunjukkan aura yang berbeda. Pesona dan kecantikkannya memancar.

"Dari mana aja loe jam segini baru datang?" Tiara berdecak, ia sudah duga Adit akan berkata seperti itu.

"Gua kan harus bantuin Rehan prepare Dit" Kelvin terbelalak.

"Lah Ra? Loe datang sama Rehan? Tumben!" Tiara mengibaskan tangannya

"Jadi kalian ke salon bareng Ra? sama Rehan? Rehan juga tumben mau ngajak cewek loh Ra, biasanya dari acara Promnight SMP dia paling males ngajak cewek ke acara-acara sekolah" Jelas Sintia. Sintia dan Rehan memang sudah kenal lama, mereka berteman sejak di Sekolah Dasar. Jadi Sintia sangat paham sikap Rehan, begitu juga dengan sebaliknya.

Adit melengos dan mengabaikan Tiara, ia membelakang Tiara dan teman-temannya, entahlah ia juga tidak mengerti. Tadi saat belum melihat Tiara ia akui, dirinya memang khawatir dan ingin melihat Tiara. Tapi saat wanita yang dicarinya sudah berdiri di hadapannya ia malah merasa badmood, bukan lebih tepatnya saat ia tahu kalau Tiara datang bersama Rehan, ditambah komentar-komentar teman-temannya yang semakin membuatnya. Kesal? Entahlah ia juga tidak mengerti.

"Dit! Woy Adit!!!" Adit berdecak, ia memfokuskan pandangannya pada Stage.

"Loe kenapa Ra?" Aldi melihat ketidak nyamanan Tiara.

"Punggung gua dingin banget nih! Lagian gua nggak biasa pake dress ginian, ngerasa aneh aja" keluh Tiara.

"Loe cantik kok Ra! cuma mungkin belum terbiasa aja" Kini giliran Sintia yang berkomentar. Tiara mengangguk. Tiara berdecak karena Adit mengabaikannya, dia memang terbiasa dijutekin Adit tapi kali ini ia benar-benar butuh bantuan Adit. Ah pokoknya siapapun itu.

"Kalian ada yang bawa Jacket atau apap--" Perkataan Tiara terpotong saat ia merasakan ada sebuah Jas yang tersampir di pundaknya.

"Woahhh prikitiwww" Aldi heboh. tak cuma Aldi. Gian dan Kelvin tak tinggal diam, mereka tertawa melihat pipi Tiara yang bersemu merah. Pemandangan langka!!!. Adit membalikan tubuhnya, dan pemandangan di depannya membuat tubuhnya kaku seketika, Hanya beberapa detik karena ia sudah bisa mengendalikan dirinya.

"Gua cariin ternyata disini loe. Pecicilan banget sih, jauh-jauhan sama gua terus nanti dikira gua datang sendirian!" Keluh Rehan, Tiara memaksakan senyumnya.

Past for PresentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang