Hari-hari yang dinantikan oleh Dustin akhirnya tiba. Pagi-pagi sekali dia berangkat menuju tempat perjanjiannya dengan teman-temannya. Dustin merasa sangat senang dan bersemangat. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah bisa secepatnya tiba disana dan bertemu dengan teman-temannya.
Dustin berangkat dengan menaiki sebuah motor, sebenarnya motor itu sudah sejak lama dibeli oleh Dustin, namun dia jarang sekali menggunakannya. Kantor tempat Dustin bekerja tidak terlalu jauh dari rumahnya, karena itu dia lebih memilih berjalan kaki dibandingkan menggunakan motornya. Akan tetapi tempat yang akan dia tuju saat ini cukup jauh dari rumahnya, karena itulah dia menggunakan motornya untuk berangkat kesana.
Dustin melajukan motornya dengan kencang, lalu tiba-tiba seorang pria melintas di depannya, tentu saja Dustin tersentak. Sekuat tenaga Dia mengerem motornya, beruntung motornya berhenti sebelum menabrak tubuh pria itu. Dustin pun segera turun dari motornya dan menghampiri pria itu.
"Pak ... anda baik-baik saja?"
Pria itu terdiam, dia terus menatap wajah Dustin dengan begitu serius.
"Pak ..."
"Aku baik-baik saja. Kau mau pergi kemana, buru-buru sekali sampai motormu itu nyaris menabrak orang?"
"Iya maaf pak, Aku akan pergi ke gunung itu. Aku dan teman-temanku sudah berjanji akan berkemah disana."
"Berhati-hatilah Nak ... di gunung itu pernah terjadi pembunuhan. Seorang pemuda ditemukan tewas disana. Semenjak saat itu tidak pernah ada lagi orang yang berani memasuki daerah pegunungan itu."
"Seorang pemuda, apa anda mengenal pemuda yang dibunuh itu?"
"Tidak ... bahkan tidak ada satu orangpun yang mengenalinya karena kondisi jasadnya sangat mengenaskan. Wajahnya tidak dapat dikenali karena hancur. Sepertinya si pembunuh membunuhnya dengan memukulkan batu yang cukup besar pada wajahnya."
Dustin tidak dapat membayangkan bagaimana mengerikannya sosok jasad yang diceritakan oleh pria itu.
"Karena itu berhati-hatilah Nak..."
"I ... iya pak ... terima kasih untuk informasinya."
Pria itu melangkahkan kakinya meninggalkan Dustin. Untuk sesaat Dustin menatap punggung pria itu yang semakin menjauhinya. Perkataan pria itu terus terngiang-ngiang di telinganya. Namun di saat seperti ini tidak ada waktu bagi Dustin untuk merasa ragu ataupun takut.
Dia harus segera pergi dan menemui teman-temannya. Karena itu Dustin kembali duduk di atas motornya dan melajukan motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIP (COMPLETED)
Mystery / ThrillerChapter sudah dihapus karena pindah ke dreame/Innovel Bagaimana rasanya jika persahabatan berubah menjadi cinta, dan orang yang dicintai itu memilih bersanding dengan orang lain? itulah yang dirasakan Dustin. Perasaan cintanya pada sahabat dekatnya...