Chapter Seven

757 91 29
                                    


( VOMMENT JIKA ANDA MENIKMATI CERITA INI :) )

.

.

.

.

.


Chapter VII


Bel sekolah telah menjerit nyaring, setiap penghuni kelas mulai sibuk dengan materi pelajaran mereka. Namun Lyn hanya terdiam lesu tanpa mendengarkan penjelasan gurunya. Ia terus memandangi kursi kosong didepannya. Sudah dua hari setelah kematian neneknya Eren belum juga masuk sekolah. Lyn sangat menyesal karena tidak meminta alamat rumah Eren saat mereka di pemakaman. Ia menjadi khawatir akan terjadi hal-hal buruk pada Eren, "Apa dia mati kelaparan? Atau dia mati kedinginan?". Lyn segera menepuk pipinya sendiri, berusaha untuk menghilangkan segala imajinasi konyolnya itu. Lyn ingin segera melarikan diri dari sekolah untuk mengecek Eren di pemakaman. Hingga akhirnya bel pulang yang sudah lama Lyn nantikan telah berbunyi, dengan sigap Lyn berlari keluar gerbang sekolah, ia mengenakan masker dan topi yang ia pinjam dari temannya untuk menghindari supirnya. Setelah sukses lolos dari paman Bill, Lyn segera melepas maskernya karena membuatnya tidak bisa bernafas dengan lega. Lyn berjalan menuju sebuah kafe untuk membeli kopi dan beberapa roti untuk Eren. Setelah ia mendapatkan dua kopi dan beberapa roti Lyn segera bergegas pergi, namun baru saja keluar dari kafe tersebut tanpa sengaja ia menabrak seseorang hingga membuat kopi panas yang ia pegang tumpah mengenai baju orang tersebut. Kesialan Lyn bertambah ketika ia sadar bahwa orang tersebut adalah Aaron. Aaron terlihat kesakitan karena perutnya terkena kopi panas, Juan dan Levi berusaha menenangkan Aaron.
"Aaron, aku benar-benar minta maaf, aku tak tahu"
"Kau buta ha!" bentak Aaron
"Maaf, aku benar-benar tak tahu Aaron, aku minta maaf"
"Apa kau bilang? Maaf? Aku tak tahu? Ha?!" dengan kasar Aaron mendorong tubuh Lyn hingga terjatuh. Sisa kopi panas yang masih Lyn pegang pun mengenai wajah dan seragam Lyn, roti-roti yang ia beli juga jatuh berantakan. Juan dan Levi hanya tertawa melihat Lyn. Lyn berusaha bangun dan mengambili roti-rotinya, namun Aaron dengan cepat menginjak-injak seluruh roti tersebut.
"Berani-beraninya kau mengerjaiku Lyn, ha?! Kau pikir hanya karena kau kaya raya lalu aku akan melepasmu begitu saja ha?!" teriak Aaron.

Namun tiba-tiba seseorang menjambak rambut Aaron dari belakang dengan kuat hingga tubuh Aaron terpelanting. Dengan cepat Lyn dapat mengenali orang tersebut, tentunya dia adalah Eren. Eren berhasil menakuti Juan dan Levi yang hendak menolong Aaron dengan tatapan tajamnya. Baru saja Aaron ingin bangkit namun kini giliran wajahnya yang harus menerima tendangan keras dari Eren
"Kau benar-benar memuakkan, apa tak ada wanita di anggota keluargamu?"
Aaron hanya sibuk menyeka darahnya yang terus keluar dari hidungnya sembari menahan sakit di wajah dan kepalanya akibat tendangan Eren. Juan dan Levi memberanikan diri untuk membantu Aaron berdiri dan segera meninggalkan Eren dan Lyn. Eren berbalik dan memperhatikan Lyn yang sibuk mengambili roti-roti yang sudah hancur di trotoar.
"Untuk apa roti sebanyak itu"
"Bukan urusanmu"
"Berhentilah, itu sudah hancur, untuk apa k­­—"
"Aku bilang bukan urusanmu!"
Eren hanya terdiam melihat Lyn yang masih sibuk mengambili sisa roti dan gelas kopi yang sudah tak berisi. Setelahnya Lyn berdiri dan melemparkan semuanya ke tempat sampah. Eren hanya memperhatikan tingkah Lyn. Lyn segera pergi melewati Eren, namun tiba-tiba Eren melemparkan sebuah sapu tangan tepat diwajah Lyn.
"Haruskah kau melemparnya seperti itu?!"
"Haruskah kau marah-marah seperti itu?"
Lyn terdiam, wajahnya memerah dan giginya sibuk menggigiti bibir bawahnya.
"Kenapa harus ditahan? Menangislah" ucap Eren tiba-tiba. Perkataan Eren sukses membuat Lyn semakin kesusahan menahan air matanya. Dengan segera Lyn menutupi wajahnya dengan tangannya dan mulai menangis cukup keras. Lyn menangis karena takut akan bentakan Aaron, sakit di lengannya akibat dorongan keras Aaron, perih di wajahnya akibat sisa kopi panas yang mengenai wajahnya, sakit hati karena kopi dan roti-roti yang seharusnya untuk Eren telah rusak dan juga rasa lega karena akhirnya ia melihat Eren. Perasaan yang tak karuan membuat Lyn sesak. Eren hanya terdiam melihat Lyn yang menangis semakin keras. Sesekali Eren melempar tatapan tajam pada orang-orang yang berbisik ria melihat mereka berdua. Tak lama kemudian Lyn mulai tenang dan berhenti menangis.
"Selesai?" tanya Eren, namun Lyn hanya terdiam. Eren mengambil sapu tangannya yang terjatuh di trotoar lalu menghela nafas dengan berat.
"Kau membuat sapu tanganku kotor"
"Aku?"
"Entahlah"
"Siapa yang melemparnya ha?"
"Kalau ditangkap pasti tak akan jatuh"
"Berikan padaku! Akan kubersihkan!"
"kau tahu cara mencuci?"
"Diamlah! Kau selalu saja meremehkanku! Aku akan mencucinya!"
Lyn merebut sapu tangan Eren lalu bergegas meninggalkan Eren. Eren hanya terdiam dan mulai berjalan di belakangnya. Eren melihat lengan Lyn sedikit memar, namun Eren tak mau terlalu memikirkannya, pelayan-pelayannya pasti akan merawatnya seperti seorang putri raja. Eren masih terus berjalan dibelakang Lyn. Eren mengernyitkan dahinya ketika ia menyadari kalau Lyn berjalan menuju pemakaman Chi. Benar saja, seketika Lyn duduk di samping makam Chi. Eren terus menatap Lyn heran.
"Kenapa? Apa kau keberatan?"
"Kenapa harus disini?"
"Aku hanya sedang sedih"
"Kau pikir makam Chi tempat hiburan?"
"Kenapa kau cerewet sekali sih"
"Pulanglah"
"Kenapa kau mengaturku ha?"
"Mengaturmu? Aku hanya kasihan pada supirmu"
"Oh, umm ia baik-baik saja"
"Kau selalu membuatnya dalam masalah, cepatlah pulang"
"Agh! demi tuhan kau sangat menyebalkan!"
Lyn bangkit dan berjalan meninggalkan Eren. Eren hanya tersenyum tipis melihat Lyn.
"Apa kau berani pulang sendiri?! Kau tau arah jalan pulang?!"
Eren berteriak menggoda Lyn, respon yang di dapat Eren hanyalah simbol jari 'aku baik-baik saja'. Eren hanya tersenyum melihatnya.

Sudah hampir dua hari Eren tak berkunjung ke makam Chi. Eren hanya menghela nafas menatap makam Chi.
"Aku hebat kan Chi? Aku sudah bisa terbiasa hidup tanpamu dengan begitu cepat" ucap Eren dengan senyum tipisnya. Eren mulai duduk di samping makam Chi, menikmati hembusan angin.
"Oh ya Chi, aku punya telepon genggam sekarang, hebat bukan?"
"Tenanglah Chi, mana mungkin aku mencuri, aku mendapatkannya dari tuan Sam"
"Ya, tuan Sam, dia memberiku telepon genggam ini"
"Menyakitinya? Tentu tidak Chi, aku sama sekali tidak menyakitinya, aku hanya ingin berbagi padanya, bagaimana rasa sakit dan bagaimana rasanya menjadi orang yang tersiksa"
"Jangan hawatir Chi, aku bisa menjaga diriku, apa yang harus ku takutkan? bahkan sekarang kau benar-benar tidak terlihat seperti malaikat yang sesungguhnya, kau bisa melindungiku dimanapun dan kapanpun kan?"

Eren terus sibuk bercengkrama dengan kesunyian. Memberi sedikit jeda disetiap perkataannya seolah-olah dia benar-benar berbicara dengan Chi. Bahkan sesekali ia tertawa sendiri ketika ia mengatakan beberapa lelucon. Setelah puas bercakap-cakap dengan kesunyian, Eren bangkit dan berjalan meninggalkan pemakaman. Eren berjalan santai menuju rumah Sam. Tanpa permisi Eren masuk kedalam rumah Sam seolah sedang memasuki rumahnya sendiri. Eren menuju kamar Sam, tempat dimana ia menyekap Sam.
"Selamat sore Sam, kau masih belum menyetujui tawaran ku hm?"
"Kau anak iblis! Lepaskan aku dan kembalikan telepon genggamku!"
"Jika kau menyetujui tawaran ku, aku akan memberimu dokumen yang selama ini kau inginkan dari Chi"
"Kau pikir aku akan percaya pada psikopat seperti mu ha?!"
"Ayolah Sam, bukankah selama ini yang kau cari adalah dokumen itu?"
"Kau akan benar-benar menyesal Eren!"
"Jika kau menyetujui tawaranku, aku akan melepasmu dan melupakanmu, dan kau? Kau bisa melanjutkan hidupmu dengan tenang dan aku akan berikan dokumennya padamu"
"Aku bersumpah aku akan membunuhmu jika kau berhianat akan perkataanmu Eren"
"Aku tak akan berhianat, bagaimana, apakah kau setuju Sam?"





[ THANKS FOR READING, AND THANKS FOR YOUR SUPPORTS AND VOTES!! ]

:)







I'm (not) InsaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang